Derita Meningitis, Bayi di Sukabumi Sudah 28 Hari Tidak Sadarkan Diri

Konten Media Partner
25 Februari 2019 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi berusia 9 bulan, Faeyza Putra Ferdian terbaring tak berdaya di ruangan ICU RSUD R Syamsudin SH (RS Bunut) selama 28 hari terakhir. | Sumber Foto:Muhammad Gumilang.
zoom-in-whitePerbesar
Bayi berusia 9 bulan, Faeyza Putra Ferdian terbaring tak berdaya di ruangan ICU RSUD R Syamsudin SH (RS Bunut) selama 28 hari terakhir. | Sumber Foto:Muhammad Gumilang.
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Faeyza Putra Ferdian, bayi berusia 9 bulan, sudah terbaring tak berdaya selama 28 hari di ruangan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R. Syamsudin, SH (RS Bunut).
ADVERTISEMENT
Putra pasangan Andreas Ferdian (29) dan Nela Sari (28), warga Kampung Cibatu Pos, RT 23/07, Desa Cisaat, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu mengalami meningitis atau infeksi selaput otak.
Ayah Faeyza, Andreas, mengungkapkan anaknya mulai sakit pada pertengahan Januari 2019. Awalnya, dia mendapat kabar bahwa anaknya kejang-kejang pada sebagian tubuhnya. Saat itu, Andreas sedang bekerja sebagai sales peralatan dapur di Palembang.
Kemudian, Andreas memutuskan pulang ke Sukabumi untuk segera melihat kondisi anak keduanya tersebut. Awalnya, Faeyza dibawa ke sebuah klinik di wilayah Cisaat, lalu pihak klinik merujuk Faeyza untuk dibawa ke Rumah Sakit (RS) Betha Medika Cisaat.
"Selama kurang lebih 10 hari di RS Betha Medika dirawatnya," ujar Andreas kepada sukabumiupdate.com, Senin (25/2).
ADVERTISEMENT
Setelah mendapatkan perawatan dan penanganan dari RS Betha Medika, Faeyza dibawa kembali ke rumah. Namun, kondisi Faeyza semakin memburuk ketika seluruh badannya mengalami kejang-kejang hebat.
"Dari situ saya langsung bawa ke RSUD R. Syamsudin, SH pada 29 Januari kemarin," kata Andreas.
Saat sampai di rumah sakit itu, Faeyza langsung dibawa ke ruangan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) untuk mendapat obat kejang. "Awalnya dosis rendah, terus dosis sedang, dan dosis tinggi. Setelah diberi dosis tinggi itu, Faeyza tertidur dan belum terbangun lagi," ungkap Andreas.
Saat ini, kata Andreas, kondisi Faeyza dinyatakan menurun oleh tim medis RSUD R. Syamsudin, SH. Sebelumnya, pihak rumah sakit memberikan saran kepada Andreas agar Faeyza dirujuk ke RS Hasan Sadikin Bandung untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik, bila melihat kondisinya saat ini.
ADVERTISEMENT
"Faeyza belum mendapatkan tindakan bedah karena melihat kondisi sekarang juga pihak medis agak khawatir. Namun, jika dibawa ke Bandung juga saya mah ikut aja baiknya tim medis menyarankan seperti apa, saya ikutin aja," ujar dia.
Andreas mengaku mengalami kesulitan untuk membiayai pengobatan anaknya itu karena dia pun tidak bekerja sejak anaknya sakit. Andreas juga sudah menjual sejumlah barang untuk menopang biaya pengobatan.
"Handphone, televisi, dan barang-barang lainnya sudah saya jual buat biaya perawatan dan pengobatan anak saya selama di RS Betha Medika itu," ungkap Andreas.
Faeyza baru memiliki kartus Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada 18 Februari 2019. Pembuatan BPJS itu sudah Andreas urus sejak Faeyza dirawat di RS Betha Medika, namun baru delapan hari lalu itulah prosesnya selesai.
ADVERTISEMENT
Sehingga biaya pengobatan Faeyza dari 29 Januari hingga 17 Februari ditanggung seluruhnya dengan keuangan keluarga Andreas. Biaya pengobatan itu pun belum mampu dibayar atau menunggak.
"Tunggakannya kini kurang lebih Rp 22 juta sekian," pungkas Andreas.