MODAL PSIKOLOGIS DALAM BISNIS

Konten dari Pengguna
26 Mei 2019 22:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sonny Soeharso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dr. Sonny Y. Soeharso, business psychologist Dosen Fakultas Psikologi Universitas Pancasila
ADVERTISEMENT
Dalam setiap perkuliahan Saya mengatakan bahwa setiap manusia yang dilahirkan melalui rahim seorang ibu pastilah dihasilkan dari suatu lomba persaingan antara beratus-ratus ribu benih dari sang Ayah yang mampu menembus sel telur dari sang ibu, hanya satu atau dua saja. Manusia lahir dari sebuah kompetisi, oleh karena itu manusia tak perlu takut menghadapi kompetisi dimanapun, demikian pula dalam bisnis. Para pelaku bisnis suka tidak suka, mau tidak mau pastilah akan memasuki arena persaingan bisnis.Seberapa siapkah kita ?
Persaingan bisnis yang semakin tajam menuntut organisasi/perusahaan dikelola secara profesional agar mampu bertahan dan terus berkembang dalam jangka panjang. Selain modal teknologi, keuangan, sistem operasi dan tentu SDM merupkan faktor penentu. Nah, tak dapat dipungkiri bahwa kualitas sumber daya manusia secara signifikan sangat menentukan kesuksesan suatu perusahaan. Berbagai survei dan penelitian pun telah menunjukkan bahwa perusahaan yang mempekerjakan orang-orang yang “berwatak baik” dan competence akan mampu berkinerja unggul dan menjadi “driver” bagi keberlanjutan suatu organisasi/perusahaan.
ADVERTISEMENT
Permasalahannya adalah banyak perusahaan yang telah mempekerjakan orang-orang “unggul” namun tetap saja tidak mampu berprestasi seperti yang diinginkan manajaman/pimpinan perusahaan. Padahal, perusahaan itu telah melakukan tes / asesmen kompetensi (yang tidak murah) bagi para kandidat baik dari dalam maupun dari luar organisasi/perusahaan. Bahkan, tidak sedikit perusahaan yang membajak karyawan “unggul” dari perusahaan lain dengan harapan mampu mendongkrak kinerja perusahaan. Puaskah para pemilik perusahaan ? Jawabannya belum !
Pertanyaannya adalah mengapa hal tersebut terjadi ? Yang pasti, ada faktor lain yang juga berperan untuk mengaktualisasikan dan mengoptimalkan kompetensi seseorang agar unjuk kerja unggulnya tertampil. Dalam perspektif Psikologi tidak cukup hanya “berwatak baik” dan kompeten saja, tapi ada faktor lain yang disebut modal psikologis (psychological capital) atau sering disebut dengan “PsyCap”. Kompetensi dan PsyCap yang positif akan mengarahkan karyawan berprestasi unggul.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2007, Luthans, psikolog dan kawan-kawan (dkk) memperkenalkan konsep PsyCap. Konsep ini sebenarnya merupakan perkembangan dari perilaku organisasional positif (Positive OB) yang menekankan pada penerapan kekuatan atau kelebihan (hal-hal positif) dalam diri sumberdaya manusia agar dapat mendorong kompetensi berfungsi optimal dalam menunjukkan kinerja unggulnya. Dengan kata lain PsyCap berfungsi sebagai “mesin pendorong” agar “kompetensi” dapat bekerja dengan optimal. Ibarat mesin pompa air, kompetensi adalah kemampuan menyedot air dari dalam tanah ke atas toren penampung air, namun agar air dapat memainkan perannya sebagai materi pembersih untuk cuci mobil atau motor diperlukan “mesin pendorong” agar kekuatan dan kekencangan tekanan air semakin efektif untuk membersihkan kotoran.
Menurut Luthans dkk ada empat (4) dmimensi / aspek modal psikologis yang Saya sebut sebagai HERO (Hope, Efficacy, Resilience, Optimisme):
ADVERTISEMENT
Pertama, harapan (hope). Setiap manusia memiliki harapan dan kebutuhan bahkan keinginan kepada manajemen perusahaan. Tapi bukan mendahulukan kepentingan pribadi tapi harapan untuk sukses dan berhasil yang diwujudkan dalam suatu upaya sunguh-sunguh (totalitas) dan “enggaged” terhadap visi, misi perusahaan, tetap bertahan dan fokus pada sasaran dan jika perlu mencari jalan lain (kreatif) agar sasaran/objective dapat dicapai. Harapan disini agar perusahaan dapat beroperasi dalam jangka panjang dengan demikian otomatis harapan pribadinya dapat terpenuhi.
