Muhammadiyah di Tengah Ideologi Dunia

Sudarnoto Abdul Hakim
Akademisi dan pengamat sosial keagamaan dan politik
Konten dari Pengguna
17 November 2019 16:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sudarnoto Abdul Hakim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Logo PP Muhammadiyah. Foto: Wikipedia
zoom-in-whitePerbesar
Logo PP Muhammadiyah. Foto: Wikipedia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu letak kekuatan Muhammadiyah hingga memiliki kemampuan untuk terus eksis hingga hari ini ialah karena ideologinya. Dengan ideologi yang dianutnya Muhammadiyah mampu survive atau bertahan tidak rontok meskipun begitu banyaknya tantangan, problem dan gempuran sosial keagamaan, kultural, dan politik yang dihadapi sepanjang sejarahnya.
ADVERTISEMENT
Dengan ideologi yang senantiasa terawat ini, Muhammadiyah senantiasa memiliki energi untuk selalu menggerakkan, mentransformasi, mencerahkan, meliberasi dan memajukan masyarakat luas. Seakan tak habis energinya, kehadiran Muhammadiyah tetap terasa dan dinanti untuk "memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta."
Perlukah Ideologi?
Secara umum ideologi bisa dimaknai sebagai kumpulan dan sistem nilai, gagasan, ide-ide dasar, keyakinan serta kepercayaan dengan tujuan tertentu yang hendak dicapai untuk kehidupan nasional masyarakat suatu bangsa dan negara. Ideologi juga bisa dipahami sebagai visi yang komprehensif dan cara pandang atau pandangan hidup/ Weltanschauung.
Selain menyediakan gagasan, ide dan keyakinan yang disepakati, ideologi juga menyediakan perangkat norma, aturan dan sistem hukum yang mengikat ketaatan seluruh warga sekaligus memberikan arah jalan ke depan yang musti diikuti bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama.
ADVERTISEMENT
Bisa juga diringkas bahwa ideologi merupakan konsep ideal tentang suatu masyarakat, bangsa dan negara ke depan yang senantiasa harus diperjuangkan agar terwujud. Pengertian atau pemahaman ini, secara sosiologis, meniscayakan adanya kelompok masyarakat antara lain meliputi ruling and elite group, inteligensia/cendikiawan, agama, tentara dan kaum profesional yang secara kultural dan politik terus menerus bergerak mengarahkan masyarakat pada umumnya secara bersama-sama untuk mewujudkan cita-cita ideal ke depan.
Dalam konteks ini, ideologi menjadi sangat penting karena memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa mereka akan menjadi bagian penting sebagai pelaku perubahan (actor/agent of change).
Banyak ahli yang memberikan pandangan mereka tentang tujuan dirumuskannya sebuah ideologi. Dari pandangan-pandangan tersebut, bisa diringkas bahwa ideologi sangat dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa: (1) kehidupan masyarakat, bangsa dan negara harus dikelola atau diatur melalui sebuah kepemimpinan yang efektif dan sistem hukum yang kuat (2) masyarakat ke depan adalah masyarakat yang Gemah Ripah Loh Jinawi, atau Baldatun Thoyibatun wa Robbun Ghofur, dan yang menjamin terwujudnya kesejahteraan, kebahagiaan, kedamaian dan keadilan. Inilah tujuannya.(3) masyarakat, bangsa dan negara harus dijaga dan dilindungi kedaulatannya dari segala bentuk rongrongan dari manapun asalnya dan siapa pun aktornya. (4) gagasan, ide dan rencana-rencana progresif memajukan kehidupan ke depan dengan mengundang partisipasi masyarakat secara lebih luas dan maksimal harus memperoleh tempat dan perlindungan sepanjang tidak bertentangan dengan nilai luhur dan kepentingan bersama (nasional).
ADVERTISEMENT
Dengan demikian ketaatan ideologis sangatlah diperlukan karena ini menyangkut cita-cita masyarakat ke depan, sistem hukum, kepemimpinan, kedaulatan dan kesejahteraan abadi.
Rivalitas Ideologi
Sebagaimana gagasan, ide, keyakinan dan agama, maka ideologi pun tidak tunggal; beraneka. Hal ini sangat kuat terkait dengan berbagai faktor yang sangat kompleks antara lain melibatkan keunikan alam sebagai sumber kehidupan, sejarah, sistem sosial dan relasi antar kelompok masyarakat, sistem kekuasaan dan harapan masa depan. Jadi, ideologi itu sesuatu yang unik dan distink.
