news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Keluarga Tunawisma di Mamuju Tinggal di Reruntuhan Kantor KPU

Konten Media Partner
28 Juli 2019 13:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wati (baju merah) bersama suami dan tiga anaknya harus rela tinggal di puing-puing kantor KPU Mamuju yang pernah terbakar. Foto: Awal Dion
zoom-in-whitePerbesar
Wati (baju merah) bersama suami dan tiga anaknya harus rela tinggal di puing-puing kantor KPU Mamuju yang pernah terbakar. Foto: Awal Dion
ADVERTISEMENT
Satu keluarga di Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, terpaksa tinggal di antara puing atau reruntuhan bangunan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mamuju sejak dua tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Wati (30 tahun) beserta suami dan ketiga anaknya memang tak punya rumah untuk bernaung, lalu menemukan bekas kantor KPU Mamuju yang tak lagi digunakan usai terbakar pada 2010. Dia menjelaskan keluarganya pindah dari Desa Botteng, Kecamatan Simboro, setelah usaha kebun cokelatnya mengalami kegagalan.
Kini, mereka tinggal di antara puing bangunan itu dengan fasilitas seadanya. Padahal kedua anak Wati masih balita, sedangkan yang sulung baru memasuki usia 5 tahun.
"Tidak ada penerangan listrik, hanya menggunakan pelita (alat penerangan tradisional). Kalau mau mandi, menumpang di Masjid Raya Suada Mamuju," kata Wati, Minggu (28/7).
Wati menjelaskan penghasilan suaminya yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung botol plastik dan kardus bekas kerap kali tidak mencukupi kebutuhan mereka. Harga satu kilogram botol plastik hanya Rp 1.200, sedangkan harga kardus hanya Rp 1.000 per kilogram.
ADVERTISEMENT
"Selama ini belum pernah sama sekali tersentuh bantuan dari pemerintah. Mungkin alasannya karena tak punya KK (Kartu Keluarga) dan KTP (Kartu Tanda Penduduk)," ujar Wati.
Kondisi rumah Wati. Foto: Awal Dion
Wati dan keluarganya mendapat bantuan berupa pakaian bekas yang layak dan sembako dari organisasi yang bergerak di bidang memberi bantuan bagi warga kurang mampu, Komunitas Sahabat Madani (Osama) Sulawesi Barat. Ketua Osama, Basri A Muin, mengaku prihatin dengan kondisi Wati dan keluarganya.
"Bantuan ini semoga saja bisa meringankan beban mereka dan harapannya mendapat bantuan dari pemerintah," kata Basri.
----------------------
Penulis: Awal Dion
Editor: Sapriadi