Dinkes Sulbar soal Satu Kasus Varian Delta Plus di Mamuju: Tidak Jelas

Konten Media Partner
29 Juli 2021 19:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, dr. Muhammad Ihwan. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, dr. Muhammad Ihwan. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) masih menelusuri terkait satu kasus virus corona atau COVID-19 varian AY.1 yang lebih dikenal dengan nama varian Delta Plus.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof. Amin Soebandrio, menyebutkan virus corona varian Delta Plus sudah terdeteksi di Indonesia, yakni dua kasus di Jambi dan satu kasus di Mamuju, Sulawesi Barat.
"Kalau yang dimaksud AY.1, ada tiga. Baru di Mamuju dan Jambi," kata Prof. Amin dikutip dari kumparanSAINS, Selasa (27/7).
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, dr. Muhammad Ihwan, menyebutkan, data dari Lembaga Eijkman tidak jelas dan tidak lengkap karena hanya menyebutkan dari Mamuju.
"Tidak ada pemberitahuan datanya ke kita secara lengkap, misalnya namanya, umur, jenis kelamin, tinggal di desa atau kelurahan apa. Itu baru kita bisa telusuri, kalau hanya bilang Mamuju, kan ini Mamuju luas," kata Ihwan, kepada Sulbarkini saat dikonfirmasi, Kamis (29/7/2021).
Infografik beda varian delta dan delta plus. Foto: Tim Kreatif kumparan
Menurut dia, sampel pasien biasanya dikirim ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar oleh pihak RSUD Regional Sulbar sebagai rumah sakit rujukan COVID-19 di daerah ini. Selain itu, pemeriksaan sampel juga dilakukan di BPOM Mamuju.
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan, rata-rata pasien yang meninggal karena COVID-19 di Sulbar dari orang dewasa atau lanjut usia.
"Misalnya pasien yang masuk rata-rata di bawah 20-an tahun, kita curigai jangan sampai varian delta, makanya kita kirim sampelnya. Bisa juga sampel-sampel yang kita kirim ke Makassar itu diperiksa oleh BBLK Makassar dan dikirim ke Litbang Kemenkes tanpa kita tahu," ujarnya.
Hal sama diungkapkan Direktur RSUD Regional Sulbar, dr. Indahwati Nursyamsi. Dia menjelaskan, sampel pasien yang bergejala akan dikirim ke BBLK Makassar dan BPOM Mamuju.
"Setahuku hanya itu ji dua tempat untuk mengirim sampel," ucap Indahwati.
Selain dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, informasi munculnya virus corona varian Delta Plus di Indonesia pertama kali disampaikan peneliti dari Universitas Gadjah Mada bernama Sahal Sabilil Muttaqin di Twitter.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah kicauan pada Senin (26/7), Sahal mengatakan bahwa temuan varian Delta Plus di Indonesia sudah dilaporkan ke GISAID pada akhir pekan lalu. Dalam thread-nya, dia mengatakan bahwa varian Delta Plus telah ditemukan di Jambi pada April 2021 dan di Mamuju pada Februari 2021.