news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Dampak Pengiriman Batu Bara via Kapal terhadap Kondisi Laut

SolarKita
SolarKita is a Smart Energy company.
Konten dari Pengguna
14 Mei 2019 12:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SolarKita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustarsi kapal pengangkut batu bara. Sumber: wikimedia
zoom-in-whitePerbesar
Ilustarsi kapal pengangkut batu bara. Sumber: wikimedia
ADVERTISEMENT
Dampak batu bara sangatlah luas. Dari aktivitas pertambangannya saja sudah memberikan efek negatif terhadap lingkungan. Pertambangan batu bara terbuka, bisa merusak komposisi lapisan tanah yang menutupi deposit batu bara. Saat nantinya aktivitas pertambangan telah berhenti, yang tersisa hanyalah tanah padat yang sulit ditumbuhi tanaman. Hal ini dikarenakan akar sulit menancap dan air pun tidak dapat meresap. Sirkulasi oksigen juga akan memburuk dalam kondisi demikian.
ADVERTISEMENT
Dengan tidak adanya tumbuhan, maka tidak ada lagi pengendalian erosi dan banjir. Zat karbon yang membahayakan pun tidak akan terserap, dan suhu akan terasa lebih panas. Tidak hanya itu, masyarakat di sekitar area pertambangan juga merasakan dampaknya. Kondisi sosial ekonomi mereka tentu akan berubah. Jika semula mereka bisa dengan mudah bercengkrama di luar rumah, setelah adanya pertambangan batu bara, mereka bisa mengalami gangguan pernapasan jika berada di luar rumah.
Selain itu, batu bara juga menimbulkan dampak dalam aktivitas pengirimannya. Seperti yang Anda ketahui, hingga saat ini pengiriman batu bara hanya bisa dilakukan dengan kapal laut. Ternyata, aktivitas tersebut juga berpotensi menimbulkan dampak negatif. Seperti apa dampak pengiriman batu bara dengan kapal laut? Simak uraiannya berikut.
ADVERTISEMENT
Sekilas tentang batu bara
Batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari jasad renik yang hidup di zaman dahulu. Batu spesial ini dapat dibakar sehingga menghasilkan energi. Hingga saat ini, batu bara masih merupakan bahan galian yang bisa menjadi sumber daya energi dalam jumlah besar. Pemanfaatannya bisa untuk kendaraan bermotor hingga listrik (PLTU Batubara).
Indonesia sendiri memiliki potensi batu bara yang sangat besar. Ada banyak area pertambangan batu bara di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera. Beberapa daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi, dan Papua juga diketahui memiliki potensi batu bara meski belum begitu jelas nilai ekonominya.
Pemanfaatan batu bara di Indonesia pun masih tergolong tinggi. Bersama dengan solar (bahan bakar diesel), batu bara merupakan bahan bakar utama. Bahkan batu bara dinilai lebih ekonomis dibandingkan dengan solar. Perbandingannya pun cukup signifikan, jika solar bernilai Rp 0,74 per kilokalori, maka batu bara hanya Rp 0,09 per kilokalori. Maka, tidak mengherankan jika masih banyak industri yang menggunakan batu bara.
ADVERTISEMENT
Sekarang mari kita kembali pada permasalahan utama, yakni tentang dampak pengiriman batu bara via kapal laut terhadap laut Indonesia.
Ilustrasi batu bara Foto: Kurtdeiner/pixabay
Mencemari air laut
Pengangkutan batu bara dengan metode kapal laut bukanlah metode yang paling aman. Bahkan sering kali cara ini menimbulkan permasalahan, seperti batu bara yang tumpah ke laut. Kapal laut yang digunakan sering kali memuat batu bara dalam jumlah besar, melebihi kapasitas yang mampu diangkutnya. Ini dilakukan untuk menghemat biaya transportasi batu bara. Akibatnya sudah bisa ditebak, batu bara tumpah ke laut dan air laut pun tercemar.
Batu bara yang bercampur dengan air laut akan sangat sulit terurai. Jika dilihat sekilas saja, air laut akan terlihat sehitam batu bara jika terkena tumpahan batu bara dari kapal pengangkut. Hal ini jelas akan membahayakan, bukan hanya untuk biota laut, tetapi juga bagi kapal lain yang melintas, karena tentu tingkat kepekatan air akan berubah.
ADVERTISEMENT
Mengancam kelestarian biota laut
Ada banyak kandungan berbahaya yang terkandung dalam batu bara. Selain zat karbon, batu bara juga mengandung besi sulfida atau pirit pada permukaannya. Zat yang satu ini jika berinteraksi dengan air laut, bisa menghasilkan asam sulfat dengan kadar tinggi. Padahal asam sulfat bisa membunuh ikan serta biota laut lainnya. Ini karena biota laut cenderung sensitif terhadap perubahan pH yang cepat.