Kedua, kepercayaan pada kekuatan diri sendiri (self-efficacy), yaitu upaya keras untuk mengatasi tantangan-tantangan pada tugas dan lingkungan. Kepercayaan diri tersebut berkait dengan task mastery dan social pressure mastery. Jadi, karyawan dengan kepercayan diri ini akan berupaya meraih keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya karena ketekunan dan keuletan dalam berusaha demi meraih prestasi terbaiknya. Dia mampu memindai lingkungan sosial dan percaya diri dengan kemampuan dirinya mewujudkan target dan sasaran serta mimpi-mimpi yang diinginkannya.
ADVERTISEMENT
Ketiga, daya tahan (resilience) yaitu kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan demi mencapai tujuan. Fakta menunjukkan tidak semua orang memiliki daya tahan yang tinggi dalam menghadapi tantangan. Alhasil, banyak dari mereka yang putus asa, bahkan tidak bersemangat untuk menggapai cita-citanya. Dalam dimensi ini yang dibutuhkan bukan SDM yang pintar tapi manja dan lembek tapi SDM yang cerdik dan “tahan banting”. Apapun yang menghalangi pencapaian sasaran akan siap dihadapi dan diatasinya, meski dengan sumberdaya yang amat terbatas.
Keeempat, optimisme yaitu sikap optimistis terhadap keberhasilan masa sekarang atau masa yang akan datang. Karyawan yang optimis akan selalu berharap bahwa sesuatu yang baik akan terjadi. Sikap optimistis itu akan mendorong dan mempengaruhinya untuk berupaya keras mencapai keberhasilan. Optimisme yang tinggi dihasilkan pula dari adanya harapan akan masa depan yang lebih baik bukan sebaliknya, pesimis dan selalu mengeluh melihat keadaan diri dan lingkungannya.
ADVERTISEMENT
Keempat modal psikologis itu diyakini mampu berkontribusi positif sebagai pendorong dalam diri seseorang sehingga kompetensi yang ia miliki dapat berfunsi dengan baik sehingga ia dapat berkinerja optimal dan unggul. Dalam persaingan usaha yang ketat, terlebih di era revolusi industri 4.0 saat ini (IOT) dengan turbulensi lingkungan bisnis yang penuh “VUCA” (Volatility, Uncertainty, Complexcity and Ambiguity) kualitas sumber daya manusia (hard skill dan soft skill) sangat menentukan keberlangsungan hidup dan keberhasilan perusahaan, di samping tentunya pengelolaan sumberdaya manusia itu sendiri.
Kompetensi adalah syarat mutlak, menjadi bagian yang terpisahkan dari modal manusia, namun modal psikologis perlu diindahkan sehingga keduanya menjadi modal yang unggul. Perusahaan senantiasa perlu melakukan diagnostik modal psikologis karyawan serta mampu mengelolanya secara tepat. Tujuannya agar menjamin pencapaian sasaran perusahaan.
ADVERTISEMENT
Modal psikologis yang kuat membuat para karyawan berkomitmen kuat pada pekerjaannya. Komitmen ini dicirikan antara lain kemauan bekerja keras dan tidak menyerah pada kesulitan-kesulitan, keterlibatan, antusiasme dan berkonsentrasi penuh dalam bekerja. Karyawan yang berkomitmen dengan pekerjaannya akan sangat asyik dan bersemangat dalam bekerja, bahkan seolah-olah tidak memikirkan waktu kerja dan reward yang diterimanya. Mereka bekerja “totalitas” dan tidak “itung-itungan”. Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh, tekun, persisten dengan serius namun ceria. Untuk mengetahui sejauahmana seseorang memiliki PsyCap yang tangguh perlu dilakukan tes dan wawancara mendalam sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam proses rekrutmen dengan menggunakan metode Assessment Centre (AC). Semoga artikel ini bermanfaat bagi para Master Trainer, Widyaiswara, Profesional Facilitator, Guru dan Dosen serta praktisi bisnis yang berminat terhadap peran modal psikologis dalam memperoleh daya saing dalam persaingan bisnis. Salam Pancasila, Merdeka !
ADVERTISEMENT
Penulis dalpat dihubungi di: