Hadiah Terindah Kemerdekaan Itu Bernama Pancasila

Sonny Majid
Penggiat kajian, Nahdliyyin, Pengajar
Konten dari Pengguna
17 Agustus 2017 15:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sonny Majid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hadiah Terindah Kemerdekaan Itu Bernama Pancasila
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Relasi antara agama, khususnya Islam dan negara, belakangan ini kembali menjadi tema-tema politik kebangsaan. Beberapa kali dalam perkembangan eskalasi politik, masih menjadi masalah yang krusial. Secara terbesit, hubungan antara Islam-Negara itu sudah jauh-jauh hari terkompromikan di dalam ideologi negara, Pancasila.
ADVERTISEMENT
Bagaimana penjelasannya? Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) Hery Haryanto Azumi dalam sebuah kesempatan sedikit membeberkan pandangannya. Di awal ia mengatakan, banyak pendapat tentang relasi dua kutub tersebut yang dijelaskan di berbagai literatur.
“Sehingga pemikiran tentang relasi (Agama-Islam dan Negara) tersebut tidak bisa seragam,” jelasnya, Kamis (17/8/2017).
Ada yang menjelaskan Islam merupakan agama yang sempurna, di mana di dalamnya mengatur seluruh aspek kehidupan, tak terkecuali kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga agama dan negara merupakan kesatuan yang organik. Adalagi yang beranggapan Islam hanya sebatas memberikan dasar-dasar keuniversalannya saja, dimana tingkat aksinya diserahkan kepada masing-masing manusia.
Pandangan inilah yang menurut Hery-begitu ia akrab disapa, agama menjadi sesuatu yang privat. Agama Islam sendiri tidak pernah memerintahkan untuk membentuk negara Islam. Demikian sebaliknya, lanjut dia, Islam memerintahkan kepada manusia untuk selalu menegakkan keadilan, melindungi yang lemah dan selalu berbuat kebajikan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya pandangan yang melihat antara agama dan negara memiliki hubungan yang komplementer. Maksudnya disini kata Hery, keduanya saling melengkapi dan mendukung. “Agama memerlukan negara, dan negara memerlukan agama,” katanya, sembari mengingatkan bagaimana dulu, Soekarno sebagai Presiden RI pertama tidak lelah meyakinkan kepada semua kalau Indonesia berdasarkan Pancasila lebih memberikan jaminan terhadap utuhnya Indonesia yang sudah ditakdirkan berlatar belakang aneka ragam budaya.
Relasi Islam-negara juga telah diperlihatkan oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy,ari dalam bentuk Jihad Kebangsaan guna melawan penjajah kala itu. Jihad Kebangsaan yang digelorakan Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari ini kata mantan Ketua Umum PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini, konteksnya dalam rangka membela tanah air mencapai kedaulatan dan kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
“Menurut beliau, kecintaan terhadap agama haruslah sejalan dengan cinta tanah air. Sekarang ini justru muncul fenomena dimana ada kelompok tertentu yang mencintai agama berlebihan, tapi melupakan kecintaannya kepada Tanah Air,” ujarnya. Artinya apa, Pancasila dalam sudut pandang kebangsaan, merupakan sebuah sistem etika, etika dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara yang di dalamnya ada prinsip-prinsip ajaran Islam. Islam menegaskan kekuasaan merupakan amanah, kemudian di dalam Pancasila menyinggung soal musyawarah, keadilan sosial, persamaan, perdamaian, kesejahteraan.