news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Menguak Fakta di Balik Hamil Palsu

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
24 Februari 2021 9:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menguak Fakta di Balik Hamil Palsu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda mendengar cerita tentang seorang ibu yang janinnya tiba-tiba lenyap dari kandungan secara misterius? Dari sisi medis, ternyata ada dasar ilmiahnya, lho. Fenomena ini dinamakan dengan hamil palsu (atau pseudocyesis dalam bahasa Latin). Pada kondisi ini, sang ibu merasa dirinya hamil dan merasakan tanda serta keluhan yang sama seperti kehamilan pada umumnya, tapi pada pemeriksaan obstetri tidak terdeteksi adanya janin di dalam rahim.
ADVERTISEMENT
Fakta-fakta dibalik kehamilan palsu (pseudocyesis)
1. Pseudocyesis termasuk gangguan psikiatri. Meskipun kriteria untuk mendiagnosis kondisi ini belum tertuang dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPGDJ-III) yang dijadikan pedoman kasus psikiatri di Indonesia, tetapi menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi 5 termasuk dalam gangguan somatik.
2. Pseudocyesis terjadi saat seorang wanita sangat menginginkan momongan atau mendapat tekanan dari lingkungan sekitar agar segera hamil.
3. Di sisi lain, pseudocyesis juga dapat terjadi jika wanita belum siap atau terlalu takut untuk hamil.
4. Pseudocyesis sering terjadi di tempat yang jumlah fasilitas kesehatannya terbatas atau sarana prasananya minimal sehingga untuk memastikan kehamilan seringkali terlambat.
5. Pseudocyesis dapat berlangsung sampai 9 bulan, bahkan menetap sampai bertahun-tahun. Akan tetapi, dapat hilang dalam hitungan detik bila wanita dapat diyakinkan dengan objektif bahwa dirinya tidak hamil.
ADVERTISEMENT
6. Pseudocyesis berbeda dengan delusi, walaupun sering terjadi bersamaan. Pada delusi, pasien hanya merasa dirinya hamil tanpa ada tanda dan keluhan kehamilan.
7. Pseudocyesis saling bertaut dengan kondisi depresi.
8. Pseudocyesis sering berhubungan dengan PCOS.
Kok bisa sih terjadi hamil palsu?
Pengaruh jalinan saraf dan hormonal (neuroendokrin) serta psikologis sangatlah berperan dalam kasus psedocyesis ini. Mari kita dalami lebih detail.
Efek neuroendokrin
Seperti yang kita tahu, munculnya sekumpulan keluhan terutama pada awal kehamilan terjadi karena efek hormon. Adanya keinginan atau sebaliknya, rasa takut untuk hamil akan memicu peningkatan saraf simpatis yang akan membuat perut terlihat lebih besar, terasa janin bergerak dan muncul nyeri perut yang mirip kontraksi rahim. Kemudian, kadar dopamin dan neorepinefrin yang rendah pada pasien pseudocyesis akan meningkatkan rasio LH/FSH yang memicu keterlambatan haid dan meningkatkan hormon prolaktin yang memicu produksi ASI. Semua gejala dan tanda inilah yang membuat wanita sangat yakin bahwa dirinya hamil.
ADVERTISEMENT
Penyebab psikologis
Paham patriarki yang membudaya (termasuk di Indonesia) sering kali memicu tekanan psikologis pada wanita. Tak pelak, wanita sering disalahkan bila kehamilan tak kunjung tiba. Belum lagi adanya tradisi adat yang sering mendiskreditkan wanita seperti di Nepal, yaitu aturan untuk mengisolasi wanita ke tempat terpencil selama masa menstruasi. Di lain pihak, adanya kehamilan dianggap penanda sah wanita menyandang gelar ‘ibu’. Kelahiran anak juga dianggap penting sebagai penerus marga atau keturunan.
Berbagai tuntutan sosial ini wajar saja memicu rasa stres bahkan depresi yang nantinya dapat mempengaruhi hormon dan memicu gangguan siklus haid. Tidak munculnya haid inilah yang pertama kali membuat wanita merasa sangat yakin bahwa dirinya hamil.
ADVERTISEMENT
Apa saja tanda hamil palsu?
Layaknya ibu hamil yang normal, wanita yang mengalami pseudocyesis akan merasakan perutnya bertambah besar yang dipercaya karena bertumbuhnya janin. Padahal, pembesaran perut dapat terjadi karena beberapa penyebab yang sama sekali tidak berhubungan dengan kehamilan, antara lain:
Anda mengalami terlambat haid? Coba lakukan test pack dulu ya. Bila hasilnya positif, segera lakukan kontrol kehamilan ke bidan atau dokter. Sekalipun belum hamil, Anda tetaplah berharga sebagai seorang wanita. Bagi suami, ingatlah untuk selalu mendukung pasangan Anda, ya!