news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Status UGG Ciletuh Palabuhanratu Bisa Dicabut karena Sampah Plastik

Konten Media Partner
8 September 2019 16:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alumni Fakultas Kedokteran Unpad Bandung angkatan 1985 melaksanakan bersih-bersih pantai di Pantai Cibuaya, Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Minggu (8/9/2019). | Sumber Foto:Ragil Gilang.
zoom-in-whitePerbesar
Alumni Fakultas Kedokteran Unpad Bandung angkatan 1985 melaksanakan bersih-bersih pantai di Pantai Cibuaya, Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Minggu (8/9/2019). | Sumber Foto:Ragil Gilang.
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Status Unesco Global Geopark (UGG) Ciletuh Palabuhanratu bisa saja dicabut karena sampah plastik yang mengotori kawasan tersebut. Apabila tak ingin hal itu terjadi, masyarakat diharapkan membatasi jumlah penggunaan kantong plastik dan bersama-sama menjaga kebersihan Geopark Ciletuh Palabuhanratu.
ADVERTISEMENT
"Seharusnya di lokasi wisata harus ada warning atau peringatan bagi pengunjung, tidak boleh menyampah plastik dan pedagang tidak boleh menyediakan kantong plastik, di Bali sudah mulai jalan dan hal ini harus dimulai dari masyarakat setempat. Salah satu syarat agar tidak dicabut status Unesco Global Geopark (UGG) Ciletuh Palabuhanratu, diantaranya lingkungan harus dijaga, bebas dari sampah," ujar ketua Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Unpad Bandung, Bambang Setiohadji disela kegiatan bersih-bersih Pantai Cibuaya, Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Minggu (8/9/2019).
Menurut Bambang, saat ini jumlah sampah plastik dilautan mencapai 1,29 juta ton sehingga mengancam biota laut dan Pantai Utara (Pantura) sudah termasuk darurat sampah plastik. Keadaan ini terjadi karena Indonesia merupakan produsen sampah plastik kedua setelah Cina.
ADVERTISEMENT
Dokter spesialis mata yang bertugas di Rumah Sakit Cicendo Bandung ini menjelaskan sampah plastik kalau dibakar akan menghasilkan dioksin yang bisa mencemari udara dan sangat berbahaya bagi kesehatan. Maka dari itu perlu adanya terknologi pemanfaatan sampah plastik yang ramah lingkungan.
Bambang menyebutkan, teknologi tersebut diantaranya kantong plastik dimasukan ke dalam botol plastik untuk diolah menjadi bahan bangunan, berupa beton plastik, sehingga tidak mencemari lingkungan. Selain itu, dia menegaskan persoalan sampah bukan hanya tugas pemerintah tapi bersama.
"Memang bukan hanya tugas pemerintah, akan tetapi tugas semua orang, jadi memang kita harus membudayakan membeli botol minuman yang bisa dipakai lagi, bukan kemasan sekali pakai dibuang. Begitupun kalau belanja bawalah kantong dari kain bisa dipakai setiap belanja, itu hal-hal kecil yang mulai harus diajarkan mulai dari rumah," tambahnya.
ADVERTISEMENT