Makna Esensial Kehadiran Amal Usaha Muhammadiyah

Sudarnoto Abdul Hakim
Akademisi dan pengamat sosial keagamaan dan politik
Konten dari Pengguna
20 November 2019 8:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sudarnoto Abdul Hakim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pusat Dakwah Muhammadiyah. Foto: Jihad Akbar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pusat Dakwah Muhammadiyah. Foto: Jihad Akbar/kumparan
ADVERTISEMENT
Hingga miladnya yang ke-107 tahun Ini, Muhammadiyah sudah bertransformasi menjadi sebuah organisasi sekaligus gerakan civil society muslim modern yang sangat besar dan berpengaruh. Tidak saja dalam skala nasional, gerakan ini sudah menerobos ke berbagai negara. Gaung internasionalnya, tak sekadar karena bergerak di bidang keagamaan dan pendidikan, akan tetapi juga perhatian seriusnya terhadap isu lingkungan dan kemanusiaan yang kemudian mendorong masyarakat dunia memberikan apresiasi tinggi kepada Muhammadiyah.
ADVERTISEMENT
Kemunculan dan semakin gencarnya Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang dipimpin oleh seorang perempuan, Rahmawati Husin, telah mendorong PBB untuk memberikan award kepada Muhammadiyah. Ini prestasi yang sangat prestisius.
Spirit Tajdid dan Tanwir dan pembacaan yang sangat cerdas terhadap berbagai persoalan lingkungan dan kemanusiaan yang memang telah menjadi isu global selama ini, menempatkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam moderat dan paling progresif di abad ini. Indonesia pun semakin diperhitungkan di mata dunia. Ini juga sekaligus membuktikan bahwa Muhammadiyah akan mengalami sebuah perubahan atau transformasi yang sangat penting di abad XXI ini.
Amal Usaha, Etos Transformatif
Tradisi beramal usaha yang ditanamkan sejak era terawal Muhammadiyah abad ke XX, adalah start penting Muhammadiyah untuk menunjukkan watak dasarnya. Kekuatan gerakan Muhammadiyah ini disamping terletak pada ideologinya juga pada orientasi praktis atau amaliyahnya. Arti penting Muhammadiyah bukan terletak kepada presensi organisasinya, akan tetapi pada sejauh mana Muhammadiyah memberikan manfaat kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Term "khoiru ummah" (sebaik-baik umat) yang disebut sebut dalam alquran dan "Khoirun Nasi" (sebaik-baik manusia) di Hadits mengesankan kuat telah menjadi sumber inspirasi bagi Muhammadiyah untuk membangun "Etos Amal" untuk secara terus menerus berkreasi, berkontribusi memberikan manfaat dan memajukan masyarakat.
Pandangan teologi transformatifnya telah menempatkan Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid, Tanwir, dan progresif atau berkemajuan. Pandangan ini juga, yang oleh alm. Harun Nasution disebutnya sebagai Neo Muktazilah, benar-benar tepat kehadirannya di saat masyarakat muslim dan bangsa Indonesia terinjak kedaulatannya karena imperialisme. Jadi, teologi Muhammadiyah juga berwatak "liberatif" yaitu membebaskan atau memerdekakan diri dari segala bentuk belenggu dan penjajahan.
Ini juga yang menginspirasi Muhammadiyah untuk secara terus menerus beramal usaha dalam bidang sosial kemanusiaan, kesehatan dan pendidikan bahkan hingga saat ini. Muncul dan berkembangnya panti asuhan yatim piatu, panti jompo, rumah sakit, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi perguruan tinggi adalah manifestasi teologi transformatif Muhammadiyah yang benar-benar dirasakan kehadirannya oleh masyarakat dan bangsa.
ADVERTISEMENT
Inilah salah satu cara kultural progresif Muhammadiyah, selain cara-cara politik dan milier yang juga ditempuh oleh organisasi pergerakan lainnya, untuk membebaskan atau memerdekakan masyarakat dan bangsa.
Semakin banyak dan berkembangnya AUM (antara lain lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan) tidak sekedar menggambarkan perkembangan institusionalnya, akan tetapi menunjukkan bahwa problem sosial, kemanusiaan dan ketidakadilan bidang pendidikan masih dihadapi masyarakat di mana mana sebagai akibat dari kolonialisme.
