news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Analisis Geologi Terkait Gempa Swarm Guncang Mamasa, Sulbar

Konten Media Partner
23 Juli 2021 14:24 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gempa. Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gempa. Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Gempa bumi tektonik berkekuatan 5,2 magnitudo mengguncang wilayah Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), Kamis (22/7/2021) dini hari. Data BMKG, gempa yang terjadi pukul 01.44 WITA ini berpusat di darat atau 12 kilometer tenggara Mamasa dengan kedalaman 10 kilometer.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyebutkan, gempa 5,2 magnitudo tersebut merupakan rentetan gempa swarm yang terjadi di Mamasa dalam beberapa hari terakhir yang dipicu aktivitas sesar lokal (Sesar Saddang).
"Gempa swarm merupakan rentetan aktivitas gempa dalam jumlah banyak dengan magnitudo yang relatif kecil dan bergerombol membentuk klaster dalam ruang dan waktu, tanpa ada gempa utama yang paling menonjol dengan magnitudo paling besar," jelas Daryono, dalam keterangan tertulisnya yang diterima Sulbarkini, Kamis (22/7/2021).
Menurut Daryono, meningkatnya aktivitas gempa swarm di Mamasa ini sudah termonitor oleh BMKG sejak awal Juli 2021. Sejak 5 Juli 2021 hingga 21 Juli 2021 BMKG sudah mencatat adanya aktivitas gempa swarm sebanyak 33 kali gempa.
ADVERTISEMENT
Dia menuturkan, wilayah Mamasa sebelumnya pernah diguncang gempa swarm sejak tanggal 3 November 2018 hingga akhir Desember 2018. Rentetan gempa swarm ini terjadi usai gempa 7,4 magnitudo yang terjadi di Palu pada 28 September 2018 yang memicu tsunami akibat aktivitas sesar Palu Koro.
"Saat itu BMKG mencatat aktivitas gempa swarm yang terjadi di Mamasa lebih dari 965 kali dengan gempa dirasakan terjadi sebanyak 290 kali," ujarnya.
Analisis Geologi
Mengutip hasil analisis geologi terkait gempa 5,2 magnitudo di Mamasa yang dipublikasikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM mengungkapkan, wilayah Kabupaten Mamasa di Sulawesi Barat merupakan morfologi perbukitan hingga perbukitan terjal, lembah, dan dataran.
Kota Mamasa merupakan lembah yang dikelilingi oleh perbukitan hingga perbukitan terjal. Wilayah Kabupaten Mamasa tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier (terdiri dari batuan metamorf dan meta sedimen), Tersier (terdiri dari batuan sedimen dan batuan rombakan gunung api), dan Endapan Kuarter (terdiri dari endapan aluvial dan rombakan dari batuan sekitarnya).
ADVERTISEMENT
Hasil analisis Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan sebagian batuan berumur Pra Tersier dan Tersier tersebut telah mengalami pelapukan dan bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) yang memperkuat efek guncangan sehingga rawan guncangan gempa bumi.
Selain itu, kejadian gempa bumi merusak pada 15 Januari 2021 dengan kekuatan 6,2 magnitudo yang berpusat di Majene mengakibatkan terjadinya gerakan tanah yang massif di wilayah Sulawesi Barat.
Morfologi perbukitan terjal yang tertutup oleh batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan di Mamasa juga akan berpotensi terjadi gerakan tanah atau longsoran apabila dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat di daerah ini dan juga curah hujan tinggi.
Data Badan Geologi juga menyebutkan Kabupaten Mamasa terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah. Rentetan gempa swarm ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami karena lokasi pusat gempa bumi terletak di darat.
ADVERTISEMENT
Terkait fenomena gempa swarm di Mamasa, Badan Geologi Kementerian ESDM merekomendasikan masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari BPBD setempat dan tetap mewaspadai kejadian gempa bumi susulan yang kekuatannya semakin mengecil.
Selain itu, masyarakat diminta mewaspadai bahaya ikutan (collateral hazard) akibat gempa berupa retakan tanah, penurunan tanah, dan gerakan tanah. Penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan direkomendasikan untuk mengungsi ke tempat yang aman.
Badan Geologi Kementerian ESDM juga merekomendasikan bangunan yang terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi menengah harus dibangun dengan konstruksi bangunan tahan guncangan gempa guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu, juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.