PLTS Menjadi Energi Andalan Di Masa Depan

SolarKita
SolarKita is a Smart Energy company.
Konten dari Pengguna
25 November 2022 10:01 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SolarKita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
PLTS Menjadi Energi Andalan Di Masa Depan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Energi listrik merupakan salah satu jenis energi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, listrik juga menjadi salah satu faktor penting dalam kemajuan di berbagai bidang, seperti halnya industri dan pembangunan infrastruktur suatu negara.
ADVERTISEMENT
Konsumsi listrik di Indonesia saat ini terus meningkat seiring perkembangan teknologi. Penyediaan energi listrik di Indonesia diperkirakan mencapai 120 GW pada tahun 2025. Karena itu, dalam rangka pemenuhan kebutuhan energi listrik, pemerintah terus memberikan dorongan untuk pemanfaatan energi terbarukan.
Mengingat energi listrik di Indonesia sekarang masih didominasi oleh bahan bakar tidak terbarukan seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Jika ini berkelanjutan tentu ketersediaan bahan bakar tersebut semakin menipis dan memungkinkan terjadinya krisis energi.
Sejumlah kebijakan telah diterapkan di berbagai wilayah, salah satunya dengan mendorong pemanfaatan energi surya sebagai sumber pembangkit listrik atau yang biasa disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
Pemerintah berencana terus mendorong pengembangan energi terbarukan ini. Dari 587 GW kapasitas pembangkit EBT yang ditargetkan akan beroperasi pada 2060, sebesar 361 GW atau lebih dari 60% direncanakan berasal dari energi surya.
ADVERTISEMENT
Potensi tenaga surya di Indonesia menjadi energi utama di masa depan sangat menjanjikan. Hal ini juga memberikan manfaat yang signifikan, karena selain dapat mengurangi emisi global, pemanfaatan energi surya dapat menjadi solusi terbaik dalam mengantisipasi krisis energi di masa depan.
Mengenal Sistem PLTS
Pada dasarnya, sifat dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya adalah pembangit listrik yang dilakukan pada siang hari. Mengingat sebagian besar wilayah di Indonesia mempunyai beban puncak pada malam hari, maka pemanfaatan PLTS untuk penggunaan malam hari harus memiliki sarana penyimpanan daya. Unit atau Modul PLTS terdiri dari panel Solar cell, modul pengatur daya, baterai/accu, dan sarana pengguna seperti lampu, TV, pompa air dan lain-lain. PLTS dibagi dalam tiga sistem, sistem on-grid, sistem off-grid, dan sistem hybrid.
ADVERTISEMENT
Pertama, sistem on-grid bisa diartikan energi listrik yang diperoleh dari panel surya yang dimasukkan ke jala-jala PLN melalui kWh meter exim (export import). Pada penggunaan sistem ini, pelanggan menjual energi listrik yang diperoleh ke PLN dengan harga 65% dari harga yang biasanya pelanggan beli dari PLN. Jumlah penjualan dalam satu bulan akan menjadi penguragan tagihan yang seharusnya dibayar.
Kedua, adalah jenis PLTS off-grid yang jika menggunakan sistem ini energi listrik yang diperoleh dari panel surya akan digunakan untuk menyuplai beban rumah dan jika berlebih akan disimpan dalam batere. Sistem ini biasanya dipakai di daerah yang tidak terjangkau jaringan listrik PLN.
Ketiga, adalah PLTS sistem Hybrid. Dalam sistem ini, energi listrik berasal dari PLTS dan PLN. Sistem hybrid dibagi menjadi dua yaitu hybrid offgrid dan hybrid ongrid. Perbedaan keduanya terletak pada ketersediaan kWh meter exim. Pada hybrid offgrid tidak diperlukan kWh meter exim sedangkan pada hybrid ongrid diperlukan. Prioritas penggunaan energi listrik yang diperoleh dari PLTS digunakan untuk beban. Jika ada sisa energi, maka akan digunakan untuk mengisi batere. Sedangkan pada hybrid offgrid apabila energi listrik yang diperoleh dari panel mencukupi untuk beban dan kondisi batere telah penuh, maka akan ada sebagian energi yang tidak terpakai. Sedangkan pada hybrid ongrid, sisa energi yang diperoleh dari PLTS akan dimasukkan ke jala-jala PLN.
