news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Ibu di Sukabumi Urus 2 Anaknya yang Idap Kelainan Otak

Konten Media Partner
11 Desember 2018 10:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kisah Ibu di Sukabumi Urus 2 Anaknya yang Idap Kelainan Otak
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Nurhasanah (35 tahun) dan kedua putrinya, Ridhotul Amanah (11), Silvani Ramadhan (7), adik kakak penyandang penyakit kelainan otak asal Sagaranten, Kabupaten Sukabumi. | Sumber Foto:Demmy Pratama.
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Malang nasib keluarga kecil Hasanah (35 tahun), warga Kampung Cimangir, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi. Sekilas tidak ada yang aneh bila melihat Nurhasanah yang tampak ceria dan biasa saja ini. Namun jika melihat kedua anaknya yang terkulai lemas dan kadang mengeram kejang, siapapun akan terenyuh.
Adalah Sahra Ridhotul Amanah (11) dan Silvani Ramadhan (7). Dua gadis kesayangan Nurhasanah itu didiagnosa dokter menderita penyakit kelainan otak.
Sahra dan Silva sejak bayi memiliki kelainan. Keduanya tak bisa hidup dan bermain normal layaknya anak seusia mereka. Pertumbuhan Sahradan Silvani terbilang lambat dengan berat masing-masing hanya 7 kilogram saja. Jika dilihat, tubuh mereka seperti tulang terbungkus kulit saja.
Nurhasanah mengaku ikhlas merawat kedua buah hatinya meski Ia harus berbagi peran menjadi seorang ibu sekaligus ayah. Suaminya, Maman, sudah hampir tiga tahun tidak bekerja dan jarang pulang ke rumah.
ADVERTISEMENT
Kondisi Sahra dan Silva yang berbeda dengan anak lainnya, membuat Nurhasanah harus lebih ekstra merawatnya. Kedua putrinya sering kali mengalami kejang, merengek, serta menangis. Nurhasanah harus mengatur waktu untuk menunggu dan melayani pembeli yang belanja ke warung kecil miliknya.
Meski sejauh ini sudah ada bantuan dan perhatian dari pemerintah desa dan petugas kesehatan setempat, namun menurut Nurhasanah, itu tak cukup membantu. Perannya yang juga sebagai pencari nafkah membuatnya tak bisa berbuat banyak.
"Kedua anak saya hanya bisa makan bubur, dan bubur instan itu saya beli Rp 20 ribu setiap harinya. Belum lagi harus memikirkan biaya lainnya, sedangkan saya hanya mengandalkan berjualan kecil-kecilan," keluh Nurhasanah sambil mengusap air matanya.
Saat ini Nurhasanah beserta Sahra dan Silvani tinggal di rumah milik kakeknya yang sudah tua dan kebetulan tinggal sendiri.
ADVERTISEMENT
"Saya di sini menumpang di rumah kakek saya, supaya bisa ikut jualan, " ujarnya.
Nurhasanah mengaku sudah pasrah dengan penyakit yang diderita kedua putrinya. Ia hanya berusaha agar mereka dapat bertahan hidup.
"Saya hanya ingin anak saya hidup, meski kadang-kadang saya pun kewalahan namun saya ikhlas. Kalaupun ada pihak yang sudi membantu, mungkin rezeki kedua putri saya," ujarnya.