Mungkinkah Sekolah Tatap Muka Dilaksanakan Serentak di Tengah Wabah Corona?

sukur budiharjo
Penulis dan Pensiunan GURU ASN di DKI Jakarta. Dengan suka hati menulis artikel, cerpen, dan puisi. Tinggal di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Konten dari Pengguna
8 Agustus 2020 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari sukur budiharjo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak belajar di sekolah Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak belajar di sekolah Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Saya membayangkan sekolah dibuka kembali pada saat ini setelah ditutup beberapa bulan lamanya. Pembukaan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar dilakukan sesudah penerimaan siswa baru (PSB). PSB dilaksanakan secara online atau daring untuk menghindari kontak langsung antarorang dan penumpukan massa.
ADVERTISEMENT
Secara fisik siswa di kelas awal hingga kelas akhir belajar secara tatap muka, sesuai dengan kalender pendidikan tahun pelajaran 2020/2021. Dengan demikian terjadi interaksi antara siswa dengan guru. Ceramah oleh guru, tanya-jawab, dan diskusi pun berlangsung. Kadang-kadang kelas hingar-bingar karena joke yang keluar dari sense of humour sang guru. Kadang-kadang sunyi senyap.
Padahal, beberapa provinsi dan kabupaten atau kota di negeri ini sedang memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selain itu, juga tengah bersiap memasuki normal baru (new normal) dalam menghadang dan memutus mata rantai penularan virus corona atau pandemi Covid-19. Namun, di lain pihak, kita harus senantiasa memiliki produktivitas kerja yang tinggi dan tidak lagi bekerja di rumah saja.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pemerintah pusat dan daerah sudah menyiapkan protokol kesehatan yang rigid dan komprehensif untuk mencegah wabah virus corona menular kepada peserta didik. Memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan wajib dilakukan. Menghindari kerumunan orang juga harus dipatuhi.
Sarana dan prasarana di sekolah juga telah dipersiapkan dengan baik. Alat pengukur suhu badan, penyediaan masker, pengadaan sanitizer dan sabun antikuman, dan disinfektan, juga digalakkan. Pengaturan bangku dan kursi murid disusun sesuai dengan aturan menjaga jarak. Ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) difungsikan sebagai tempat pengendalian dan pencegahan penularan wabah virus corona di sekolah.
Karena penular virus corona adalah manusia, kita harus memperhitungkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi ketika peserta didik berangkat dari rumah menuju sekolah dan saat mereka pulang dari sekolah ke rumah. Ketika berada di sekolah guru harus mengawasi dengan ketat dan cermat perilaku mereka ketika mengikuti proses belajar mengajar dan bergaul dengan teman sebaya ketika jam istirahat.
ADVERTISEMENT
Keluarga, Masyarakat, Sekolah
Tiga komponen ini: keluarga, masyarakat, dan sekolah, merupakan pemangku kepentingan yang memiliki potensi menularkan dan ditulari wabah virus corona. Itu sebabnya, kewaspadaan yang ekstra tinggi harus dimiliki. Keluarga, masyarakat, dan sekolah merupakan entitas dan komunitas yang harus diwaspadai sebagai asal muasal penularan pandemi Covid-19.
Mobilitas peserta didik dari rumah ke sekolah dan dari sekolah ke rumah ketika berangkat dan pulang sekolah, harus diperhitungkan. Karena tidak memiliki kendaraan pribadi, seperti sepeda, sepeda motor, dan mobil, peserta didik menggunakan angkutan umum. Berjalan kaki merupakan pilihan menyehatkan dan memiliki risiko rendah tertular virus corona.
Peserta didik yang diantar dan dijemput oleh orang tua hendaknya mengingatkan orang tuanya agar tidak bergerombol sehingga terkesan ada penggalangan massa. Setelah mengantarkan putra atau putrinya, orang tua lebih baik langsung pulang ke rumah. Sebelum menjemput putra atau putrinya, orang tua juga lebih baik menghindari kerumunan orang.
ADVERTISEMENT
Bus, metromini, angkot (mikrolet), dan kereta commuterline (KCL) menjadi pilihan untuk berangkat menuju ke sekolah dan pulang ke rumah. Di angkutan umum inilah peserta didik menyandang potensi yang tinggi tertular virus corona. Apalagi pada jam-jam sewa atau jam-jam sibuk pada pagi hari dan sore hari. Mereka akan berebut tempat duduk dengan para pekerja. karyawan, dan pegawai. Mereka berdesakan dan tak menyadari adanya penularan virus corona.
Bus sekolah merupakan sarana transportasi paling nyaman dan aman. Apalagi jika sudah diatur tempat duduknya dengan menjaga jarak. Namun, tidak semua pemerintah daerah memiliki sarana transportasi bus sekolah.
Solusi yang dapat dikerjakan adalah bekerja sama dengan institusi tentara dan polisi. Pemerintah daerah atau dinas pendidikan dapat meminjam dan mengoperasikan bus-bus milik Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan polisi untuk mengantarkan peserta didik berangkat ke sekolah dan pulang ke rumah. Tinggal bagaimana mengatur rute yang akan dilalui bus-bus tersebut.
