Warga Pondokasotonggoh Sukabumi Demo Minta HRD PT CDB Dikeluarkan

Konten Media Partner
25 Februari 2019 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karang Taruna bersama warga Desa Pondokasotonggoh, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, berunjuk rasa meminta manajeman PT CDB adil soal perekrutan tenaga kerja warga lingkungan. | Sumber Foto:Rawin Soedaryanto.
zoom-in-whitePerbesar
Karang Taruna bersama warga Desa Pondokasotonggoh, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, berunjuk rasa meminta manajeman PT CDB adil soal perekrutan tenaga kerja warga lingkungan. | Sumber Foto:Rawin Soedaryanto.
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Karang Taruna bersama warga Desa Pondokasotonggoh, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, berunjuk rasa meminta manajeman PT CDB mendahulukan warga lingkungan dalam perekrutan tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
Warga merasa perusahaan garmen tersebut selalu mencari-cari alasan ketika warga lingkungan ingin bekerja di PT CDB. Selain itu warga meminta HRD PT CDB bernama Maksimus dikeluarkan dari PT CDB.
"Warga menginginkan bahwa saudara Maksimus dikeluarkan dari PT CDB atau dimutasi ke perusahaan Nobland lainnya. Intinya warga sudah tidak menginginkan lagi ada saudara Maksimus di PT CDB. Karena memang tidak kooperatif dan juga tidak bisa menjalin komunikasi yang baik dengan warga," ujar Rahmat Sopian, Ketua Karang Taruna Pondokasotonggoh di sela aksi unjuk rasa di Kantor Desa Pondokasotonggoh, Senin (25/2/2019).
Menurut Rahmat, warga yang ingin bekerja di PT CDB selalu saja di cari-cari alasannya oleh Maximus ini. Belum lama ini, warga yang ingin bekerja sebagai sopir di PT CDB dinyatakan sakit oleh Maksimus, padahal warga tersebut dalam keadaan sehat dan memenuhi kriteria untuk menjadi sopir.
ADVERTISEMENT
"Warga yang benar-benar sehat dan bisa dibuktikan oleh surat dokter, dia (Maksimus) memvonis bahwa warga tersebut mempunyai hipertensi atau darah tinggi dan serangan jantung," ujar Rahmat.
Ketika buruh sakit, Kata Rahmat, bukan diobati yang ada Maksimus menyuruh buruh tersebut berhenti kerja. Hal-hal tersebut yang menyebabkan warga gerah. Padahal, dengan adanya pabrik PT CDB ini warga kena imbas diantaranya kemacetan serat polusi.
"Kita kena imbas, sebab manajeman PT CDB tidak menyediakan kantung parkir yang berikutnya perihal masalah polusi udara. Jadi menurut pengakuan mereka (manajeman perusahaan) untuk pembakaran boiler itu menggunakan kayu bakar. Tetapi kenyataannya menggunakan kain limbah," kata Rahmat.
Karang Taruna bersama warga meminta pemerintah menindaklanjuti persoalan tersebut. "Kita menunggu hasil atau arahan karena Muspika akan melakukan pertemuan. Kalau hari ini pertemuan tidak ada hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka besok akan dilakukan unjuk rasa di pabrik PT CDB," tukasnya.
ADVERTISEMENT