Serius Pacaran, Ketahui 10 Hal ini Sebelum Memutuskan Menikah

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
8 April 2022 7:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Serius Pacaran, Ketahui 10 Hal ini Sebelum Memutuskan Menikah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sudah tahu dong, kalau menikah adalah komitmen seumur hidup. Kita akan terikat pada pasangan, menerima segala kebaikan dan keburukan sepanjang usia. Tentunya, tidak mudah dan perlu kesiapan yang matang. Menurut dr. Irmia Kusumadewi, SpKJ (K) cinta itu tentu harus ada sebagai landasan pernikahan yang kuat, dan akan terus tumbuh berkembang sejalan dengan proses penyesuaian dalam pendewasaan. Karenanya, mengenal calon pasangan itu penting. Salah satu caranya adalah dengan mengetahui kesepuluh hal ini dari pasangan.
ADVERTISEMENT
1. “Kenapa sih, mau menikah?”
Kita perlu tahu alasan di balik keinginannya untuk menikah. Apakah semata-mata karena rasa, dorongan dari orang tua, atau ingin menyempurnakan diri dalam agama. Ini akan berpengaruh dalam konsistensi komitmen pasangan hingga akhir.
2. “Gimana kamu menghadapi perubahan dan sesuatu yang tak terduga?”
Banyak dari kita yang enggak sadar, bahwa pernikahan itu tak selamanya bisa sesuai dengan harapan dan rencana. Terkadang, ada saja rintangan di tengah perjalanan (baik dengan pasangan atau faktor eksternal) yang bisa memengaruhi hubungan. Kita bisa bertanya menggunakan contoh kasus seperti, “Sayang, kalau nanti di tengah pernikahan kita mendadak bangkrut dan enggak punya apa-apa kamu mau apa?” Jawabannya nanti bisa menjadi pertimbangan kita.
ADVERTISEMENT
3. Seberapa mampu kita menghadapi ketidakcocokan masing-masing
Apakah salah satu dari kalian keras kepala sehingga sulit untuk berkompromi? Atau malas berdebat sehingga memutuskan untuk diam dan tak berkata-kata hingga cenderung melarikan diri dari masalah? Hal-hal seperti ini harus bisa dihadapi bersama dengan baik sebelum memutuskan untuk menikah.
4. Senang bersama vs butuh waktu untuk sendiri lebih lama
Ketika pacaran, dunia memang serasa milik berdua. Apapun dikerjakan bersama. Inginnya selalu terus dekat sehingga terkadang kita tak bisa melihat secara objektif. Ketika menikah, kenyataannya ‘me time’ sangat diimpikan. Karena hidup kita akan berputar di sekelilingnya (di tambah dengan adanya anak). Siapkah kita (dan dia) dengan perubahan ini?
ADVERTISEMENT
5. Seberapa besar sih, pengaruh keluarganya?
Melihat latar belakang pasangan, penting adanya. Apakah ia datang dari keluarga yang utuh, atau orang tua yang berpisah, apakah ada dampak dari keluarganya yang memengaruhi cara pandang dan sikapnya. Ketika kita mengenal keluarganya dan pengaruhnya pada pasangan, kita kurang lebih tahu akan bagaimana karakter dia nantinya.
6. “Kamu mau punya anak, enggak?”
Walau memiliki buah hati bagaikan harapan besar pasangan yang menikah, tapi rupanya tak semua orang berpikir demikian. Ada yang ingin punya anak, ada yang memilih untuk sebaliknya. Alasannya pun beragam. Ini penting untuk ditanyakan di awal supaya tak jadi perselisihan ketika kita dan pasangan berbeda pandangan.
ADVERTISEMENT
7. “Kalau kita nanti enggak kunjung punya anak, gimana?”
Lagi-lagi, buah hati menjadi salah satu faktor krusial dalam sebuah hubungan pernikahan. Ketika keduanya menginginkan anak dalam keluarganya, namun kenyataan berkata sebaliknya, kita perlu tahu bagaimana pandangan pasangan akan hal ini. Termasuk menanyakan opsi yang mungkin bisa diambil, apakah ia terbuka untuk adopsi misalnya, jika kita tak mampu memberikan anak secara normal.
8. “Kehidupan seksual untuk kamu, seberapa penting sih?”
Walau seks memang ranah privat yang mungkin tabu untuk dibicarakan tapi ini adalah hal penting yang perlu dibahas di awal merencanakan pernikahan. Kenapa? Karena keinginan kita dan pasangan belum tentu selaras dan bisa tak sesuai satu sama lain. Di perjalanannya, ini bisa menjadi masalah. Sebisa mungkin kita terbuka dengan pasangan, supaya kita bisa sedikit memprediksikan.
ADVERTISEMENT
9. “Perlu enggak kita buat perjanjian pranikah?”
Untuk menjaga aset dan kemungkinan terburuk yang terjadi dalam pernikahan, melakukan perjanjian pranikah sering menjadi opsi. Nah, ini juga perlu ditanyakan pada pasangan apakah ia merasa perlu melakukan hal ini.
10. “Kamu mau enggak berbagi peran dalam urusan rumah tangga?”
Zaman sudah berubah, kini wanita dan pria terbiasa saling berbagi tanggung jawab dalam mengurus rumah tangga. Tapi, ternyata tak semua pria berpikir demikian. Ini bisa juga jadi pertimbangan kita saat pasangan menjawab apakah ia mau melakukannya atau tidak.
Ke-10 pertimbangan ini tentu akan berbeda pada tiap orang, ya. Karena masing-masing memiliki pandangan dan ekspektasi yang berbeda. Setidaknya, dengan kita melakukan pertimbangan, kita jadi bisa melihat sisi lain dari pasangan yang bisa menjadi pegangan kita saat menikah nanti.
ADVERTISEMENT
Photo created by jcomp - www.freepik.com