ADVERTISEMENT
Kecuali itu, peserta didik layaknya mengidentifikasi diri untuk menentukan level wabah corona yang melanda tempat tinggal atau kawasan domisilinya dan sekolah tempat mereka menuntut ilmu. Seperti sudah kita ketahui, ada lima level berkaitan dengan daerah dan hubungannya dengan wabah virus corona. Kelima level tersebut adalah level lima atau warna hitam (zona kritis), level empat warna merah (berat), level tiga warna kuning (cukup berat), level dua warna biru (moderat) dan level satu warna hijau (normal).
Dengan mengetahui level tempat tinggal dan level lokasi sekolahnya peserta didik semakin berhati-hati dan waspada ketika berangkat ke sekolah dan pulang dari sekolah. Lebih baik lagi jika peserta didik mengetahui semua level dari kawasan atau daerah yang dilaluinya. Penguasaan peta wabah virus corona layaknya perlu dilakukan.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Mewaspadai Sekolah
Sekolah di negeri ini tersebar di 34 provinsi dan 514 kabupaten dan kota. Populasi peserta didiknya jutaan. Mereka belajar di jenjang pendidikan dasar dan menengah negeri dan swasta, seperti TK, SD, SMP, SMA, SMK, MI, MTs., dan MA. Jumlah guru dan karyawannya tidak terhitung dengan jari. Level wabah corona di setiap provinsi, kabupaten, dan kota tempat mereka menimba ilmu pun bervariasi.
Dengan memperhatikan potret yang seperti itu. sekolah-sekolah tersebut layaknya perlu diwaspadai dengan bersungguh-sungguh sebagai komunitas yang berpotensi menularkan dan ditularkan wabah virus corona. Sudah siapkah guru, karyawan, dan siswa memutus mata rantai pandemi Covid-19 yang telah menjadi wabah global ini?
Sudahkah seluruh guru dan karyawan diperiksa kesehatannya? Sudahkah seluruh guru dan karyawan mengetahui zona lokasi yang berkaitan dengan level wabah corona di daerah tempat tinggalnya? Sudahkah seluruh guru dan karyawan dites Covid-19?
ADVERTISEMENT
Sudah sterilkah seluruh ruang di sekolah dari kemungkinan dihinggapi virus corona? Sudah siapkah sekolah melaksanakan protokol kesehatan secara baik dan benar? Sudahkah sekolah menyiapkan jadwal pelajaran yang kondusif (waktu sekolah pagi atau sore) bagi keamanan dan kenyamanan guru dan siswa?
Sudah siapkah guru mengawasi dan memantau perilaku siswa pada saat jam istirahat sekolah? Sudahkah sekolah memiliki persiapan yang mencukupi untuk menyosialisasikan pembukaan sekolah pada saat corona mewabah? Sudahkah sekolah memiliki alat yang akurat untuk mengabsen ketidakhadiran siswa?
Sudahkah sekolah mengatur tempat duduk pada setiap kelas yang sesuai dengan protokol kesehatan menjaga jarak? Sudah adakah jadwal guru yang bertugas memeriksa suhu badan siswa dan mengawasi kepatuhan siswa memakai masker pada saat siswa memasuki pintu gerbang sekolah? Sudahkah sekolah menyiapkan sanitizer dan sabun untuk digunakan mencuci tangan bagi guru dan siswa di setiap sudut-sudut sekolah, bukan cuma di WC sekolah?
ADVERTISEMENT
Sudahkah sekolah memasang papan peringatan bahaya wabah virus corona? Sudahkah sekolah memiliki regulasi yang mengatur pencatatan dan pengawasan tamu (orang tua, masyarakat) ketika virus corona mewabah? Sudahkah sekolah menyiapkan kantin sekolah yang sehat dengan mematuhi protokol kesehatan? Sudahkah sekolah menjalin kerja sama dengan Dinas Kesehatan? Sudah sukahkah sekolah mempersiapkan ruang Usaha Kesehatan Sekolah sebagai tempat pengendalian dan pencegahan penularan wabah corona?
Jika jawaban atas sejumlah pertanyaan di atas adalah belum, saya tidak berani lagi membayangkan sekolah akan dibuka kembali pada pertengahan Juli 2020 setelah ditutup lama karena wabah virus corona menerpa Republik ini meskipun secara parsial. Mungkin lebih afdal jika saya membayangkan sekolah dibuka pada awal Januari 2021. Sebab, jika dibuka pada awal Januari 2021, sekolah memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan upaya memutus mata rantai penularan pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
Bahkan, lebih tepat jika saya membayangkan sekolah dibuka kembali secara serentak ketika pandemi Covid-19 atau wabah corona telah sirna. Sebab, pada saat itu vaksin dan obat anti-corona telah ditemukan. Imunisasi Covid-19 bagi seluruh peserta didik di seantero tanah air juga telah dilakukan. Setelah itu siswa merasa aman dan nyaman berinteraksi dengan guru dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas secara tatap muka.