news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hujan April

Suhari Ete
Sekretaris Umum Perhimpunan Jurnalis Rakyat Tinggal di Batam - Kepulauan Riau
Konten dari Pengguna
5 April 2019 14:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suhari Ete tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sekali lagi ku tegaskan aku suka hujan. Suara hujan yang menjauhkanku dari kesunyian, rintik yang menemaniku dari kesepian, angin yang menghembuskan segala hal buruk yang terjadi padaku. Mungkin orang akan berpikir aku tidak waras. Aku ingin berada ditengah guyuran hujan yang lebat tanpa payung dan jas hujan yang melindungiku. Tidak pernah takut dengan gemuruh petir dan guntur serta kilat yang sesaat menyilaukan mata. Aku tidak peduli dengan semua itu
ADVERTISEMENT
Hujan kembali datang pagi ini. Menambah rasa dingin yang menusuk kulit, membuat orang malas untuk bangkit dari lelap. Tidak perlu heran. Ini telah masuk bulan April, bulan yang tepat bagi hujan untuk datang setiap hari. Seperti kenangan, selalu memaksa untuk diingat tiap kali tetes air hujan jatuh. Kenangan saat masih kecil, berlarian di tengah hujan di tengah sawah, atau di bawah daun pisang berangkat sekolah
Dinda masih merapatkan selimutnyayang dirasa sama sekali tidak menghangatkan tubuhnya. Ia masih bisa merasakan dingin yang mencoba masuk. Aku yang telah mandi sejak sebelum subuh mencoba memeluknya, pipinya yang merah semakin merona karena kedinginan
“Hujan” bisikku lirih. Kupandangi wajahnya yang polos, ada perasaan haru seketika mengalir deras dalam rongga nadiku.
ADVERTISEMENT
“belum puas tidur rasanya?” ucap Dinda spontan. Kali ini ia tersenyum manis. Senyum yang selalu kunantikan tiap kali sedang memperhatikannya.
Aku baru saja memulai langkahku keluar rumah ketika setitik hujan jatuh di keningku. Seketika itu juga aku merasakan beku menjalar di sekujur tubuhku. Setitik hujan merampas kehangatan yang semula terjaga di balik kulitku,
Aku berdiri, menengadah menatap hujan di hadapanku. Awan kelabu tipis meremangi langit pagi ini. Di jalanan riuh air yang menghempas aspal terdengar rapat sambil sesekali diselingi bunyi cipratan air dihentak roda roda yang ingin cepat sampai di tujuan karena takut basah. Kicauan burung pun tak terdengar. Mungkin sedang berteduh di sarangnya sambil menikmati suasana sebagaimana yang sedang di lakukan oleh orang orang di sana. Di balik selimut, di balik dinding dinding kokoh
ADVERTISEMENT