Ternyata, Inilah Penyebab Ketidaksuburan pada Pria dan Wanita

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
27 Februari 2020 9:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ternyata, Inilah Penyebab Ketidaksuburan pada Pria dan Wanita
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketidaksuburan atau infertilitas menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) merupakan permasalahan pada sistem reproduksi di mana seorang wanita gagal mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih berhubungan seksual dengan frekuensi 2-3 kali seminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
ADVERTISEMENT
Tidak berhasilnya pasangan melahirkan bayi yang hidup setelah satu tahun menikah dengan kondisi di atas juga dapat dikategorikan sebagai infertilitas.
Berdasarkan data yang diperoleh dari PERFITRI (Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia) dalam Kompas.com, 15 persen wanita Indonesia (± 6 Juta orang) mengalami permasalahan reproduksi dan 12-22 persen di antaranya mengalami masalah berkaitan dengan ketidaksuburan.

Penyebab infertilitas

Menurut dr. Niken Pudji Pangastuti, Sp.OG-KFER dari Klinik SamMarie Wijaya Jakarta, infertilitas dapat disebabkan oleh:
1. Sumbatan pada saluran telur (tuba falopi)
Tuba falopi adalah saluran sepanjang 10-13 cm yang menghubungkan ovarium (indung telur) dengan rahim. Di saluran inilah sel sperma dan sel telur bertemu. Jika tersumbat, sel telur pun tidak dapat dibuahi oleh sel sperma.
ADVERTISEMENT
2. Gangguan ovulasi atau gangguan pada proses pematangan sel telur
Pematangan sel telur dikendalikan oleh hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone). Keduanya diproduksi oleh kelenjar pituitari, yang kinerjanya diatur oleh hormon yang dikeluarkan oleh bagian otak bernama hipotalamus. Gangguan pada pituitari dan hipotalamus dapat mengganggu pematangan dan pelepasan sel telur.
3. Kelainan anatomi pada rahim
Normalnya, rahim wanita berbentuk seperti buah pir terbalik seukuran 5 x 7,5 cm, dengan dua ovarium di kanan dan kiri yang terhubung dengan vagina melalui tuba falopi. Kelainan anatomi pada rahim dapat berupa bentuk abnormal (seperti hati), rahim memiliki dua rongga, rahim hanya separuh dengan 1 tuba falopi, serta rahim yang terlalu kecil. Kelainan anatomi juga dapat disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal seperti mioma (tumor jinak pada otot rahim) dan adenomiosis (lapisan endometrium tumbuh ke dalam dinding rahim).
ADVERTISEMENT
4. Kuantitas dan kualitas sperma yang kurang baik (pada pria)
Untuk dapat membuahi sel telur, ada syarat yang harus dipenuhi oleh sel sperma, meliputi jumlah, kecepatan bergerak, serta bentuk. Jika kondisi sel sperma di bawah standar, besar kemungkinan terjadi masalah kesuburan.

Dapatkah infertilitas diobati?

Gangguan atau kelainan di atas ada yang bersifat permanen, ada pula yang bisa diobati, tergantung dari berat atau ringannya masalah tersebut.
Gangguan yang bersifat permanen atau yang tidak bisa diobati yaitu ketika:
(1) ovarium tidak mampu menghasilkan sel benih (oosit) sama sekali dan testis tidak mampu menghasilkan sel sperma sama sekali,
(2) cadangan sel telur pada ovarium habis, seperti pada kasus premature ovarian failure, dan
ADVERTISEMENT
(3) aazospermia (jumlah sperma yang terkandung pada air mani sedikit atau tidak ada sama sekali) yang tidak dapat diatasi dengan pembedahan dan pengobatan.

Apakah kondisi tersebut memiliki gejala?

Pada wanita, gangguan kesuburan di atas dapat menunjukkan sejumlah gejala seperti:
1. Mengalami amenore primer
Amenore primer adalah kondisi dimana seorang perempuan belum pernah mengalami haid hingga berusia 14 tahun tanpa adanya pertumbuhan seks sekunder (seperti tumbuhnya payudara dan bulu-bulu halus di kemaluan) atau belum haid hingga 16 tahun dengan adanya pertumbuhan seks sekunder.
2. Mengalami gangguan pola haid
Siklus haid yang normal berada dalam kisaran 21-35 hari. Siklus haid yang normal dapat menunjukkan bahwa wanita berovulasi (bertelur). Teratur atau tidaknya dinilai berdasarkan rerata siklus haid dalam kurun 3-4 bulan terakhir. Siklus haid yang tidak teratur, baik terlalu panjang atau terlalu pendek dapat menjadi salah satu tanda masalah reproduksi yang berpengaruh pada fertilitas, seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS). Begitu juga dengan jumlah darah haid yang terlalu banyak.
ADVERTISEMENT
3. Mengalami nyeri berlebihan saat haid
Kram saat menstruasi sering dialami oleh para wanita akan tetapi nyeri hebat yang dirasakan hingga mengganggu aktivitas terlebih apabila terjadi di setiap bulannya menjadi penting untuk diselidiki lebih lanjut karena dapat menjadi pertanda gangguan sistem reproduksi.
4. Keputihan berbau tidak sedap dan gatal
Jika Anda mengalami sejumlah gejala di atas dan hingga saat ini masih mengupayakan kehamilan, segera periksakan diri ke dokter. Sejumlah pemeriksaan lanjutan mungkin akan dilakukan untuk mencari penyebabnya.