Para ideolog dan pejuang sosial politik menawarkan keyakinan ideologinya sebagai pilihan untuk dianut secara publik. Rivalitas antar paham ideologi tak terhindarkan dan benturan antar ideologi pun (clash of ideology) tak jarang terjadi dengan implikasinya yang juga cukup serius.
ADVERTISEMENT
Bahkan, satu paham ideologi tertentu bisa muncul sebagai reaksi terhadap ideologi lain yang dinilai tidak mampu memberikan yang terbaik bagi masyarakat secara umum. Contoh konkretnya ialah sosialisme yang muncul sebagai reaksi terhadap liberalisme dan kapitalisme pada abad ke-19. Revolusi Industri di Eropa (diawali di Inggris) yang terjadi antara tahun 1750-1840 melahirkan problem sosial yang cukup serius.
Akibat revolusi ini tenaga manusia yang semula mengolah produksi tergantikan oleh mesin; munculnya industri besar-besaran, lahirnya kelompok-kelompok borjuis dan buruh dan urbanisasi besar-besaran. Revolusi Industri inilah yang juga melahirkan ideologi kapitalisme modern.
Dampaknya adalah disparitas atau kesenjangan sosial ekonomi yang luar biasa antara apa yang disebut dengan kaum buruh dan kaum borjuis. Kaum buruh hidup di perumahan kumuh, miskin dan tereksploitasi, sementara kelompok borjuis memperoleh advantage sosial ekonomi dan bahkan terlindungi secara politik.
ADVERTISEMENT
Situasi ini memicu sebuah revolusi sosial di Inggris pada abad 19 yang dampak sosial politiknya juga serius. Revolusi ini digerakkan oleh satu paham baru yang kemudian disebut Sosialisme. Ideologi baru ini berjuang melalui gerakan sosial dan politik agar industri di suatu negara tidak dikuasai oleh individu.
Negara haruslah melakukan intervensi menguasai industri sehingga lebih demokratis dan memberikan manfaat sosial ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat seluruhnya.
Dua ideologi Kapitalisme dan Sosialisme ini mengalami perkembangan yang luar biasa dan berpengaruh secara global masuk ke berbagai wilayah dunia. Tidak saja pengaruh bidang sosial, ekonomi dan politik, akan tetapi juga mengilhami dunia intelektual dan akademik.
Teori-teori ilmu sosial dan ekonomi banyak dipengaruhi dua ideologi kapitalisme dan sosialisme. Singkatnya, Kapitalisne dan Sosialisme sebagai ideologi telah berhasil melahirkan teori-teori ilmu sosial yang sangat berpengaruh secara intelektual, teknokratik dan juga politik di banyak negara dunia. Inilah kapitalisme dan sosialisme global.
ADVERTISEMENT
Dengan muncul dan berkembangnya berbagai ideologi dunia lainnya seperti Nasionalisme, Komunisme, Fasisme, Liberalisme, Sekularisme, Materialisme, Ateisme, Marxisme, Leninisme, Helenisme, Hedonisme, Islamisme, Pancasila dan lain lain, maka semakin benderang bahwa rivalitas, penghadapan dan clash antar ideologi dunia tersebut tak terelakkan.
Implikasi rivalitas dan clash ini juga tak sederhana, meskipun dalam situasi tertentu beberapa ideologi tersebut justru berintegrasi, misalnya Sosialisme Islam. Bertubrukan atau berintegrasi antar ideologi itu tentu juga karena didorong oleh kepentingan tertentu.
Pergumulan Ideologi di Indonesia
Indonesia adalah negeri yang subur tidak saja secara kultural menjadi tempat berbagai etnis, bahasa dan budaya serta kepercayaan, tapi juga agama dan bahkan ideologi. Indonesia adalah mozaik, majemuk, multi kultur, multi bahasa dan budaya. Indonesia juga multi agama dan pernah tumbuh dan berkembang berbagai ideologi.
