Cerita Aep Saepudin, Difabel Multitalenta Asal Sukabumi

Konten Media Partner
12 Desember 2018 8:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cerita Aep Saepudin, Difabel Multitalenta Asal Sukabumi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Aep Saepudin (43 tahun), difabel asal Desa Pasangrahan, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, ini pandai memanjat pohon. | Sumber Foto:Demmy Pratama.
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Tak kenal lelah. Mungkin itu yang pantas disematkan kepada Aep Saepudin (43 tahun), seorang difabel asal Kampung Cimangir, Desa Pasangrahan Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi. Terlahir tanpa kaki yang sempurna, namun Aep semangat mencari nafkah untuk keluarga kecilnya.
Kesehariannya, Aep bekerja sebagai buruh serabutan. Ia dikenal punya banyak keahlian di balik kekurangan pada fisiknya.
Aep dikenal pandai memanjat pohon. Tak jarang ada tetangga yang meminta tolong kepada Aep untuk memanen buah kelapa. Ia juga punya keahlian memangkas rambut, servis alat elektronik, serta mahir membuat anyaman.
"Kalau ada yang minta metik buah kelapa itu satu butirnya Rp 500, juga dikasih buah kelapanya. Kalau ongkos cukur, Rp 5.000," tutur Aep kepada sukabumiupdate.com, Selasa (11/12/2018).
ADVERTISEMENT
Tak cuma pohon, Aep juga sering diminta tolong untuk membuat dan memasang kincir bambu.
Aep kini sudah berumah tangga. Keluarganya dikaruniai dua anak perempuan dan satu laki-laki yang masih bayi.
Penghasilan Aep yang pas-pasan menjadi alasan putri pertamanya untuk hanya bersekolah sampai SMP kelas VIII.
Namun Aep berharap dapat menyekolahkan putri keduanya, yang kini masih duduk di bangku sekolah dasar, hingga lulus SMA.
"Selain biaya, anak pertama saya tidak mau sekolah karena sering diejek temannya. Mungkin karena punya ayah seperti saya," ungkap Aep pada sukabumiupdate.com sambil sesaat mengusap air matanya.
Di gubuk bambu yang hanya berukuran 6x8 meter, keluarga Aep tinggal bersama dua keluarga lainnya. Mereka adalah keluarga sang adik.
ADVERTISEMENT
Meski hanya mampu berjalan menggunakan kedua tangan dan lututnya, namun tak mengurangi semangat Aep dalam bekerja. Sama seperti kepala keluarga lainnya, Aep pun merasa punya tanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Aep terbiasa melakukan pekerjaan berat seperti membelah dan membawa kayu bakar.
"Saya berharap anak-anak dapat menjadi orang yang berguna, meski bagaimana pun beratnya perjuangan yang harus saya hadapi," sambungnya.
Perjuangan Aep yang gigih untuk menafkahi ke empat anggota keluarganya patut diapresiasi. Keterbatasan fisik bukan alasan untuk tidak berjuang.
"Saya mah hanya berdoa semoga kami diberi kesehatan, kalau masalah rezeki biar Allah yang atur. Yang penting kita sudah berusaha," pungkas Aep.