Ini Cara Tahu Pasanganmu Boros atau Tidak

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
7 September 2022 8:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ini Cara Tahu Pasanganmu Boros atau Tidak
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Wajar rasanya, jika saat pacaran pasangan senang membelikan kita barang sebagai hadiah. Atau, sering traktir makan di luar. Tiap akhir pekan, rasanya pergi keluar dan keluar uang untuk berbagi waktu bersama adalah hal yang biasa. Berbeda saat kita sudah memutuskan untuk menikah, urusan finansial menjadi perhatian. Bisa enggak sih, kita tahu pasangan kita boros atau tidak? Patriavi N. Rathri MSc, MBPsS, Konselor & Kalmselor KALM menuturkan jawabannya.
ADVERTISEMENT
Boros tuh seperti apa, sih?
Kalau merujuk dari arti Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), boros artinya berlebih-lebihan dalam pemakaian uang, barang, dan lainnya. Sementara menurut Cambridge Dictionary, boros atau overspending adalah tindakan yang menghabiskan banyak uang yang lebih dari seharusnya. Singkatnya, boros adalah perilaku pemakaian uang atau barang di luar kebutuhan.
Apa ya, penyebab kita (atau pasangan) boros?
Banyak alasan, bisa dari tekanan sosial dari lingkungan sekitar. Ingin punya barang tertentu karena yang lain ikut pakai, atau pengaruh dari iklan-iklan di media sosial. Apalagi, kalau ada ‘embel-embel’ beli satu gratis satu, diskon, atau cashback. Alasan lain bisa juga karena emotional spending alias membeli barang untuk kepuasan pribadi, juga untuk melepas stres.
ADVERTISEMENT
“Tiap minggu pasti pergi makan atau nonton, kadang juga beliin barang. Ini termasuk boros nggak?”
Konsep boros ini adalah hal yang sangat subjektif. Seseorang yang mengeluarkan uang untuk makan, nonton, atau membeli barang tak bisa dikategorikan langsung sebagai perilaku boros. Namun, jika pemakaian uang tersebut lebih dari alokasi kebutuhan entertainment yang sudah kita rencanakan sebelumnya, maka dapat dikategorikan sebagai perilaku boros.
Supaya keuangan tetap “aman” pasca menikah, gimana mengaturnya ya?
Penting untuk terbuka mengenai kondisi keuangan pribadi, seperti pengeluaran sehari-hari, hutang, dan penghasilan. Bersikap transparan dapat membantu pasangan agar terhindar dari miskomunikasi dan asumsi terhadap kondisi keuangan satu sama lain.
Jika pasangan memiliki hutang, sebaiknya dibicarakan terkait cara melunasinya, apakah dengan uang pribadi atau uang rumah tangga serta apakah harus diselesaikan sebelum pernikahan atau tidak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, membahas mengenai anggaran pernikahan juga nggak kalah penting. Sering kali, kita dan pasangan punya pandangan yang berbeda mengenai acara pernikahan. Kita perlu menyamakan money mindset terkait pesta pernikahan agar tidak terjadi masalah saat menjalani kehidupan rumah tangga ke depannya.
Perlukah perjanjian pranikah terkait dengan harta untuk menjaga keuangan?
Lagi-lagi tergantung kesepakatan bersama. Perjanjian pranikah memang punya manfaat yang besar bagi pasangan, untuk melindungi hak-hak bersama dengan adanya perjanjian pisah harta. Dengan perjanjian pranikah, harta dan hutang dapat dinyatakan sebagai milik masing-masing pihak. Namun, perkara harta ini adalah hal yang sensitif, jadi diskusikan dulu dengan pasangan, ya.
Ternyata, pasangan cukup boros. Gimana, ya cara mengatasinya sebelum menikah?
ADVERTISEMENT
Kalau pasangan sudah ‘ketahuan’ berperilaku boros maka kemungkinan besar sudah ada perbedaan money management antara satu sama lain. Pertama, tanyakan dulu kondisi keuangan pasangan. Bagaimana pengeluarannya, dan untuk apa? Lalu, diskusikan jumlah alokasi uang untuk kebutuhan rumah tangga, kebutuhan keluarga besar, kebutuhan investasi dan kebutuhan entertainment agar pasangan mendapatkan gambaran seberapa banyak pengeluaran rumah tangga ke depannya.
Masih juga boros?
Jangan ragu untuk konsultasi dengan perencana keuangan seperti certified financial planner untuk mendiskusikan alokasi keuangan rumah tangga ke depannya dan mengunjungi mental health professional seperti psikolog agar mendapat pandangan yang tepat mengenai kondisi emosional pasangan. Karena, seringkali perilaku boros didasari oleh kondisi emosional yang tidak stabil, seperti stres dan gangguan psikologis.
ADVERTISEMENT
Atau, bisa juga nih ikutin tips ini untuk jaga keuangan tetap aman saat masih pacaran atau menjelang pernikahan!
Pengelolaan keuangan yang sehat adalah salah satu faktor yang dapat menjaga keharmonisan rumah tangga. Kita dapat mengatur keuangan dengan menggunakan prinsip 70:20:10.
Pertama, kita gunakan 70% dari penghasilan bulanan untuk pengeluaran sehari-hari dan kebutuhan entertainment. Lalu, 20% dianggarkan untuk tabungan maupun pembayaran hutang. Sisanya 10% adalah untuk investasi maupun donasi yang akan kita keluarkan setiap bulannya. Dengan menerapkan prinsip 70:20:10 diharapkan dapat membantu pasangan dalam mendapatkan gambaran mengenai pengelolaan keuangan bersama maupun pribadi. Yuk coba!
Image by freepic.diller on Freepik
ADVERTISEMENT