ADVERTISEMENT
Jalan dan nasib sejarah bangsa Indonesia memang begitu. Dalam sejarahnya yang panjang, Imperialisme Kapitalis Belanda yang dalam waktu-waktu tertentu memperoleh dukungan dari aristokrat, tuan tanah dan ambtenar lokal/pribumi telah mengakibatkan disparitas sosial ekonomi yang sangat tajam.
Segregasi sosial begitu gamblang nampak dalam realitas kehidupan masyarakat. Diskriminasi berdasarkan kepada agama, kelompok dan status sosial serta ideologi politik juga sangat terasa dan ini tidak saja menimbulkan keresahan, akan tetapi juga perlawanan atau pemberontakan yang selain dipimpin oleh Priyayi juga oleh pemimpin agama (Kiai atau ulama). Pemberontakan kaum petani di Banten tempo doeloe adalah contoh bagaimana persekongkolan imperialis kapitalis-priyayi/ambtenar lokal mengalami perlawanan yang juga diinspirasi didukung oleh kaum santri.
Pemberontakan petani yang digambarkan oleh Sartono Kartodirdjo dalam bukunya The Peasant Revolt itu adalah sebuah revolusi sosial akibat ketidakadilan yang secara struktural sistematik dicipta oleh imperialisme kapitalis.
ADVERTISEMENT
Ideologi dan kekuatan imperialisme kapitalis ini merupakan common enemy dari banyak kekuatan kaum nasionalis, sosialis,dan juga Islamis. Pertentangan pikiran, ideologi dan juga politik menyeruak menghiasi Indonesia pra kemerdekaan dan juga paska kemerdekaan dan melahirkan banyak tokoh bangsa dari berbagai aliran ideologi dan agama yang berbeda, paling tidak nasionalis, komunis dan Islamis.
Bahkan, tak terelakkan fakta bahwa pertentangan keras juga terjadi di antara ketiga kekuatan ideologi tersebut yang secara politik diwadahi oleh PNI, Masyumi dan PKI kala itu. Itulah sebabnya Presiden Soekarno pernah menawarkan sebuah platform politik NASAKOM meskipun gagal.
Tak terelakkan, berbagai kekuatan pergerakan setelah mengalami pergulatan keras berhasil meruntuhkan imperialisme kapitalis dan melahirkan sebuah ideologi baru yang bersifat nasional yaitu Pancasila.
ADVERTISEMENT
Pancasila adalah jalan baru atau jalan tengah (middle path) yang dianut bangsa Indonesia keluar dari karang Sekularisme dan Islamisme. Atas dasar ideologi Pancasila ini, Indonesia bukanlah negara sekular dan juga bukan negara agama/Islam. Dalam.kaitan khusus dengan agama, Indonesia adalah negara Pancasila di mana agama-agama dilindungi.
Ideologi Muhammadiyah
Kemunculan dan eksistensi Muhammadiyah sangat penting dalam konteks pertumbuhan ideologi dan sejarah di Indonesia. Ciri atau watak keislaman Muhammadiyah sebagaimana yang saat ini bisa dibaca dalam banyak dokumen resmi Muhammadiyah, menegaskan kuatnya visi atau pandangan ideologis ke depan tentang masyarakat bangsa seperti apa yang akan terus diperjuangkan dan dibangun. Jika diringkas, maka ciri ideologis Muhammadiyah adalah Nasionalis-Pancasilais, Islami-Wasathy, dan Berkemajuan.
Dengan ciri ideologis inilah maka Muhammadiyah tak akan pernah goyang menempatkan posisinya untuk secara terus menerus merawat, melindungi dan memajukan bangsa. Ketetapan Muhammadiyah bahwa Indonesia adalah negara Pancasila Darul Ahdi was Syahadah dan pandangan keislamannya yang khas, tidak sekedar menegaskan sikap nasionalisme dan Indonesia seperti apa sebetulnya yang ingin dibangun oleh Muhammadiyah ke depan, akan tetapi sekaligus menujukkan secara gamblang ketidakpercayaan Muhammadiyah terhadap ideologi-ideologi dunia lainnya; ideologi trans nasional ini tak kan pernah cocok dan bahkan bertentangan dengan Pancasila dan jiwa masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ideologi trans nasional itu tak akan pernah mampu menciptakan perdamaian abadi, membangun keadilan, dan menciptakan sebuah masyarakat bangsa dan negara yang besar, maju dan berkeadaban dan yang juga mencerahkan semesta.
Wallahu a'lam