Ditolak Ormas, Rocky Gerung : Itu Bentuk Paradoks Demokrasi

Konten Media Partner
19 Maret 2019 19:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ditolak Ormas, Rocky Gerung : Itu Bentuk Paradoks Demokrasi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Rocky Gerung saat mengisi kuliah umum di Aula At Taqwa Bojonegoro.
ADVERTISEMENT
SuaraBanyuurip.com - Ririn Wedia
Bojonegoro - Rocky Gerung menanggapi penolakan  kehadirannya oleh sejumlah organisasi masyarakat (Ormas) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, dan daerah lainnya. Menurutnya, penolakan tersebut sebagai bentuk paradoks demokrasi.
Hal itu disampaikan Rocky Gerung kepada suarabanyuurip.com usai memberikan kuliah umum bertema Stadium General Membangun Nalar yang dilaksanakan Mahasiswa STIT Muhammadiyah di Aula At Atqwa Jalan Teuku Umar, Bojonegoro, Selasa (19/3/2019).
Rocky Gerung menegaskan jika penolakan kuliah umum dirinya merupakan sikap paradoks dari demokrasi yang seharusnya orang diijinkan bicara tentang politik di tahun politik.
"Sebab di tahun politik orang ingin mengetahui semua aspek kekuasaan itu," tegas akademisi itu. 
Menurut ahli filsafat ini, sikap beberapa pihak melarang orang mengetahui isu politik itu justru bertentangan dengan prinsip jika tahun politik harus terbuka dengan politik.
ADVERTISEMENT
"Pemilu itu pergantian kekuasan, dirancang untuk mengganti kekuasaan harus dipastikan bahwa terjadi pembelajaran politik pada pemilu hari ini," tegas Rocky Gerung.
Tradisi untuk menghasilkan politik bermutu pada awal republik inilah yang harus diaktifkan pada pembicaraan politik. Rocky Gerung menegaskan, dirinya bukan tim sukses dari pasangan calon Presiden-Wakil Presiden manapun. Tetapi, menghendaki kekuasaan itu diganti.
"Saya terus memberi kritik pada pemerintahan sekarang ini, artinya berupaya menghasilkan ulang kekuasaan yang bermutu," lanjutnya.
Sikap kritis yang ditunjukkan pada pemerintahan Joko Widodo sekarang ini, lanjut Rocky Gerung, malah membuatnya dianggap bagian dari tim capres lain.
"Tapi tidak apa-apa ya, karena itu sudah menjadi konsekuensi saya mengkritisi pemerintah," pungkas pendiri Institut Setara itu.
Kehadiran Rocky Gerung di Bojonegoro menjadi magnet tersendiri. Ratusan mahasiswa dan masyarakat utamanya kaum hawa yang menamakan diri emak-emak memenuhi Aula At Taqwa.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut berbeda di Kabupaten Tuban. Kehadiran Rocky Gerung ditolak ormas karena dianggap pernyataannya kontroversial dan memprovokasi.(rien)