Mengenal Dampak Manipulasi untuk Perusahaan dan Politikus

Sridewanto Pinuji
Penulis untuk topik mengenai kepemimpinan. Sila kontak [email protected]
Konten dari Pengguna
22 Februari 2018 4:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sridewanto Pinuji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengenal Dampak Manipulasi untuk Perusahaan dan Politikus
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Perusahaan atau politikus senang memanfaatkan berbagai manipulasi untuk menjaring konsumen atau pemilih. Banyak alasan dan dampak dari penggunaan manipulasi ini. Di antaranya adalah:
ADVERTISEMENT
Metode ini bekerja dengan baik serta dapat memengaruhi perilaku seseorang. Bagi perusahaan, maka dapat mendatangkan kesuksesan.
Namun, penggunaan manipulasi berdampak luas. Sebagai contoh tidak adanya kesetiaan dari konsumen kepada produsen, atau pemilih kepada politikus.
Dampak lanjutannya adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen makin tinggi untuk melakukan berbagai manipulasi lanjutan. Selain itu, keuntungan yang diraih biasanya terjadi hanya dalam waktu yang singkat karena tidak adanya kesetiaan konsumen. Pada akhirnya, kedua pihak baik itu penjual dan pembeli mengalami stres karena tekanan untuk melakukan manipulasi dan kesadaran telah dimanipulasi.
Di dunia politik juga terjadi dampak yang hampir mirip. Seorang politikus dapat saja terpilih di gelaran pemilu. Namun, hal tersebut tidak otomatis menjadikan dirinya sebagai seorang pemimpin. Pasalnya, manipulasi tidak pernah menjadi fondasi yang kuat bagi sebuah kepemimpinan.
ADVERTISEMENT
Simon Sinek dalam bukunya Start With Why menjelaskan fondasi kepemimpinan adalah manakala orang atau pemilih setia dengan Anda baik di kala susah atau pun senang, di masa jaya atau pun ketika terpuruk. Sebab, pemimpin seharusnya mampu melayani pemilihnya sepanjang masa, bukan hanya menjelang pemilu seperti pahlawan kesiangan. Akibatnya, seorang pemimpin yang telah mampu meraih loyalitas pendukungnya akan tetap mendapatkan dukungan kendati dia melakukan langkah yang keliru.
Bisnis Semata dan Kesetiaan
Terdapat perbedaan mendasar antara sekadar bisnis semata (bussiness as usual) dan kesetiaan (loyalti). Pada kegiatan bisnis semata, maka seorang konsumen akan melakukan bisnis berkali-kali dengan berbagai produk yang menguntungkan orang tersebut. Di sisi lain, kesetiaan berarti seseorang bersedia untuk tidak memilih produk yang lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah dan tetap melakukan bisnis dengan Anda dan produk yang Anda hasilkan.
ADVERTISEMENT
Mungkinkah seseorang, perusahaan, atau politikus menghindari manipulasi?
Rupanya agak sulit untuk dilakukan. Hal ini terjadi karena manipulasi sudah seperti candu. Pil manipulasi kembali ditelan lagi dan lagi untuk mendapatkan keuntungan. Seperti juga kecanduan, maka pada kesempatan berikutnya dosis manipulasi akan lebih besar dan dikonsumsi lebih sering. Kemudian, dampak yang ditimbulkan adalah akibat jangka panjang pada kesehatan politikus dan juga perusahaan yang melakukan manipulasi.
Kapan manipulasi dilakukan?
Teknik manipulasi dapat dilakukan secara efektif untuk berbagai transaksi yang terjadi sekali atau jarang sekali. Sebagai contoh, polisi memberikan hadiah kepada siapa saja yang dapat memberikan informasi keberadaan seorang buron.
Manipulasi hanyalah satu strategi untuk mendapatkan transaksi. Sebagai contoh promosi sebuah produk. Teknik ini hanya akan berjalan dengan baik manakala keuntungan yang didapatkan oleh konsumen dirasa lebih tinggi daripada risiko yang harus ditanggungnya.
ADVERTISEMENT
Karena manipulasi bekerja dengan baik untuk transaksi tunggal dan di awal, maka akibatnya teknik ini tidak dapat menolong transaksi yang berkelanjutan. Selain itu, sudah disebutkan di atas, manipulasi tidak dapat menghasilkan kesetiaan dan hubungan jangka panjang antara produsen dengan konsumen.
Apa sebenarnya peran dari konsumen yang loyal?
Para konsumen yang setia kepada satu produk atau jenama tertentu sangat bermanfaat bagi perusahaan atau politikus pada saat sulit. Sebab, mereka ini dapat membantu perusahaan atau politkus untuk mengurangi biaya manipulasi. Mereka akan suka rela mendukung perusahaan atau politikus tanpa perlu dimanipulasi. Hal ini mengarah pada manfaat lain, yaitu perusahaan atau politkus pun akan merasa tenang, meskipun kondisi sulit sedang dihadapi.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, sebuah perusahaan atau politikus hendaknya tidak terlalu bergantung kepada manipulasi karena dapat mengakibatkan stres. Parahnya, stres ini tidak hanya terjadi kepada perusahaan atau politikus tersebut, namun juga kepada konsumen dan pemilih. Pada akhirnya, tidak ada seorang pun yang akan menang. Bahkan, kesehatan kita pun dapat terganggu.
Kenapa manipulasi berbahaya?
Seperti halnya obat-obatan terlarang, manipulasi berbahaya karena dapat bekerja dengan baik. Lambat laun, hal ini menjadi budaya dan dilakukan oleh berbagai organisasi, perusahaan, atau politkus.
Kendati demikian, terkadang para pengambil keuntungan dari manipulasi tersebut akan melakukan manipulasi yang lain untuk menciptakan keuntungan. Ini barangkali manipulasi di tingkat yang paling tinggi manakala yang memanipulasi pada akhirnya malah termanipulasi. Ujung dari semua manipulasi ini akhirnya adalah organisasi, perusahaan, politikus dan sistem yang kita bangun, bisa demokrasi atau budaya kerja, akan semakin lemah.
ADVERTISEMENT
Picture is taken from Pexel