news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Sani Rizki Fauzi, Anak OB dari Cicurug Sukabumi di Timnas U-22

Konten Media Partner
14 Februari 2019 8:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sani Rizki Fauzi | Sumber Foto:Istimewa.
SUKABUMIUPDATE.com - Sani Rizki Fauzi (21 tahun). Pemuda asal Kampung Kongsi RT 2 RW 5, Kelurahan/Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, terpilih jadi bagian skuat Timnas U-22 dan akan berlaga membela garuda muda di Piala AFF yang digelar di Kamboja 17-26 Februari mendatang.
ADVERTISEMENT
Capaian prestasi tersebut sangat berkesan bagi ibunda Sani, Ida Kusumawati (47 tahun), yang belasan tahun rela jadi office boy (OB/lebih tepatnya office girl,red) untuk mewujudkan cita-cita anaknya di dunia sepakbola. Ida tak sungkan berbagi kisah tentang Sani yang kini tercatat sebagai pemain tim Bhayangkara FC. Bakat Sani terlihat saat Ia masih balita.
"Umur satu tahun itu mulai dikenalin sama bola. Sampai 1,5 tahun, yang dia pegang saat tidur itu ya bola. Di usia empat tahun, dia sudah bisa ikut menjuari kejuaraan sepakbola. Meskipun waktu itu hanya di kampung," kata Ida ditemui sukabumiupdate.com di rumah barunya di Perumahan Purwasari Regency, Cicurug, Rabu (13/2/2019).
Latar belakang keluarga Sani terbilang biasa-biasa saja. Sederhana, seperti kebanyakan tetangganya di Kampung Kongsi. Soal ekonomi, keluarga Sani sempat mengalami hidup serba pas-pasan.
ADVERTISEMENT
Ayah Sani, Edi Riyadi, pernah menjalani berbagai profesi. Seperti satpam, pengepul barang bekas, dan selama beberapa tahun ini bekerja serabutan baik di kebun atau sekadar jadi kuli bangunan.
Tak mau berpangku tangan, Ida berupaya untuk membantu perekonomian keluarganya. Mulai dari menjual gorengan di rumah, hingga menjalani profesi OB yang sudah Ia tekuni selama belasan tahun.
"Saya jadi OB di Bank Supra Cabang Cicurug itu dari tahun 2006. Berarti sampai sekarang kurang lebih sudah 13 tahun," kata Ida.
Setiap harinya, Ida berangkat kerja sekitar pukul 05.00 WIB. Ia datang subuh-subuh ke kantor agar bisa leluasa menuntaskan pekerjaan.
Mulai dari mengepel lantai, melap kaca, membersihkan dan menyalakan komputer serta AC, hingga menyiapkan makanan dan minuman untuk karyawan bank.
ADVERTISEMENT
"Dulu itu jadi OB mulai gaji Rp 17.500 per hari. Kalau sekarang udah UMR," tutur Ida sedikit tersenyum.
Meski kini kondisi perekonomiannya membaik, Ida tak mau begitu saja berhenti dari profesi OB. Baginya, selama ada tenaga dan bermanfaat bagi orang lain, lebih baik bekerja sebagai OB dari pada harus diam di rumah.
"Kedua anak saya pun meminta saya untuk berhenti kerja. Tapi sayanya enggak mau, masih kuat ini. Kan saya bisa bantu suami nyekolahin anak teh, salah satunya dari bekerja sebagai OB," kata Ida.
Sama halnya dengan suami, Ida sangat bersemangat untuk mewujudkan cita-cita anaknya menjadi pesepakbola profesional. Ia mendaftarkan Sani ke Sekolah Sepakbola Persatuan Putra Bangsa (PSPB) Cicurug sejak di bangku kelas 3 SD.
ADVERTISEMENT
Talenta Sani semakin terlihat setelah aktif di SSB tersebut. Tak sedikit prestasi, baik tim maupun individu, yang diraih. Setidaknya terlihat dari banyaknya piala, piagam, dan medali prestasi Sani yang dipajang di rumahnya.
"Padahal dulu itu beli sepatu aja yang sisa ekspor. Kebetulan ada toko langganan di Cigombong, beli Rp 100 ribu, dapat tiga pasang. Itu pun harus dijahit lagi," tutur Ida.
"Saya selalu kasih dukungan dan menyemangati anak saya. Alhamdulillah, mau hujan apalagi cuaca terang, Sani tak pernah bolos kalau ada jadwal latihan bola," kata Ida.
Sani berlatih sepakbola di PSPB Cicurug hingga kelas 3 SMP. Selepas itu, Sani direkrut oleh tim dari Jakarta bernama Urakan FC. Bersama Urakan FC, Sani mengikuti kompetisi Piala Soeratin.
ADVERTISEMENT
Peluang karir Sani semakin melebar setelah mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan olahraga di PPLP Ragunan pada 2015. Setahun kemudian, Sani lulus dari PPLP Ragunan dan diterima sebagai siswa kepolisian di SPN Lido.
"Ikut pendidikan di SPN Lido selama 7 bulan, lalu dilantik sebagai anggota polisi berpangkat Bripda pada 7 Maret 2017. Tahun 2018, Ia masuk skuat utama Liga 1 di Bhayangkara FC," kata Ida.
Untuk diketahui, semangat Ida dalam mendukung karir sepakbola anaknya bukan dilakukan tanpa sebab. Ida sendiri adalah wanita penggila sepak bola.
Ia mengenang masa-masa remajanya. Sekitar tahun 1987, Ida sempat lolos seleksi timnas sepakbola wanita dan mengikuti Training Camp (TC) Galanita. Namun kecintaan Ida terhadap sepakbola tak dapat restu orangtua.
ADVERTISEMENT
"Dari situ saya punya prinsip. Saya ingin menciptakan anak saya jadi pemain bola profesional," imbuh Ida.
"Kakaknya Sani, Nendi Riyadi, sebenarnya punya bakat sepak bola juga. Sekolah SSB juga. Tapi dia lebih memilih menekuni wirausaha, Alhamdulillah usahanya lancar," tambah Ida.
Buah kerja keras Ida dan suaminya berbuah manis. Sani kini berkarir di bidang sepakbola profesional sekaligus menjadi anggota Polri.
"Tadi Sani ngasih kabar pas saya baru beres ngerjain pekerjaan di kantor, sekitar pukul 13.30 WIB. Dia ngasih tahu, lolos ke Timnas U-22. Saya cuma bisa nangis bahagia, kebetulan di pos satpam enggak ada siapa-siapa," imbuh Ida.