Penjelasan BMKG soal Udara Dingin di Sukabumi

Konten Media Partner
6 Agustus 2019 10:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suhu udara di Kota Sukabumi, Selasa pagi (6/8/2019). | Sumber Foto:Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suhu udara di Kota Sukabumi, Selasa pagi (6/8/2019). | Sumber Foto:Istimewa
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Suhu udara yang dingin dalam beberapa hari ini melanda kawasan Sukabumi, Jawa Barat. Menanggapi hal tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan hal tersebut merupakan fenomena yang biasa atau wajar. Fenomena tersebut menandakan datangnya periode musim kemarau.
ADVERTISEMENT
Menurut Staf Observatori Bandung, BMKG wilayah Palabuhanratu, Rafdi Ahadi, sesuai laporan dari Peneliti Cuaca dan Iklim BMKG Provinsi Jawa Barat untuk wilayah Jawa Barat, periode musim kemarau datang pada bulan Juni. Musim kemarau terlebih dulu masuk di wilayah sekitar Pantura kemudian bergerak ke arah selatan.
"Pada saat musim kemarau angin bertiup yang melewati Jawa Barat, itu angin pasat tenggara atau angin timuran dari arah Benua Australia. Dari bulan Juli, Agustus, September di Australia sedang mengalami puncak musim dingin, sehingga suhunya relatif lebih dingin dibandingkan musim penghujan," ujar Rafdi kepada sukabumiupdate.com, Selasa (6/8/2019).
"Prakiraan pola angin ini berkontribusi juga terhadap penjalaran dan penurunan suhu udara di wilayah Bandung dan sekitarnya. Termasuk, Kabupaten Sukabumi dan Kota (Sukabumi) sehingga cuaca dirasakan lebih dingin," lanjut Rafdi.
ADVERTISEMENT
Kondisi saat ini, kata Rafdi, dipengaruhi juga dengan masih adanya kelembapan pada ketinggian permukaan hingga 1,5 kilometer di atas permukaan laut. Sehingga, pada sore hari masih terlihat adanya pembentukan awan.
Akan tetapi, pada ketinggian 3 kilometer di atas permukaan laut relatif kering. Sehingga, potensi awan yang terbentuk untuk terjadi hujan relatif kecil dan dampaknya kondisi kelembapan pada malam hingga pagi hari menambah kondisi suhu udara menjadi dingin.
"Berdasarkan dari pantauan alat pengukur suhu udara di Stasiun Geofisika Bandung tercatat selama bulan Juli 2019 ini, suhu udara terendah tercatat sebesar 16,4 derajat celcius. Sedangkan di lokasi dengan elevasi yang semakin tinggi tercatat 13,0 derajat celcius," terangnya.
Mengenai puncak musim kemarau, Rafdi menuturkan hal tersebut terjadi pada bulan Agustus-September dengan karakteristik suhu udara dingin dan kering. Dengan karakteristik cuaca seperti itu, BMKG pun mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kondisi badan supaya tetap fit. Salah satu cara di antaranya adalah saat bepergian ke luar rumah selalu mengenakan baju hangat atau jaket dan mengonsumsi buah-buahan segar serta sayuran.
ADVERTISEMENT
"Dua atau sampai tiga hari ke depan suhu masih dingin dan kemudian terus naik lagi agak hangat, periodik," tandas Rafdi.