Terima Kasih..

Dinda..Terima kasih untuk kejutannya semalam, dan seiring bertambahnya usia, kini ku sadari ada hal-hal di hidup ini yang tak bisa lagi kita ubah, karena kita sudah tak lagi berada pada peristiwa itu. Kita sudah bergerak. Berderap bersama waktu. Dan semua sudah tercatat. Itulah hari kemarin dan masa lalu.

Seperti yang sangat Dinda tahu, aku orang yang masih jauh dari apa yang dinda harapkan dan bersama dinda aku tahu bahwa ada hal-hal di hidup ini yang perlu kita terima. Dan dinda melulu menjadi muaranya dan mengingatkanku tentang penerimaan. Tentang berdamai.

Terima kasih telah menjadi tabah. Memercayai isi kepalaku saat yang lain enggan, bahkan untuk sekadar mendengarkan. Menerima segala yang telah kulalui dan memandangnya sebagai pembelajaran ketika yang lain mencemooh dengan lantang. Membelaku tanpa lelah ketika yang lain berlari dengan jengah. Terima kasih telah terus ada, bahkan di saat terburukku.

Dinda memperlakukan aku seperti buku. Dinda baca perlahan-lahan, tanpa dinda corat-coret sebagai bentuk penghargaan atas sebagaimana adanya diriku. Dinda tidak menghakimi, apalagi meninggalkan, Dinda justru terus membangun kesadaranku tentang segala hal akan berlalu. Sehingga tak perlu terlampau larut, entah dalam suka atau pun senang. Dinda selalu mengingatkanku bahwa yang berlebihan tidak pernah baik.

Terima kasih telah tak pernah lelah berjuang. Menggenggam tanganku melewati belukar yang penuh duri, ikut terluka, ikut berdarah. Sekaligus meyakinkanku bahwa kakiku akan selalu kuat untuk kembali tegak, tak perduli ia telah terluka sedemikian parah.

Dari dinda aku belajar, kesedihan juga memerlukan ruang untuk dirayakan. Tidak apa bersedih, tidak apa terluka. Karena itu salah satu hal yang menyatakan bahwa sampai hari ini kita masih manusia.

Aku juga ingin mengatakan bahwa setelah ini aku ingin berterima kasih. Karena hanya dengan Dinda perjalanan ini akan terus kita tempuh bersama anak-anak kita hingga kelak kita menua

Sekali lagi terima kasih, Bidadari surgaku