Ini Bentuk Kekerasan dalam Pacaran, Tak Harus Berupa Pukulan

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
23 Februari 2022 9:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ini Bentuk Kekerasan dalam Pacaran, Tak Harus Berupa Pukulan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak perempuan yang tak menyadari dirinya menjadi korban kekerasan dalam pacaran karena ia tak pernah dipukul, ditampar, bahkan dipaksa berhubungan seks. Padahal, kekerasan dalam pacaran banyak jenisnya, termasuk jika pacar terlalu posesif dan tak memberi ruang kita untuk berteman.
ADVERTISEMENT
Banyak juga yang menganggap bahwa kekerasan semacam itu hanya terjadi pada remaja belia, yang masih dimabuk cinta hingga tak berani bersuara karena tak yakin dirinya benar. Padahal, hubungan toksik semacam ini pun bisa terjadi pada remaja perempuan di usia yang lebih matang.
Data Simfoni PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak) tahun 2016 menyebutkan bahwa dari 10.847 pelaku kekerasan sebanyak 2.090 pelaku kekerasan adalah pacar/teman. Ini yang terlaporkan, bisa dibayangkan berapa banyak korban yang diam saja dengan berbagai alasan.
Agar kita bisa sadar saat menjadi korban, berikut adalah hal-hal yang termasuk kekerasan dalam pacaran:
ADVERTISEMENT
Kekerasan dalam pacaran juga bisa terjadi secara online, lho. Pernah dimintai password Instagram oleh pacar tapi sebenarnya kita tak ingin melakukannya? Itu hanya salah satu bentuknya. Masih ada 6 bentuk kekerasan online dalam pacaran yang bisa dibaca di sini.
Tapi, aku enggak merasa terpaksa kok. Aku ikhlas karena aku sayang….
Hmmm, yakin? Mungkin kita perlu melihat tanda-tanda terjadinya kekerasan dalam pacaran pada korban sebelum menyimpulkan bahwa kita baik-baik saja, yaitu:
ADVERTISEMENT
Oke, kayaknya aku jadi korban. Aku harus apa? Aku enggak berani menolak permintaannya, apalagi minta putus..
Setiap orang memiliki hak untuk diperlakukan dengan baik. Jika ia adalah pacar yang baik, ia tak akan menyakiti kita dalam bentuk apapun, atas nama sayang.
Mengungkapkan padanya apa saja perilakunya yang selama ini membuat kita tak nyaman, bisa sangat sulit dilakukan. Jika itu yang terjadi, kita bisa:
ADVERTISEMENT
Jangan ragu, hidup kita terlalu berharga untuk dihabiskan dalam ketidakbahagiaan. Setuju?
Photo created by tirachardz - www.freepik.com