Aktivis di Mamasa Kecam Tindak Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Konten Media Partner
3 Februari 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivis dan pemerhati perempuan di Mamasa menggelar aksi unjuk rasa. Foto: Frendy/sulbarkini
zoom-in-whitePerbesar
Aktivis dan pemerhati perempuan di Mamasa menggelar aksi unjuk rasa. Foto: Frendy/sulbarkini
ADVERTISEMENT
Puluhan aktivis dan sejumlah pemerhati perempuan dari berbagai organisasi di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, menggelar unjuk rasa menolak tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak, Senin siang (3/2).
ADVERTISEMENT
Aksi unjuk rasa ini dimulai di Simpang Lima Kota Mamasa dengan menggelar mimbar bebas.
Dengan pakaian serba hitam, mereka melakukan orasi secara bergantian menyampaikan aspirasi mereka dan mengecam tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Aksi tersebut menyusul terungkapnya kasus pencabulan terhadap seorang siswi SMP di Mamasa dan tiga pelakunya tak lain adalah keluarga dekat korban sendiri, yakni ayah kandung, kakak, dan sepupu korban.
Dalam pernyataan sikapnya, mereka menuntut agar kasus kekerasan seksual yang terjadi di Mamasa diusut tuntas dan menuntut pemerintah daerah segera melaksanakan sosialisasi tentang tindak kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak.
Mereka juga mengimbau semua elemen masyarakat untuk turut melawan tindak kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak serta mengajak masyarakat untuk menyatakan kepeduliannya dengan meminta pemerintah daerah memberikan jaminan hidup, pendampingan psikologis kepada korban kekerasan seksual.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mereka juga meminta aparat penegak hukum memberi hukuman seberat-beratnya terhadap pelaku tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak serta mendesak DPRD Kabupaten Mamasa untuk mendorong pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS).
"Kekerasan terhadap perempuan yang sering terjadi di Mamasa begitu miris dan memilukan. Sebagai perempuan kami merasa tertampar atas tindakan-tindakan tersebut sehingga hal ini tidak bisa dibiarkan lagi dan harus dilawan secara bersama-sama," ungkap Koordinator Lapangan, Firdha Mutmainnnah.
Hal yang sama diungkapkan salah seorang pengurus Perkumpulan Perempuan Teologi Indonesia (Peruati), Pdt. Cory Pakondo. Menurut Cory, persoalan tindak kekerasan perempuan tidak bisa lagi dibiarkan dan harus dilawan secara bersama-sama.
"Tindak kekerasan sekual terhadap anak yang dilakukan keluarganya sendiri sering kali terjadi di Mamasa. Orang terdekat sering kali menjadi pelaku utama dalam kekerasan terhadap anak, seperti yang baru-baru terjadi di Mamasa. Itu yang harus diwaspadai secara bersama-sama," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain menggelar mimbar bebas di simpang lima kota, puluhan aktivis dan pemerhati perempuan ini mendatangi kantor DPRD Mamasa menyampaikan aspirasinya. Mereka berharap anggota DPRD bisa meyampaikan aspirasi mereka ke pihak terkait.
(Frendy)