Review Film Enter the Fat Dragon (2020)

Skyegrid Media
Gamer's Daily.
Konten dari Pengguna
23 Januari 2020 17:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skyegrid Media tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Review Film Enter the Fat Dragon (2020)

Review Film Enter the Fat Dragon (2020)
zoom-in-whitePerbesar
Review Film Enter the Fat Dragon (2020) (1)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Setelah sukses keras lewat IP Man 4 dengan segala kontroversinya, Skyegrid Media kembali tertarik untuk membahas film baru Donnie Yen. Inilah review Film Enter the Fat Dragon versi 2020.
ADVERTISEMENT
 
Menurut Donnie Yen, Enter the Fat Dragon yang mengusung tema komedi aksi tidak sepenuhnya ‘remake‘ dari film dengan judul yang sama di tahun 1978. Mesikupun menghadirkan karakter yang sama, namun menggunakan plot yang berbeda. Bisa juga dikatakan keduanya kebetulan berbagi judul.
 
 
Fallon Chu (Donnie Yen) adalah agen satuan tugas polisi khusus Hong Kong yang dianggap sebagai panutan di mata polisi, maupun masyarakat karena kepiawainnya dalam seni bela diri.
 
Suatu saat, sebuah tugas mengharuskannya melawan sekelompok penjahat di sebuah bank. Sayang, niat baik Fallon untuk melakukan kebaikan justru berimbas pada pekerjaannya. Ia dipaksa turun jabatan, jauh dari yang diperkirakan.
 
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu masalah lain juga datang saat sang tunangan, Chloe (Niki Chow) mencampakkannya. Sebab Chloe merasa tidak suka dengan pekerjaan Fallon sebagai polisi, ia juga menilai Fallon sangat tidak pernah memikirkan masa depan hubungannya.
 
Makanan akhirnya dijadikan Fallon sebagai pelampiasan yang mengakibatkan berat badannya naik signifikan hanyahanya dalam waktu 6 bulan. Walau begitu, hal tersebut tidak menyurutkan kinerja Fallon.
 
Kali ini tugas berat menanti, saat ia ditugaskan oleh kepolisian Hong Kong untuk berhadapan dengan mafia di Jepang yang tak hanya membahayakan dirinya, tetapi juga orang disekitarnya.
 
Namun, Fallon kembali melawan pergolakan batin karena secara tidak diduga kembali bertemu dengan Chloe. Dengan pengalaman dan kemampuannya, Ia harus bisa menyelesaikan misi dengan selamat.
ADVERTISEMENT
 
 
 
Donnie memerankan karakter seorang lelaki dewasa yang cenderung rapuh dibalik seragam polisinya. Namun akhirnya, Ia di ceritakan mampu melalui semua tekanan yang datang silih berganti, dengan metode yang unik yakni makan sembarangan.
 
Dengan melampiaskan pada makanan, tidak ada yang rusak pada tubuhnya selain berat badannya yang jauhd dari ideal. Ia tidak kehilangan kemampuan bela diri, juga insting seorang polisi.
 
Fallon nampak ingin memvisualisasikan sosok manusia yang rentan rapuh untuk seluruh penonton, terutama oknum polisi, yang kerap kali lari ke minuman keras, bahkan narkoba saat tengah dirundung masalah.
 
 
ADVERTISEMENT
Naoto Takenaka (Shinjuku Incident, Manhunt (2017), Samurai Gourmet (Netflix)), Tetsu Watanabe (Sonatine (1993), Sleeping Man) dan Hiro Hayama (New Police Story), merupakan artis asal Jepang yang turut meramaikan film ini. Naoto Takenaka akan berperan sebagai inspektur polisi Metropolitan Tokyo yang diplot sebagai lawan karakter Donnie Yen.
 
Hadir juga Chaney Lin (Lin Qiunan), seorang juara taekwondo cilik berbakat yang meroket lewat perannya di film Kung-Fu Boy (2016), dan aktris cantik Hongkong yang sedang naik daun, Niki Chow.
 
 
 
Latar film ini yang kebanyakan diambil di daerah Tokyo, tentu saja menuntut naturalisme dari seniman setempat,- termasuk co-director Kenji Tanigaki. Kenji sendiri merupakan sutradara film aksi sekaligus seniman bela diri Jepang. Wajar jika sisi perkelahian film ini nampak sangat natural sebab didirect langsung oleh tangan-tangan berpengalaman.
ADVERTISEMENT
 
Di film ini, penampilan Donnie Yen dibuat berubah drastis. Ia bertransformasi menjadi polisi yang kerap memakai baju kasual dengan tubuh cenderung tambun. Tubuh gempal tersebut tentu saja tidaklah sungguhan, melainkan bagian dari makeup khusus.
 
Sayangnya, disinilah seringkali memperlihatkan banyak kejanggalan,- terutama saat adegan aksi. Kita tahu, kecepatan sudah menjadi trade-mark Donnie. Dan seharusnya, bobot badannya yang membengkak sedikit banyak membuatnya melambat dan berkeringat. Hal ini nampaknya sedikit terlupakan.
 
Selebihnya, saya tidak terlalu banyak komplain tentang film ini, termasuk scoring-nya yang menggebu-gebu khas film aksi penuh perkelahian. Kecuali, dialog plus candaan khas Hongkong yang ada di film ini, terasa seperti dipaksakan sehingga tak mampu membuat saya tertawa lepas.
ADVERTISEMENT
 
 
Cerita yang sederhana dengan bumbu aksi yang dominan, menjadi andalan film Enter the Fat Dragon ini. Cocok untuk penyuka film aksi yang tidak harus berfikir keras, untuk menerka alur cerita atau sosok misterius.
 
Terkait detail-detail kecil yang mungkin sekali tidak sempat terkoreksi, menurut saya porsinya masih sangat wajar. Mudah sekali terlupakan dengan hidangan baku hantam ala Donnie Yen yang khas.
 
Nah, sudah cukup bikin penasaran belum review film Enter the Fat Dragon ala Skyegrid Media ini? Sebagai info, film ini sudah tayang serentak di Indonesia per hari ini, 23 Januari 2020.
 
Selamat menonton.
 
ADVERTISEMENT