Ponpes Alquran Lemka Sukabumi: Cikal Bakal Pesantren Seni Kaligrafi

Konten Media Partner
19 Mei 2018 17:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ponpes Alquran Lemka Sukabumi: Cikal Bakal Pesantren Seni Kaligrafi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Pondok Pesantren (Ponpes) Alquran Lembaga Kaligrafi (Lemka) di Kelurahan Karamat, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, merupakan cikal bakal pesantren kaligrafi di Indonesia. Ponpes ini menjadi pesantren pertama di Indonesia yang mengelola pendidikan dan latihan di bidang seni kaligrafi.
ADVERTISEMENT
Ketua Bidang Diklat Pesantren Lemka Sukabumi, Hilmi Munawar, mengatakan ponpes tersebut berdiri pada 9 Agustus 1998. Pendirian pesantren dirintis oleh Drs. H. D. Sirajuddin AR, M.Ag.
"Sudah hampir 5.000 lulusan pesantren ini. Namun jika dihitung dari awal pembentukan, bisa mencapai 10.000 lulusan," ujar Hilmi kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (19/5).
Menurut Hilmi, ada yang menarik soal berdirinya Pesantren Lemka di Sukabumi. Sebelum pendirian, Sirajuddin bertemu dengan sejumlah ulama dan kiai di Hotel Lingga, Bandung, pada 9 April 1998. Dalam kesempatan itu, setiap kiai menginginkan pesantren tilawah, tahfid, dan lainnya.
Sedangkan Sirajuddin mengatakan akan membuat pesantren di Sukabumi.
"Padahal tidak tahu letaknya Sukabumi itu di mana, karena beliau itu orang Kuningan. Sempat mencari tempat yang cocok di beberapa daerah, dan akhirnya dipilih di sini," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Pada awal pendirian, hanya ada 4 murid dan 20 orang santri kolong (tidak menginep di ponpes). Setelah itu datang 12 orang dari beberapa daerah. "Dulu masih gubuk reyot. Sering berjalan waktu, alhamdulillah bisa dibangun sedikit-sedikit," kata Hilmi.
Ponpes Alquran Lemka Sukabumi: Cikal Bakal Pesantren Seni Kaligrafi (1)
zoom-in-whitePerbesar
Ustaz Hilmi saat memantau ujian muridnya.
Murid di ponpes tersebut berasal hampir dari seluruh daerah di Indonesia. Bahkan, banyak pula santri yang berasal dari luar negeri. "Ada dari Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Inggris, Oman, dan Australia," jelasnya.
Selain di ponpes, para lulusan Pesantren Lemka tersebut juga mengajar di 64 sanggar dan 12 ponpes kaligrafi. Setiap ada kegiatan lomba kaligrafi, hampir seluruh peserta adalah lulusan Lemka.
"Makanya kalau ada lomba kaligrafi di mana pun. Orang Lemka itu seperti reuni," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Hilmi, terdapat sejumlah gaya kaligrafi yang dipelajari di Lemka, baik beraliran dekoratif, kontemporer, mushab, dan murni. Setiap santri di ponpes tersebut mengenyam pendidikan sesuai dengan tingkatannya di mana setiap tingkatan pelajaran diberikan dengan metode yang berbeda.
"Ada tingkatannya dan metode. Namun, kita pun cukup fleksibel. Sehingga, apapun yang ditanyakan santri terkait kaligrafi pasti dijawab," katanya.