Mari Contoh Bali yang Sudah Menggunakan Energi Baru Terbarukan!

SolarKita
SolarKita is a Smart Energy company.
Konten dari Pengguna
19 Agustus 2019 12:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SolarKita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Isu mengenai penggunaan energi alternatif maupun energi baru terbarukan menjadi mengemuka di berbagai negara termasuk di Indonesia. Tujuannya adalah sebagai solusi atas penggunaan energi fosil yang dinilai sudah berdampak negatif pada lingkungan. Tidak hanya itu, penggunaan energi fosil diperkirakan dapat mengeksploitasi sumber daya alam.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana dengan pelaksanaannya di Indonesia? Beberapa daerah sudah berinovasi dalam menggunakan energi alternatif. Salah satunya adalah Bali yang mulai menggunakan energi listrik dari panel surya dan mampu memasok kebutuhan listrik untuk keperluan masyarakat.
Sempat mengalami tantangan dan hambatan
Mewujudkan tenaga listrik dengan energi alternatif tidaklah mudah dan kerap kali mengalami hambatan dan tantangan. Penerapan di Bali pun pernah mengalami hal serupa. Penggunaan energi baru dan terbarukan di Bali pernah menjadi konsep yang sudah matang di Pulau Dewata ini. Namun, seiring terjadinya pergantian pemangku jabatan, berpengaruh pada penerapan energi alternatif ini.
Misalnya saja pemanfaatan energi geothermal di Bali bisa untuk mendapatkan energi listrik alternatif. Untuk pemanfaatan ini sebenarnya telah dilakukan eksplorasi tahun 2008 lalu di daerah Bedugul. Namun, melansir dari Kumparan menyebutkan bahwa pemanfaatannya tidak optimal karena adanya penolakan warga yang khawatir terhadap masalah lingkungan yang ditimbulkan. Selain itu, instalasi tersebut berada di kawasan yang dianggap suci oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Hambatan dan tantangan ini sejatinya tidak menyurutkan Bali untuk menggunakan energi alternatif. Meski energi geothermal tidak bisa dimanfaatkan dan berjalan dengan baik, Bali masih memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang masih beroperasi. Contohnya saja seperti operasional PLTS Kayubihi.
Penurunan penggunaan listrik
Penggunaan energi alternatif dan energi baru terbarukan di Bali nampaknya membuahkan hasil baik di tingkat masyarakat. Terutama dalam hal penghematan energi. Banyak orang menilai jika semakin tingginya arus pariwisata di Bali berpengaruh pula pada konsumsi listriknya karena industri maupun rumah tangga. Namun, dalam kenyataannya hal tersebut tidaklah sejalan. Justru masyarakat Bali mampu menyelaraskan penggunaan listrik dan melakukan penghematan yang cukup signifikan.
Hal ini sebenarnya sudah nampak selama beberapa tahun belakangan. Melansir dari laman Bisnis.com, pada tahun 2017 lalu misalnya penggunaan konsumsi listrik di Bali mencapai 3 Twh per bulannya. Sementara di tahun sebelumnya yakni tahun 2016 penggunaannya masih dalam kisaran 5 Twh per bulannya. Setahun kemudian, di tahun 2018 penggunaan konsumsi listrik di Bali pun juga mengalami penurunan. Sampai pada bulan November 2018 lalu saja pertumbuhan konsumsi listrik di Bali tidaklah besar dan hanya mencapai 3.4 persen saja.
ADVERTISEMENT
Padahal jika dilihat rasio konsumsi listrik paling banyak didominasi oleh rumah tangga dengan persentase 82 persen. Lalu, disusul dengan bisnis yang menyumbang konsumsi sebesar 11 persen. Pada sektor layanan khusus penggunaannya mencapai 3 persen saja. Sedangkan untuk sektor sosial 2,6 persen, industri 0.08 persen dan pemerintahan 0.6 persen.
Menurunnya penggunaan dan konsumsi listrik ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah semakin banyaknya sektor industri pariwisata yang mulai sadar akan isu lingkungan. Contohnya saja penggunaan lampu LED untuk penerangan dan panel surya sebagai penghasil energi listrik alternatif. Ini juga berdampak pada kehadiran wisatawan di Bali terutama wisatawan dari Cina dan beberapa negara tertentu. Wisatawan dari Cina biasanya tidak terlalu memperdulikan fasilitas hotel dan lebih memilih untuk mengisi kamar dengan jumlah maksimal seperti empat orang dalam satu kamar. Sehingga, kamar hotel masih tersedia dan kosong. Kosongnya kamar dan pengurangan penggunaan fasilitas tersebut disinyalir memberikan kontribusi yang cukup dalam melakukan penghematan listrik.