ADVERTISEMENT
Pengembangan Energi Surya di Indonesia
Pemanfaatan energi surya sebagai energi alternatif pembangkit listrik merupakan pilihan terbaik mengingar ketersediaan yang tak terbatas dan bisa didapatkan secara gratis dari alam. Pengembangan PLTS di Indonesia saat ini telah mencapai tren positif, terlebih dengan adanya dukungan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang ada.
Potensi Indonesia yang begitu luar biasa menjadikan salah satu alasan dorongan pemerintah dalam menerapkan kebijakan tersebut. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi energi surya mencapai 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp.
Meski demikian, pemanfaatannya hanya sekitar 10 MWp. Karena itu, pemerintah saat ini telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya dan menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa datang.
ADVERTISEMENT
Adapun 3 program besar pengembangan PLTS di Indonesia sebagai berikut:
1. PLTS Atap
PLTS Atap adalah pembangkit listrik tenaga surya yang panelnya dipasang di atas atap. Penggunaan PLTS Atap ini sering digunakan pada bangunan industri ataupun bangunan residensial. Sebagian besar dari Anda mungkin sudah sering melihat pemanfaatan PLTS Atap ini di pusat kota, seperti gedung-gedung komersial ataupun juga di perumahan.
Salah satu manfaat yang bisa dirasakan oleh pemanfaatan PLTS Atap adalah dapat menghemat tagihan biaya listrik bulanan. Tak heran jika sudah mulai banyak kalangan yang beralih menggunakan PLTS Atap sebagai sumber energi listriknya.
PLTS Atap termasuk salah satu program besar pemerintah Indonesia dalam mendustribusikan energi bersih di berbagai wilayah. Hal ini ditunjukan oleh adanya Permen ESDM No 26 Tahun 2021 sebagai pengganti Permen ESDM No 49 Tahun 2018 tentang Penggunaan Sistem PLTS Atap oleh konsumen PT PLN (Persero). Dorongan ini sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk mendukung Paris Agreement dalam rangka mewujudkan Energi Bersih dan pencapaian target EBT sebesar 23% di tahun 2025.
ADVERTISEMENT
2. PLTS Grounding (Ground-Mounted)
Selain PLTS Atap, dalam rangka mendukung pemanfaatan energi surya secara masif di Indonesia, program lainnya adalah pengembangan PLTS Grounding skala besar.
PLTS grounding atau ground-mounted adalah pembangkit listrik tenaga surya yang dibangun di atas tanah menggunakan penopang khusus yang menahan panel surya. PLTS ini dapat dihubungkan dengan jaringan listrik lainnya seperti PLN untuk memnuhi beban listrik.
Panel surya bisa dipasang di tempat manapun yang ada area terbuka dan memiliki cukup paparan sinar matahari. Sistem kerjanya, sinar matahari yang diterima akan diubah menjadi listrik DC dan dikirim ke inverter yang terletak di belakang panel surya.
Instalasi PLTS di atas tanah umumnya dibangun menggunakan ukuran panel 60 sel yang sama digunakan dalam instalasi panel surya di atap rumah. Sedangkan sistem PLTS grounding skala besar seperti yang digunakan di ladang tenaga surya biasanya menggunakan panel surya 72 sel yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
3. PLTS Terapung
Program pengembangan PLTS di Indonesia yang lain adalah PLTS Terapung. PLTS terapung adalah sebuah sebuah model PLTS terpusat yang diletakan terapung diatas air seperti danau, waduk dan sejenisnya, termasuk laut.
PLTS Terapung memang saat ini telah di gencarkan oleh Pemerintah, salah satu contohnya PLTS Terapung di Cirata Jawa Barat. Keuntungan PLTS Terapung dibandingkan dengan jenis PLTS terpusat lainya adalah tidak membutuhkan lahan yang luas sehinga pemanfaatan lahan juga lebih bisa maksimal.
Dilansir dari Kementerian ESDM, PLTS terapung ini diperkirakan memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibanding PLTS konvensional yang diletakkan di atas atap atau tanah. Peningkatan efisiensi ini didapat dari penurunan temperatur yang dihasilkan dari proses pendinginan air yang berada dibawah sel-sel surya ketika terpapar sinar matahari.
ADVERTISEMENT
Ketiga program inilah yang sedang menjadi prioritas pemerintah Indonesia dalam rangka pemanfaatan energi surya yang lebih optimal. Sebagai masyarakat Indonesia, kita juga harus mendukung pemanfaatan energi bersih untuk menjaga keseimbangan lingkungan.