news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Haruskah Jalani Profesi Pilihan Orang Tua meski Kita Tak Suka?

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
23 Juni 2022 9:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Haruskah Jalani Profesi Pilihan Orang Tua meski Kita Tak Suka?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
“Kapan kamu melamar jadi jaksa atau pengacara? Sayang ijazahmu, sulit-sulit jadi sarjana hukum malah jadi tukang lawak,” ujar Pak Domu (Arswendy Bening Swara) pada Gabe (Lolox), anaknya yang berprofesi sebagai komedian terkenal. Meski dialog ini hanyalah cuplikan dari film Ngeri-Ngeri Sedap yang tayang di bioskop mulai 2 Juni 2022, masih banyak anak yang mendapatkan komentar serupa dari orang tuanya. Namun, tak kalah banyak yang mengikuti profesi pilihan orang tua, meskipun sebenarnya mereka tak suka. Jika dihadapkan pada kondisi ini, apakah kita sebaiknya terus melangkah seperti Gabe, atau patuh pada orang tua dengan segala risikonya?
ADVERTISEMENT
Menurut @get.kalm, layanan konseling psikologi online, ada risiko yang mungkin kita hadapi jika kita membiarkan orang tua untuk “memilihkan” jalan hidup kita adalah:
1. Merasa tak punya kendali atas hidup sendiri
Berkebalikan dengan Gabe yang “membangkang”, adiknya, Sarma (Gita Bebhita) selalu menuruti apa kata Pak Domu. Tak hanya masalah profesi, tapi juga jodoh. Memang, anak seperti Sarma memang menjadi idaman orang tua karena membuat hati orang tua tenang. Namun, anak seperti Sarma bisa merasa tak punya kendali atas hidupnya sendiri. Bukan tak mungkin, ia juga akan merasa benci pada orang tuanya karena telah “merampas” kemerdekaannya untuk memilih.
2. Menyimpan rasa tak suka pada orang tua
ADVERTISEMENT
Ya, rasa tak suka ini bisa saja tak terbaca oleh orang tua, khususnya bagi anak yang karakternya memang tak menyukai konflik atau tak berani menyuarakan pendapatnya. Namun, jika ada situasi yang membuatnya berani bersuara, bisa saja hubungan anak dan orang tua menjadi bermasalah, seperti ketiga anak laki-laki Pak Domu yang bertahun tak pulang karena malas bertemu sang ayah.
3. Tak kenal dengan potensi diri sendiri
Karena terbiasa dipilihkan oleh orang tua, anak pun menjadi tak tahu apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya. Tentu saja, hal ini berbahaya. Bagaimana jika di kemudian hari profesinya tak lagi dibutuhkan? Proses “banting setir” tentu akan lebih membutuhkan waktu karena harus mengenali potensi diri terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
4. Tidak enjoy menjalani profesi
Mungkin, profesi kita adalah idaman banyak orang. Tapi, ternyata kita tak menikmatinya. Padahal, kita harus menjalaninya tiap hari. Tentu, rasanya akan menyiksa. Apalagi, jika lingkungan pekerjaan kita juga tak kondusif. Sayangnya, tak semuanya berani untuk mengambil langkah untuk berhenti, khususnya jika terkait masalah ekonomi.
5. Bisa sukses, tapi tidak bahagia
Untuk apa? Untuk kebahagiaan orang tua, mungkin itu jawab kita yang memang selalu menuruti “jalan hidup” pilihan orang tua. Namun, kita perlu bertanya lagi pada diri sendiri tentang apa tujuan hidup kita. Jangan sampai, mengorbankan kebahagiaan diri tadi membuat orang di sekitar kita menjadi pelampiasan rasa kecewa, baik itu anak maupun pasangan.
ADVERTISEMENT
Jadi, bagaimana caranya agar kita bisa menjalani profesi yang kita inginkan meski orang tua tak setuju?
Kita bisa tetap mencoba beberapa cara, seperti dikutip dari idreamcareer.com:
1. Jelaskan rencana hidup kita
Orang tua memiliki ketakutan Ketika anaknya tidak sukses, apalagi jika profesi yang kita inginkan bukanlah profesi yang pada eranya dulu tidak menjanjikan, atau malah belum ada. Dengan menjelaskan rencana hidup kita secara rinci, seperti jurusan kuliah dan berapa lama target lulusnya, pengalaman tambahan yang kita bisa kejar selama kuliah, setelah lulus bagaimana cara berkarir atau memulai usahan, dan seterusnya. Ketika kita sudah memiliki rencana, orang tua akan melihat kesungguhan kita dan lebih mudah untuk percaya.
ADVERTISEMENT
2. Gunakan penjelasan pakar
Cukup banyak artikel, video, dan sumber informasi lain di mana para profesional membahas tentang prospek berkarir di bidang tersebut, tantangannya, juga tips suksesnya. Kita bisa memperlihatkan pada orang tua kita mengenai hal ini sehingga mereka tahu bahwa ada orang di luar sana yang berhasil menjalani profesi yang kita inginkan (dan kita pun berpotensi untuk berhasil juga).
3. Tetap percaya diri dan optimis
Menaklukkan orang tua memang tak mudah, namun kita harus tetap percaya diri dan optimis jika kita memang yakin profesi impian kita adalah yang bisa melejitkan potensi kita, membuat kita bahagia, dan bisa bermanfaat bagi orang banyak. Mungkin, orang tua kita belum percaya sebelum kita membuktikannya, yang artinya kita harus berani ambil risiko.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari apapun hasil perjuangan kita nantinya, semua proses memilih, memperjuangkan, dan menjalani profesi kita nantinya akan menjadi “bekal” yang membuat kita semakin mengenal diri sendiri dan tangguh menjalani tantangan hidup ke depannya.
Photo taken from cultura.id