Aparat Desa dan Kelurahan Harus Mampu Deteksi Dini Bahaya Terorisme

Konten Media Partner
20 Juni 2019 16:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekretaris Provinsi Sulawesi Barat, Muhammad Idris.
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris Provinsi Sulawesi Barat, Muhammad Idris.
ADVERTISEMENT
Sebagai ujung tombak pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masyarakat, aparat desa dan kelurahan dituntut untuk bisa mendeteksi dini bahaya terorisme dan radikalisme di lingkungan masing-masing. Sebab, gejala awal terorisme dan radikalisme awalnya bermula di unit-unit pemerintahan terkecil.
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkapkan Sekretaris Provinsi Sulawesi Barat, Muhammad Idris, pada acara rembuk aparatur kelurahan dan desa tentang literasi informasi Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulbar, Kamis (20/9).
"Desa dan kelurahan harus mampu mengenali lebih dini gejala terorisme dan gelagat kelompok-kelompok tertentu dengan memberdayakan masyarakat sebagai pembawa informasi. Kalau memang sudah ada gelagat aneh, maka harus diwaspadai. Aparat desa dan kelurahan tidak boleh lalai terhadap potensi terorisme di wilayah masing-masing," ujarnya.
Senada dengan Idris, Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, juga meminta para aparat desa dan kelurahan bisa memahami strategi pencegahan bahaya terorisme yang kemudian disampaikan kepada masyarakat.
"Terorisme bisa terjadi di mana pun dan kapan pun secara tidak terduga. Para pelaku merupakan bagian dari masyarakat yang setiap saat ada dan mendiami lingkungan sekitar kita bila kita lengah," ujar Hendri.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, tingginya potensi radikalisme dan terorisme akhir-akhir ini juga disebabkan kemajuan teknologi yang tidak dibarengi dengan literasi masyarakat.
Masyarakat yang awalnya bergelut di dunia nyata, kini juga beralih ke dunia maya dan bisa mengakses informasi dari mana saja. Hanya saja itu tidak diimbangi dengan kemampuan membedakan informasi yang benar dan salah.
"Situasi ini semakin diperparah dengan semakin merebaknya hoaks yang mengalir deras di dunia maya. Tentunya dibutuhkan kehatian-hatian dengan bersikap bijak dan cerdas dalam mengakses informasi di dunia maya," pungkasnya.
[Sapriadi]