Menunggu Ajal Tiba

Suhari Ete
Sekretaris Umum Perhimpunan Jurnalis Rakyat Tinggal di Batam - Kepulauan Riau
Konten dari Pengguna
18 Januari 2020 14:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suhari Ete tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menunggu Ajal Tiba
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sore itu suaranya agak serak, sudah seminggu ini ia mengeluh batuk dan sedikit flu. Pantas saja suaranya tidak pernah kudengar jelang azan berkumandang.
ADVERTISEMENT
Biasanya ia selalu menebar kedamaian di penjuru perumahan melalui suara tuanya.
Kerinduan pada baginda Nabi, pada sang Khalik ia ubah menjadi puji-pujian melalui toa masjid.
Pernah beberapa kali berbicara denganku tentang kematian. Ia menanti saat-saat itu tiba.
Tidak banyak orang suka bicara kematian dengan berbagai alasan yang melatarbelakangi.
Ada yang merasa takut bicara kematian karena merasa belum siap, ada juga yang saat bicara kematian minta kalau bisa jangan mati dulu karena masih banyak tanggung jawab terhadap keluarga, seperti anak masih kecil-kecil, ada juga enggan bicara kematian karena merasa masih banyak melanggar perintah Tuhan dan belum banyak beramal saleh.
Lain halnya dengan Bapak yang satu ini, ia sangat siap menghadapi kematian itu. Ia sudah terlanjur rindu pada sang Khalik. Pada pasangan hidupnya yang sudah lama pergi menghadap.
ADVERTISEMENT
"Manusia yang dijaga dengan cara bagaimanapun pasti akan mati, tapi jiwa akan tetap hidup di alam ruhani yang sifatnya abadi," ungkapnya
Dan anehnya sebagian manusia saat ini kehilangan keinginan hidup abadi, mengedepankan kebutuhan-kebutuhan fisik, bekerja tanpa henti untuk memperoleh kekayaan.
Sebagian dari mereka menginginkan keabadian surgawi, tapi dijalankan dengan cara-cara pragmatis. Mereka tidak menjalankan esensi dari nilai-nilai agama secara luhur.
"Agama hanya dipeluk, tapi tidak dicintai sebagai suatu adab bagi manusia untuk memanifestasikan kehidupan di dunia maupun akhirat," katanya di sore itu.
Cara pragmatis dalam beragama yang dimaksud ialah seperti beribadah hanya untuk mencari dan meminta tuntutan dari Tuhan agar doa-doa terkabulkan, agar hasrat-hasrat kemanusiaan tercapai.
"Inilah yang saya sebut pragmatis atau beragama dengan modal praktis mereka beragama tidak untuk menuntun kebutuhan jiwanya, jiwa yang sebenarnya lebih bersifat abadi. Jika kita memahami bahwa kita sebenarnya akan hidup abadi, maka manusia pasti akan mengalihkan tujuan hidupnya pada akhirat semata".
ADVERTISEMENT
Sungguh kematian itu sangat dekat dengan kita, sungguh pun demikian banyak di antara kita yang lupa mengingat kematian dan merasa seolah akan hidup seribu tahun lagi.