Tidak Sekolah, Anak Tetap Bisa Piket di Rumah, Lho!

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
7 April 2020 9:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tidak Sekolah, Anak Tetap Bisa Piket di Rumah, Lho!
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Coba hitung berapa kali dalam sehari anda membersihkan ruangan, menyiapkan makanan, merapikan mainan anak, dan melakukan aktivitas rumah tangga lainnya. Nampak sepele memang, namun cukup melelahkan jika dilakukan berulang, sendirian.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, anak dapat dilibatkan untuk membantu aktivitas harian di rumah sesuai dengan usianya. Jika bingung mulai dari mana, mengapa tidak mencoba membuat tugas piket di rumah? Tidak hanya meringankan tugas anda, piket juga sekaligus membuat anak belajar mandiri.
Menurut Erma Kumalasari, M.Psi, Psikolog yang juga dosen Pendidikan Luar Biasa FKIP UNS, sebenarnya tujuan akhir pendidikan adalah terciptanya kemandirian anak, yaitu kemampuan mereka untuk menghadapi masalah tanpa bantuan orang lain, sebagai proses menjadi manusia seutuhnya.
“Jadi, sekolah tidak hanya mengasah kemandirian berpikir (cognitive autonomy) tapi juga kemandirian perilaku (behavioral autonomy). Salah satunya adalah melalui pemberian tugas piket. Piket ini juga dapat dilakukan di rumah. Kan, keluarga dan sekolah sama-sama memiliki peran terhadap perkembangan kemandirian anak, “ ujar Erma.
ADVERTISEMENT
Apa saja yang tugas piket yang bisa dilakukan anak di rumah?
Banyak sekali. Ubah mindset bahwa piket harus berhubungan dengan sapu dan kemoceng. Asal kita dapat berpikir kreatif, tugas apa pun yang membuat anak melakukan sesuatu sendiri dapat membuatnya mandiri. Erma memberikan beberapa contoh, antara lain:
Tugas di atas dapat diberikan sesuai usia anak. Jika balita anda susah diajak memasukkan mainan ke kotaknya, mengapa tidak mengajaknya menyiram tanaman setiap sore, merapikan sepatu, atau membantu mencuci gelasnya? Ia pasti suka bermain air. Jangan langsung mengharapkan anak melakukannya dengan sempurna ya, karena anda akan melihat hasilnya secara jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan di sekolah, pemberian tugas piket dilakukan bahkan untuk anak pre school. Karena itu, banyak orang tua yang heran dengan laporan guru tentang anak mereka yang dapat melepas sepatu sendiri, mengembalikan wadah makan ke dalam tas, dan lihai menyapu kelas. Padahal, di rumah semua serba dibantu. Jika beberapa jam di sekolah saja dapat membuatnya mandiri, apalagi jika tugas piket diberikan di rumah.
Dampak positif di atas hanyalah sebagian kecil yang dapat kita lihat. Erma menambahkan lebih banyak lagi dampak positif piket, yaitu melatih manajemen waktu, kemampuan kerjasama, komitmen terhadap tugas, mengajarkan tentang kerapian dan kebersihan, membiasakan anak untuk melakukan habit yang baik.
ADVERTISEMENT
Meskipun tugasnya tampak sederhana, anak perlu merencanakan cara untuk melakukannya, alat apa saja yang diperlukan, durasi waktu yang dibutuhkan, serta mengevaluasi hasil kerjanya. Ia juga belajar bertanggung jawab tugas yang diberikan padanya. Anggota keluarga yang lain pun merasakan rumah yang lebih bersih, rapi, dan nyaman sehingga tercipta keakraban.
Jadi, kini saatnya anda berpikir kreatif untuk memberikan tugas piket pada anak. Sesuaikan dengan kemampuannya ya, dan sampaikan dengan cara yang menyenangkan agar anak tidak merasa terbebani. Selamat mencoba!