Dan Muhammadiyah hadir memberikan jalan keluar untuk mengangkat martabat dan kedaulatan masyarakat. Jadi, AUM pada hakikatnya memang sangat erat terkait dengan soal kedaulatan dan soal kemanusiaan. Intinya, AUM bergerak untuk humanis human, memanusiakan manusia berlandaskan kepada pandangan teologi transformatif, liberatif, dan progresif.
Disorientasi Teologis
ADVERTISEMENT
Modernisasi sekular yang tumbuh hampir bersamaan dengan Program Pembangunan Nasional yang dilansir pemerintah ORBA nampak kuat berpengaruh tidak saja dalam bidang ekonomi, akan tetapi juga budaya, politik dan bahkan dunia pendidikan. Kekuasaan yang sentralistik, mempercepat proses sekularisasi ini dan mendorong masyarakat untuk juga menganut pandangan pragmatisme. Disamping itu, kemajuan sains dan teknologi yang hingga sekarang terus berlangsung masuk revolusi industri 4,0 nampak juga menjadi peluang jembar bagi berkembangnya sekularisme dan bahkan hedonisme dan ideologi-ideologi trans nasional lainnya.
Memang tak sepenuhnya berhasil ideologi-ideologi itu menggerogoti keluhuran nilai bangsa, Pancasila dan agama. Tidak seperti di negara-negara lain Amerika misalnya, pusat-pusat kegiatan keagamaan, sarana sarana ibadah, pengajian-pengajian dan bahkan gilda Tarekat berkembang di mana-mana, di banyak kota besar yang justru menjadi pusat sekularisme. Agama, Islam khususnya, tetap tumbuh dan berkembang kuat justru di saat sekularisasi menjalar ke mana-mana.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, sekularisasi dan pragmatisme nampak teap akan menjadi ancaman potensial bagi Muhammadiyah. Teologi sebagaimana yang dianut dan dijaga oleh Muhammadiyah selama ini bisa terpinggirkan dan sasaran potensialnya adalah AUM. AUM, secara sosiologis dan finansial bisa dipahami sebagai lembaga transaksional (al-Baiy' atau al-Aqd) antar berbagai pihak agar kebutuhan pihak-pihak tersebut terpenuhi.
Tepatnya, dalam pandangan Muhammadiyah, Amal Usaha sebetulnya ialah suatu usaha dan media dakwah Muhammadiyah. Hakikatnya, AUM merupakan lembaga penting dan mulia. Akan tetapi, karena karakteristik duniawinya, maka AUM juga potensial bisa menjadi arena rivalitas pengaruh antar individu atau kelompok untuk kepentingan sekuler duniawi dan sangat temporal sifatnya.
Tak mustahil juga, karena faktor-faktor tertentu, nilai-nilai kepantasan, moral dan etika dilanggar, aturan dan bahkan hukum juga dirusak. Korupsi dan abuse of power mungkin bisa terjadi. Tata kelola yang baik dan bersih (clean and good governance) AUM juga tak diwujudkan. Agama terkalahkan dan dibajak oleh sikap pragmatis sekuler orang-orang yang sangat obsesif dengan kehormatan sosial dan kenikmatan ekonomi. Mereka adalah para pecundang yang sudah dipastikan akan merusak AUM dan persyarikatan.
ADVERTISEMENT
AIK Transformatif
Penguatan nilai nilai luhur baik yang bersumber dari Pancasila maupun agama menjadi sangat urgen dilakukan. Dengan modal ini, maka kualitas SDM bisa dipertanggung jawabkan, lembaga AUM bisa diselamatkan dan sekaligus dimajukan. Dengan cara ini juga AUM bisa secara maksimal diarahkan sebagai alat instrumental memanusiakan manusia dan membangun peradaban demi kemaslahatan umat.
AIK, dalam perspektif ini haruslah dibaca secara kontekstual empirik sehingga benar-benar mampu menjadi sumber inspirasi bagi transformasi sosial; pada akhirnya AIK haruslah menggerakkan dan memajukan dengan tetap menjaga nilai luhur. Inilah AIK Transformatif.
Wallahu a'lam bis sowab.
Penulis adalah Associate Professor FAH UIN Jakarta, Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PPM, Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI.
ADVERTISEMENT