Tetangga Terduga Teroris di Cikembar: Ia Jarang Berkomunikasi

Konten Media Partner
13 Mei 2018 19:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tetangga Terduga Teroris di Cikembar: Ia Jarang Berkomunikasi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Anggota Densus 88 mengamankan MG, satu orang terduga teroris dari sekitar kontrakan di Kampung Sampora RT 3 RW 6, Desa Bojongraharja, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Polisi juga mengamankan satu orang wanita, istri dari BG, salah satu terduga teroris yang tewas usai terlibat baku tembak dengan polisi di Cianjur.
ADVERTISEMENT
Kontrakan bewarna hijau itu ditempati BG dan istrinya selama lima bulan terakhir. Sementara MG, diketahui mengontrak di rumah lain tak jauh dari kontrakan lokasi penggerebekan.
Riski Idris (27 tahun), seorang tetangga kontrakan berbagi kesaksiannya. Sebelum penangkapan, MG dan beberapa rekannya keluar dari kontrakan menggunakan sepeda motor subuh hari, Minggu (13/5/2018).
"Kemudian pagi harinya datang beberapa orang polisi pakai baju hitam dan penutup wajah. Mau masuk ke dalam kontrakan, namun dikunci," ujar Riski.
Awalnya, tidak ada yang mengetahui bahwa masih ada orang di dalam kontrakan. Kondisi pintu terkunci, dan digembok dari luar.
Polisi sempat mengetuk-ngetuk pintu. Hingga tiga kali, baru terdengar suara wanita dari dalam.
Polisi kemudian meminta bantuan pemilik kontrakan, Nandang Ari Kusuma (37 tahun), untuk membuka pintu menggunakan kunci serep. Pintu pun terbuka, polisi mendapati seorang wanita berpakaian hitam, istri BG.
ADVERTISEMENT
"Jadi pintunya digembok dari luar. Sudah tiga kali diketuk, yang wanita nyaut. Katanya enggak bisa keluar," kata Nandang.
Polisi sempat menggeledah isi kontrakan. Terdapat beberapa barang bukti yang diamankan polisi, yakni busur dan anak panah, kamera digital, beberapa buku yang berisi jihad, celana loreng taktikal, dan bambu bahan pembuatan anak panah.
Informasi yang dihimpun sukabumiupdatem.com, BG dan istrinya sudah lima bulan menghuni kontrakan ini. Ia menempati kontrakan nomor satu, dari lima kontrakan seharga Rp 500 ribu per bulan itu.
Awal mula kedatangan, BG mengaku hendak melamar kerja ke pabrik sepatu dekat kontrakan. Para tetangga tidak ada yang mengetahui pekerjaan BG. Konon, BG hendak berjualan singkong goreng.
Tetangga juga tidak ada yang mengenal dekat dengan BG. Komunikasi yang terjadi hanya seperlunya.
ADVERTISEMENT
"Sering dateng beberapa orang ke kontrakan ini, ngumpul di dalam kontrakan. Kadang juga terlihat ada yang keluar, bisa pagi, siang, sore, bahkan malam," tutur Riski Idris.
"Kalau ngobrol panjang sih belum pernah. Paling seperlunya saja. Sering terlihat juga bikin anak panah, dan memanah di depan kontrakan," punkas Riski.