Hati-Hati Pilih Kontrasepsi Jika Miliki 5 Penyakit Ini

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
31 Desember 2020 8:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hati-Hati Pilih Kontrasepsi Jika Miliki 5 Penyakit Ini
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Agar pencegahan dan penjarangan kehamilan berjalan optimal, Anda dapat memilih salah satu penggunaan jenis kontrasepsi. Nah, pemilihannya harus dipertimbangkan secara hati-hati khususnya bila Anda mengalami kondisi atau penyakit tertentu. Idealnya, konsultasi dengan dokter/bidan dapat membantu Anda menggunakan metode kontrasepsi yang tepat sehingga tidak membahayakan kesehatan. Berikut adalah sejumlah penyakit yang tidak cocok dengan metode KB jenis tertentu. Jika Anda menderita salah satunya, pilih metode KB dengan lebih cermat.
ADVERTISEMENT
1. Hipertensi
Pada pasien hipertensi, penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen misalnya pil kontrasepsi kombinasi atau suntikan kontrasepsi yang dilakukan sebulan sekali harus dihindari karena dapat memperburuk penyakit atau menyulitkan tekanan darah terkontrol. Kontrasepsi yang mengandung estrogen juga sebaiknya dihindari bila terdapat faktor risiko penggumpalan pembuluh darah (tromboemboli) yang menjadi salah satu komplikasi hipertensi.
2. Diabetes
Hampir sama seperti pasien hipertensi, penggunaan kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron, baik dalam bentuk pil atau suntikan tidak disarankan karena estrogen dapat meningkatkan komplikasi pada penyumbatan pembuluh darah kecil maupun besar (apalagi jika ditambah pasien juga mengalami obesitas). Penyandang diabetes juga tidak disarankan menggunakan jenis kontrasepsi dalam bentuk implan atau suntikan progesteron karena progesteron dapat menganggu kontrol gula darah. Penggunaan pil kontrasepsi yang mengandung progesteron saja masih boleh direkomendasikan, sepanjang tidak ada keluhan seputar siklus haid.
ADVERTISEMENT
3. Kanker
Pasien yang memiliki penyakit atau riwayat kanker payudara sebaiknya tidak menggunakan kontrasepsi yang mengandung hormonal, baik hormon estrogen maupun progesteron. Alasannya, hormon tersebut dapat memicu perkembangan kanker lebih lanjut. Pilihan menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yang tidak mengandung hormonal (IUD Cu) merupakan merupakan hal yang sangat tepat. Sebaliknya, jenis kontrasepsi AKDR baik hormonal maupun non hormonal justru tidak disarankan pada pasien yang mengalami kanker serviks, endometrium, atau ovarium. Pilihlah kontrasepsi dalam bentuk pil, suntikan, atau implan yang sifatnya lebih tidak invasif langsung ke saluran reproduksi wanita.
4. Hepatitis
Penggunaan pil atau suntikan yang berisi progesteron saja, baik implan maupun AKDR dapat menjadi pilihan bagi pasien hepatitis akut. Oleh karena hepatitis dapat menyebabkan komplikasi hati, maka penggunaan kontrasepsi yang mengandung campuran dengan estrogen sebaiknya dihindari karena dapat berisiko menyebabkan gangguan pada pembuluh darah termasuk di hati. Di sisi lain, semua jenis metode kontrasepsi tanpa terkecuali dapat ditawarkan pada pasien karier atau hepatitis kronik. Namun, pada pemasangan alat kontrasepsi yang invasif misalnya implan atau AKDR harus dilakukan dengan standar operasi yang benar dan sangat direkomendasikan agar tenaga kesehatan melakukan vaksinasi hepatitis secara lengkap untuk mencegah penularan.
ADVERTISEMENT
5. HIV/AIDS
Semua jenis kontrasepsi kecuali kondom dan spermisida boleh diberikan pada pasien HIV tahap awal atau yang tanpa gejala. Sementara pada pasien HIV stadium akhir (AIDS) atau yang juga mengalami penyakit menular seksual tidak disarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi AKDR baik hormonal maupun non-hormonal karena risiko mengalami infeksi radang panggul akan meningkat.