Apabila hal tersebut terjadi pada kawasan perairan yang kaya akan biota laut, jelas akan sangat merugikan. Selain laut Indonesia menjadi tidak lestari lagi, nelayan juga tidak bisa menangkap ikan untuk dijual, dan pendapatan mereka akan berkurang. Nelayan Indonesia pun menjadi tidak sejahtera lagi hidupnya. Bayangkan saja, semua ini terjadi hanya karena batu bara yang tumpah ke laut.
ADVERTISEMENT
Membahayakan kesehatan
Selain bisa merusak laut, ternyata batu bara juga bisa membahayakan orang-orang yang bersinggungan langsung dengannya. Dalam hal ini termasuk orang-orang yang mengangkut dan mengirimkan batu bara. Kesehatan mereka akan terancam karena menghirup debu batu bara dalam jangka waktu yang lama.
Mereka akan berisiko tinggi terserang penyakit pneumokoniosis, atau yang lebih sering dikenal dengan istilah paru-paru hitam. Disebut dengan paru-paru hitam, karena memang debu batu bara yang terakumulasi di dalam paru-paru bisa mengubah warnanya yang semula merah muda menjadi hitam. Paru-paru yang berubah warna menjadi hitam akan kesulitan untuk mendistribusikan oksigen di dalam tubuh. Akibatnya, penderita akan sering merasa sesak atau bahkan batuk berdarah.
Bukan hanya membahayakan bagi orang-orang di pertambangan, masyarakat yang ada di sekitar area pertambangan pun juga rawan terdampak. Terlebih jika tempat tinggal mereka dilalui oleh truk pengangkut yang mengirim batu bara ke kapal tongkang pengangkut di pelabuhan. Ini karena abu batu bara mengandung radioaktif uranium dan thorium. Keduanya sangat beracun dan berbahaya bagi kesehatan.
Ilustrasi biota laut. Foto: skeeze via Pixabay
Solusi terhadap dampak batu bara
ADVERTISEMENT
Setelah mengetahui dampak batu bara, baik itu secara umum maupun yang berkaitan dengan transportasi lautnya, apakah tidak ada solusi yang ditawarkan? Dengan inovasi teknologi yang ada saat ini, tentu tidak menutup kemungkinan untuk menemukan solusi terhadap dampak batu bara. Berikut ini beberapa solusi yang bisa ditawarkan.
1. Tindakan pencegahan dengan pendekatan teknologi.
Solusi ini meminimalisir dampak pengangkutan batu bara dengan membuat jalur khusus. Jadi, pihak penambang bisa membuat jalur khusus untuk mengangkut hasil batu bara mereka ke pelabuhan, tanpa melalui wilayah berpenduduk. Dengan demikian, risiko penduduk terserang penyakit pernafasan akibat batu bara pun bisa berkurang.
2. Penataan lingkungan.
Tambang batu bara yang sudah tidak digunakan lagi, sebenarnya bisa ditanami kembali. Memang butuh pengelolaan khusus karena tanah bekas tambang akan sangat padat, namun bisa dilakukan penggemburan supaya tanah bisa ditanami. Jadi, bekas tambang pun bisa menjadi lingkungan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
3. Perbaikan administratif.
Gencarnya penambangan batu bara di Indonesia tidak dipungkiri lagi karena adanya sokongan administratif. Maksudnya, ada banyak aturan yang longgar, sehingga kegiatan penambangan bisa terus berjalan, meski menimbulkan dampak lingkungan. Untuk itu, perlu aturan yang ketat dan mengikat agar aktivitas penambangan dan distribusinya melalui laut tetap sesuai dengan ketentuan.
4. Penggunaan energi surya.
Batu bara dikenal sebagai bahan baku utama untuk pembangkit listrik. Sebagai solusi yang lebih ramah lingkungan, bisa diganti dengan panel surya yang memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi listrik utama. Jadi, secara otomatis penggunaan batu bara pun dapat dikurangi.
Kasus batu bara yang tumpah ke laut sering terjadi di Indonesia. Dampaknya sudah bisa diduga, banyak ikan mati dan biota laut lainnya pun turut punah. Nelayan juga kehilangan sumber penghasilannya. Jika dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin kekayaan laut Indonesia akan berkurang drastis. Untuk itu, mari bersama-sama membiasakan diri untuk tidak tergantung pada batu bara dan hasil olahannya, seperti bahan bakar untuk kendaraan maupun listrik. Sebagai alternatif, Anda bisa memilih energi terbarukan seperti energi surya.
ADVERTISEMENT
Penulis SolarKita: Annisa Hening Noorvitasari