ADVERTISEMENT
PLTS Kayubihi sebagai proyek percontohan
Berbicara mengenai penggunaan energi alternatif dan energi baru terbarukan, Bali bisa dibilang sebagai pelopor utama di Indonesia. Anggapan tersebut bukanlah sekadar isapan jempol belaka, sebab di Bali penggunaan energi listrik dengan mengandalkan energi surya sudah berjalan dengan baik. Contohnya saja adalah masih beroperasinya PLTS Kayubihi yang ada di wilayah Bangli. Sebenarnya, selain Kayubihi ada PLTS lainnya di Bali seperti PLTS Nusa Penida di Kabupaten Klungkung. Akan tetapi PLTS Nusa Penida tidak lagi berfungsi dengan baik.
Jika dilihat dari lokasi wilayahnya, Bangli memiliki iklim yang sejuk. Rata-rata suhunya mencapai 25 derajat Celcius dan kelembabannya sekitar 85 persen. Logikanya, dengan suhu tersebut iklim di Bangli sinar matahari tidak begitu tinggi dibandingkan dengan kabupaten di Bali lainnya. Namun, hasil yang didapat sebaliknya PLTS ini mampu beroperasi dan bahkan masih tetap memberikan kontribusi sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
PLTS Kayubihi sendiri berada di atas lahan seluas dua hektar. Satu hektare lahan di sini dipasangi 500 panel surya dengan kekuatan masing-masing panel 200 watt. Berdasarkan laman Mongabay Indonesia, disebutkan bahwa PLTS Kayubihi ini menggunakan sistem on grid . Artinya, daya yang diperoleh dari PLTS akan disalurkan ke jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Adanya energi panas yang diserap oleh panel surya tersebut dapat dikonversikan menjadi listrik oleh 50 inverter. Inverter inilah yang akan mengalirkan listrik untuk dikumpulkan dalam sebuah gardu distribusi dan gardu ini akan menyalurkannya kembali ke jaringan PLN. Dengan demikian, konsumsi listrik dari PLN yang digunakan oleh warga menjadi berkurang dan mampu menghemat pengeluaran.
Dukungan kuat pemerintah setempat
ADVERTISEMENT
Keberadaan PLTS Kayubihi dapat beroperasi dengan baik jika dibandingkan PLTS lainnya tidak lain adalah adanya dukungan dari pemerintah maupun stakeholder. Pemerintah Bangli membentuk sebuah perusahaan daerah atau Perusda dalam mengelola PLTS Kayubihi dan melakukan kerjasama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Skemanya adalah PLN akan membeli listrik yang diproduksi oleh PLTS Kayubihi ini. Mengenai harga pembeliannya sudah tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM No.39/207 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan serta Konservasi Energi.
Dari peraturan tersebut, harga yang disepakati untuk pemanfaatan energi alternatif ini adalah Rp 750 /kwh-nya. Sementara untuk kontrak pembeliannya di tahap awal adalah selama lima tahun dan dapat diperpanjang. Dengan adanya tata kelola BUMD dalam operasional PLTS Kayubihi menjadi kunci utama PLTS ini berjalan dengan baik. Meski begitu, energi listrik yang dihasilkan hanya mampu sebesar 1,2 juta kwh/tahun. Jumlah daya ini hanyalah sekitar 11 persen saja dari potensi yang ada dan idealnya adalah 20 persen.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut sebenarnya tidak terlalu buruk, bahkan justru menjadi batu loncatan dan proyek percontohan keberhasilan PLTS di Indonesia dalam menciptakan energi alternatif penghasil listrik selain menggunakan energi fosil.
Memberikan banyak manfaat
PLTS Kayubihi secara keseluruhan sebenarnya tidak hanya sekedar memberikan manfaat dan keuntungan secara finansial maupun komersial saja. Akan tetapi jika kita melihatnya secara menyeluruh, PLTS ini juga memberikan nilai dan manfaat yang tak terlihat atau intangible. Salah satunya untuk lokasi penelitian dan pembelajaran bagi para mahasiswa maupun institusi pendidikan dalam bidang pengembangan energi alternatif.
Sebagaimana diberitakan pada laman Mongabay Indonesia, beberapa universitas yang menjadikan tempat ini sebagai lokasi penelitian adalah Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Udayana dan institusi pendidikan lainnya. Begitu juga data-data yang ada di PLTS Kayubihi ini banyak digunakan oleh Kementerian ESDM untuk proyek pengembangan PLTS di daerah lain di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dari ulasan di atas dapat kita simpulkan bahwa penggunaan PLTS di Indonesia masih belum optimal. Namun, Bali mampu menepis anggapan tersebut. Sebagai proyek percontohan setidaknya Bali mampu memberikan kontribusi besar di tanah air terhadap penggunaan energi alternatif.
Terutama penggunaan panel surya sebagai penghasil energi listrik yang selama ini mengandalkan energi fosil. Jika semua elemen masyarakat, stakeholder dan pemerintah mampu bekerjasama maka bukan tidak mustahil akan tercipta PLTS baru yang lebih mengedepankan penggunaan energi alternatif dan energi baru terbarukan.
Penulis SolarKita: Irfantoni Listiyawan