Cerita Warga Mamuju yang Rasakan Kuatnya Guncangan Gempa di Tahun 1984

Konten Media Partner
21 Januari 2021 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah warga nyaris roboh akibat guncangan gempa berkekuatan 6,2 magnitudo di Mamuju pada Jumat (15/1) dini hari. Foto: Adi Pallawalino/sulbarkini
zoom-in-whitePerbesar
Rumah warga nyaris roboh akibat guncangan gempa berkekuatan 6,2 magnitudo di Mamuju pada Jumat (15/1) dini hari. Foto: Adi Pallawalino/sulbarkini
ADVERTISEMENT
MAMUJU - Gempa bumi berkekuatan 6,2 magnitudo mengguncang Mamuju dan Majene pada Jumat (15/1) dini hari. Gempa ini berpusat di Kecamatan Malunda, Majene, yang menyebabkan ratusan rumah serta perkantoran rusak hingga roboh, ratusan meninggal dunia, dan ribuan orang mengungsi.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, gempa dengan skala tinggi juga pernah mengguncang Mamuju berpuluh tahun yang lalu. Salah satunya, pada 8 Januari 1984. Ali (51 tahun), salah seorang warga Mamuju, mengaku merasakan gempa tersebut saat masih kelas 4 SD.
"Pas tahun 1984 Mamuju juga pernah diguncang gempa keras. Saat itu saya masih kelas 4 SD," kenang Ali, saat ditemui di tempat pengungsian di Jalan Pongtiku, Mamuju, Kamis (21/1).
Menurut dia, kekuatan gempa tersebut nyaris sama dengan gempa yang mengguncang Mamuju pada Jumat, 15 Januari 2021. Banyak bangunan yang roboh dan rata dengan tanah. Begitu pun dengan kantor Bupati Mamuju yang saat itu masih menjadi wilayah Sulawesi Selatan.
"Banyak juga bangunan yang rusak, seperti kantor Bupati Mamuju. Saat itu Mamuju belum terlalu ramai dan rumah warga masih kebanyakan rumah panggung atau rumah kayu," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ali menuturkan, saat gempa tersebut, dia dan beberapa teman sekelasnya malah berlarian ke laut. Sejumlah temannya menangis karena panik saat gempa.
"Kita bilangnya, diangngi linor, diangngi linor (Ada gempa). Jadi dulu kita tahunya gempa itu linor," tuturnya.
Ali mengaku tak tahu pasti apakah gempa tersebut juga menyebabkan beberapa orang meninggal dunia.
"Namanya anak-anak, jadi kita tidak tahu pasti. Yang jelas sekolah roboh dan satu minggu kami libur," ujarnya.
Mulyadi, warga yang sempat merasakan gempa di Mamuju dan Polman pada 1967 dan 1984. Foto: Awal Dion/sulbarkini
Warga lainnya, Mulyadi (60), mengaku sudah merasakan tiga kali gempa berskala kuat di Polewali Mandar (Polman) dan Mamuju. Yaitu pada tahun 1967, 1984, dan 2021.
"Tapi paling kuat yang sekarang. Karena ini barang-barang yang ada di belakang lari ke depan, dan yang di belakang lari ke depan," kata Mulyadi, yang dua rumahnya roboh akibat guncangan gempa pada Jumat, 15 Januari.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam jumpa persnya pada Jumat (15/1), mengatakan gempa 6,2 magnitudo yang berpusat di Malunda, Kabupaten Majene, itu berkaitan dengan perulangan gempa yang terjadi pada tahun 1969.
"Pada tahun 1969 sekitar tanggal 23 Februari disebabkan oleh sumber gempa yang sama yaitu sesar Mamuju dengan kekuatan 6,9 (magnitudo) saat itu dengan kedalaman 13 km," jelas Daryono, dikutip dari kumparan.
Dia melanjutkan, saat itu gempa besar dengan episenter di laut sehingga memicu terjadinya tsunami. Dilaporkan saat itu 64 orang meninggal 97 orang luka-luka dan 1.287 rumah mengalami kerusakan, dermaga pelabuhan juga mengalami keretakan, serta timbul tsunami magneter tingginya sampe 1,5 meter.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, sumber gempa ini struktur sesar naik Mamuju, ada di laut tetapi robekannya atau bidang sesarnya ke arah timur ke bawah Majene dan Mamuju.
Daryono menerangkan, sejarah gempa Mamuju thrust tercatat ada tiga kali, tidak hanya yang tahun 1969 saja, tapi juga tanggal 11 april 1967 sesar naik ini juga menyebabkan gempa 6,3 magnitudo yang dampaknya di Polewali Mandar yang menyebabkan tsunami kemudian menyebabkan 13 orang meninggal.
"Kemudian seperti saya sampaikan tadi, tahun 1959 kekuatannya 6,9 di majene menyebabkan 64 orang meninggal, 97 orang terluka, dan 1.287 rumah rusak di empat desa, kemudian yang terakhir juga terjadi di Mamuju pada 8 Januari 1984, tidak ada korban jiwa tapi banyak rumah rusak karena intensitasnya mencapai 7 MMI," tutup dia.
ADVERTISEMENT
Mari Donasi Sekarang: