Dituduh Perekam Video Ancam Presiden, Guru di Sukabumi Klarifikasi

Konten Media Partner
13 Mei 2019 10:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SUKABUMIUPDATE.com - Guru SDN Citamiang 1 Sukabumi, Agnes Kusuma Handari (53 tahun) yang viral di media sosial karena dituduh terlibat video ancaman terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi), saat demonstrasi di Bawaslu RI, Jalan MH Thamrin Jakarta, Jumat (10/5/2019) lalu, mendatangi Makopolres Sukabumi Kota, Minggu malam (12/5/2019).
ADVERTISEMENT
Kedatangan warga Perum Babakan Damai RT 28/10 Desa Babakan, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi ini untuk mengklarifikasi tuduhan sejumlah netizen. Didampingi suami dan Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Susatyo Purnomo Condro serta jajarannya dihadapan wartawan Agnes bukan perempuan berkacamata hitam yang ada dalam video viral tersebut.
"Pada Jumat, 10 Mei 2019 (saat ada aksi demontrasi di Bawaslu RI, red) saya sedang mengajar di SDN Citamiang satu. Jadi itu bukan saya jelas berbeda," ungkapnya.
Agnes juga membawa bukti, dua buah struk belanja di salah satu toko peralatan rumah tangga di Kota Sukabumi pada hari itu. "Seperti biasa, pulang mengajar saya belanja dan ini bukti pembayarannya juga ada," paparnya.
Agnes menyayangkan info media sosial ini terus menyebar, walaupun sudah coba diklarifikasi oleh rekan-rekannya sesama guru. "Sekali lagi saya tegaskan perempuan yang ada didalam video tersebut bukan saya."
ADVERTISEMENT
Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Susatyo Purnomo Condro dalam kesempatan tersebut menegaskan Agnes datang secara sukarela untuk memberikan klarifikasi. "Ibu Agnes ini menyatakan pada Jumat mengajar di Sukabumi dan disertai dengan beberapa bukti dan saksi bahwa ia tidak di Jakarta."
Susatyo menegaskan kasus ini tetap diselidiki, khususnya oleh jajaran Polda Metro Jaya, untuk mengejar perempuan berkacamata yang terlibat dalam video penggal Jokowi tersebut. "Sekali lagi saya meminta netizen untuk tidak menyebar informasi yang belum tentu benar. Ini ada nama baik orang lain yang terganggu akibat info di media sosial dan netizen."