Owa Jawa di Lengkong Sukabumi, Perlukah Direlokasi?

Konten Media Partner
31 Januari 2019 14:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Owa Jawa di Lengkong Sukabumi, Perlukah Direlokasi?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Owa Jawa yang hidup di area Perhutani Lengkong Sukabumi yang sering memasuki perkampungan dan berinteraksi dengan masyarakat. | Sumber Foto:Demmi Pratama.
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Keberadaan Owa Jawa di wilayah Perhutani Lengkong, Kabupaten Sukabumi kini menuai keprihatinan dari sejumlah pihak. Pasalnya, primata dengan nama latin Hylobates Moloch itu kerap turun ke kawasan permukiman penduduk dalam beberapa tahun terakhir.
Dokter hewan Kebun Binatang Bandung, drh Josephin Bernadette menjelaskan, beberapa virus dan penyakit bisa ditularkan dari binatang liar jika terlalu sering berinteraksi dan berhubungan dengan manusia. Tak terkecuali Owa Jawa.
"Ada beberapa sisi bahayanya saat satwa liar seperti Owa Jawa berinteraksi langsung dengan manusia. Karena Owa Jawa dapat menularkan penyakit Zoonosis pada manusia, salah satunya adalah Hepatitis B," jelas Josephin kepada sukabumiupdate.com, Kamis (31/1 /2019).
Lebih lanjut, Josephin mengatakan, penularan penyakit zoonosis bisa disebarkan melalui cairan tubuh, feses (kotoran), darah, urine, air liur (gigitan), cakaran, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
"Sentuhan secara langsung itu contohnya terkena feses, urine, air liurnya, ataupun darah, atau misalnya jika Owa Jawa ada luka atau bangkai Owa Jawa yang mati," sambungnya.
Josephin juga menjelaskan bahwa relokasi satwa liar seperti Owa Jawa ke tempat yang jauh dari permukiman manusia adalah salah satu jalan keluar. Namun menurutnya, relokasi bukan satu-satunya jalan keluar, karena penelitian mendalam harus dilakukan sebelumnya agar mengetahui penyebab dan apa yang terjadi dengan habitatnya selama ini.
"Untuk sementara jika memang membahayakan orang disekitarnya, ada baiknya direlokasi. Namun hal ini bisa juga dibahas bersama instantsi terkait seperti BKSDA dan Dinas Kesehatan setempat," paparnya.
Josephin juga menjelaskan bahwa relokasi tahapannya tidak mudah dan tidak cukup dengan hanya memindahkan habitatnya saja, karena harus dilakukan beberapa metode penangkapan dan persiapan sebelumnya di lokasi baru, mereka agar tidak menjadi masalah baru bagi kelangsungan hidup hewan dilindungi ini.
ADVERTISEMENT
"Jadi setiap perlakuan itu juga harus diperhatikan dampaknya, agar tidak menjadi masalah baru bagi mereka," pungkasnya.