Dilema Buruh di Sukabumi Saat Wabah Corona: Ingin Libur tapi Butuh Uang

Konten Media Partner
3 April 2020 12:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buruh PT Muara Tunggal Cibadak, Kabupaten Sukabumi meninggalkan kawasan pabrik untuk istirahat. | Sumber Foto:Syahrul Himawan
zoom-in-whitePerbesar
Buruh PT Muara Tunggal Cibadak, Kabupaten Sukabumi meninggalkan kawasan pabrik untuk istirahat. | Sumber Foto:Syahrul Himawan
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Pandemi COVID-19 atau virus Corona tengah melanda Kabupaten Sukabumi beberapa hari terakhir. Di wilayah Kabupaten Sukabumi tercatat 3 orang positif, 37 Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan 1.386 Orang Dalam Pantauan (ODP).
ADVERTISEMENT
Atas kondisi seperti ini banyak buruh pabrik yang khawatir dengan keberlangsungan hidupnya atau karirnya. Karena virus ini dapat menyebar dengan cepat, sehingga pemerintah meminta masyarakat untuk melakukan sosial distancing atau menghindari kerumunan orang banyak.
IS (25 tahun) buruh pabrik energy drink di Kecamatan Cidahu mengatakan akan menjadi masalah baru jika perusahaan meliburkan operasionalnya. Karena hal ini menyangkut kebutuhan sehari-hari setiap buruh. Jika tidak berkerja, buruh yang tidak mempunyai penghasilan lain tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup.
"Maunya kerja, soalnya enggak punya duit," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Jumat (3/4/2020).
Menurutnya sejauh ini perusahaan tempat ia berkerja sudah memberikan protokol kesehatan yang baik. Dan para buruh pun bisa bekerja secara optimal.
"Suhu badan yang lebih dari 38 derajat celcius dipulangkan dan disediakan hand sanitizer. Tapi tetep aja sih rasa was-was ada," terangnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, MAP (25 tahun) karyawan pabrik garmen di Kecamatan Cicurug mengaku cukup khawatir atas keberadaan virus tersebut di Kabupaten Sukabumi. Dan kekhawatiran itu membuat paranoid dan mempengaruhi kondisi psikisnya.
"Saya pribadi ingin libur. Rasa paranoid yang saya rasakan sangat tinggi, sampai amygdala (pusat memori otak) mempengaruhi tubuh seolah-olah paranoid menjalani aktivitas keseharian," katanya.
Ia menjelaskan, paranoid itu muncul ketika kecurigaan sangat tinggi kepada orang-orang di lingkungan sekitar tempat ia berkerja. Namun di sisi lain, ia juga memahami kondisi perusahaan. Di mana perusahaan akan mengalami kerugian ketika operasional dihentikan atau diliburkan.
"Saya selalu curiga ke setiap orang, kan ini virusnya menyebar dari satu orang ke yang lainnya. Tapi saya juga mengerti, pabrik ini industri padat karya, ketika pabrik sehari saja libur pasti mengalami kerugian hingga miliaran," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Reporter: SYAHRUL HIMAWAN
Redaktur: HERLAN HERYADIE