news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ingin Beralih ke Sayuran Organik? Ketahui Dulu Fakta Berikut!

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
21 Oktober 2020 8:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ingin Beralih ke Sayuran Organik? Ketahui Dulu Fakta Berikut!
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun belakangan, produk organik mulai banyak dijual di pasaran. Kesadaran masyarakat akan dampak buruk makanan yang terlalu banyak bersentuhan dengan bahan kimia membuat makanan organik menjadi alternatif baru gaya hidup sehat. Sayuran organik menjadi salah satu primadona karena proses budidayanya yang tidak menggunakan pestisida. Bagi para ibu, sayuran organik pun terlihat lebih terjamin keamanannya untuk buah hati. Benarkah demikian? Agar tidak sekadar ikut-ikutan tren, berikut fakta-fakta tentang sayuran organik yang perlu Anda ketahui.
ADVERTISEMENT
1. Tidak melulu tentang bebas pestisida
Sebenarnya, istilah organik mengacu pada sumber pangan baik sayuran, buah-buahan, biji-bijian, maupun produk turunan hewani (susu, daging, dll) yang dibudidayakan dengan prinsip menjaga keberlangsungan lingkungan. Jadi, ukurannya bukan hanya pada penggunaan pestisida, tapi juga tidak menggunakan pupuk buatan untuk menyuburkan tanah, tidak mengubah genetika tanaman agar tahan hama atau agar lebih banyak hasil panennya, dan tidak menggunakan sisa pengolahan limbah sebagai pupuk. Sebagai gantinya, kotoran hewan digunakan sebagai pupuk, sekam untuk menggemburkan tanah, dan penggunaan serangga predator untuk mencegah hama.
2. Lebih mahal karena berbagai faktor
Sayuran organik memang lebih mahal daripada sayuran biasa karena prosesnya membutuhkan lebih banyak tangan manusia. Jika sayuran biasa hanya membutuhkan semprotan untuk menghilangkan gulma, sayuran organik mengandalkan manusia untuk mencabut gulma. Jika petani konvensional memaksimalkan setiap jengkal lahan untuk menghasilkan sebanyak mungkin sayuran, maka petani organik rela menunggu kondisi tanah kembali sehat terlebih dahulu (untuk mencegah gulma). Tanpa bahan kimia dan rekayasa genetika, lebih sedikit sayuran yang berhasil dipanen sehingga ongkos produksinya menjadi lebih tinggi. Ini belum termasuk biaya angkut pupuk kandang dan kompos yang lebih tinggi dari pupuk kimia.
ADVERTISEMENT
Selain hal yang terkait biaya produksi di atas, mahalnya sayuran organik dapat dilihat dari efeknya di masa depan. Tanah dan air yang dirawat secara alami terbukti memiliki daur hidup yang lebih panjang, tidak digunakannya pupuk buatan pun dapat mencegah munculnya berbagai penyakit di masa depan yang berarti dapat menekan biaya berobat.
3. Memiliki nutrisi lebih banyak dari sayuran biasa
Penggunaan bahan-bahan alami saat menanam sayuran organik ternyata berpengaruh terhadap kandungan nutrisinya, meskipun perbedaannya tidak terlalu jauh dengan sayuran biasa. Dalam situs kesehatan Mayo Clinic disebutkan bahwa ada beberapa nutrisi yang lebih banyak ditemukan dalam sayuran organik, salah satu yang tertinggi adalah flavonoid yang memiliki fungsi antioksidan.
4. Bisa mengurangi risiko terkena kanker
ADVERTISEMENT
Penelitian yang dilakukan lembaga riset pemerintah Prancis terhadap 70 ribu orang selama 5 tahun menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi makanan organik memiliki kemungkinan 25% lebih rendah untuk terkena kanker daripada mereka yang sama sekali tidak mengonsumsi makanan organik.
5. Harus melalui sertifikasi
Sayur yang berlubang sudah pasti sayuran organik? Belum tentu. Status organik sayuran tidak ditentukan oleh hasil akhirnya (seperti sayuran yang masih ada ulatnya tandanya tidak menggunakan pestisida), namun merupakan proses menghasilkan suatu produk sesuai dengan kaidah pertanian organik yang telah diatur oleh pemerintah dengan mengacu pada standar internasional. Untuk mendapatkan label organik, sayuran tersebut harus lolos uji oleh lembaga sertifikasi organik yang telah terakreditasi.
ADVERTISEMENT
6. Tetap cuci sayur dengan benar
Meskipun tidak menggunakan pestisida, ada kalanya sayuran terkena residu pestisida dari pertanian konvensional yang berada di dekatnya. Karena itu, mencuci sayur di bawah air mengalir sebelum dikonsumsi tetap harus dilakukan. Kupas kulit buah jika perlu. Hal ini juga untuk mencegah masuknya bakteri dan virus ke dalam tubuh.
Mengingat harganya yang cukup tinggi, sesuaikan dengan kemampuan. Jika belum mampu beralih ke sayuran organik, tetap perbanyak konsumsi sayur dan buah dalam menu harian sesuai standar konsumsi ideal. Imbangi konsumsi sayuran baik organik maupun konvensional dengan pola makan sehat, olahraga, dan cukup istirahat.