Kisah Andarias, Pemuda Desa asal Mamasa yang Sukses Berbudidaya Anggrek

Konten Media Partner
16 Februari 2020 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Andarias, pemuda Desa Tondok Bakaru, sukses mengembangkan budidaya anggrek di desanya. Foto: Frendy/sulbarkini
zoom-in-whitePerbesar
Andarias, pemuda Desa Tondok Bakaru, sukses mengembangkan budidaya anggrek di desanya. Foto: Frendy/sulbarkini
ADVERTISEMENT
Awalnya, sebagian orang tidak pernah membayangkan jika anggrek-anggrek yang tumbuh liar di alam Kabupaten Mamasa bisa menghasilkan uang puluhan juta rupiah yang tentunya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat jika dikelola dengan baik.
ADVERTISEMENT
Andarias, pemuda kelahiran Desa Tondok Bakaru, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, membuat terobosan baru melalui budidaya anggrek spesies Mamasa hingga dikenal banyak orang.
Andarias, atau akrab dipanggil Andre, lahir 27 November 1979, di Desa Tondok Bakaru, salah satu desa yang tepat berada di bawah kaki gunung Mambulilling yang merupakan salah satu gunung tertinggi di pedalaman Sulawesi Barat. Ia jebolan Universitas Negeri Makassar (UNM) program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) tahun 2007.
Meskipun berprofesi sebagai guru, namun ia tak pernah berhenti membuat terobosan baru yang inovatif untuk pemberdayaan masyarakat di desanya. Pada 6 Desember 2016 lalu, ia mulai mengenal tanaman anggrek.
"Saya pertama mengenal anggrek sebenarnya tidak sengaja. Saat itu saya dan teman mengambil kayu bakar di hutan, kami menemukan sebuah pohon tumbang yang sudah mulai lapuk. Pohon tumbang itu ditumbuhi anggrek, saya kemudian mengambilnya dan membawanya ke rumah untuk dipelihara," cerita Andarias kepada Sulbar Kini, Sabtu (15/2).
Anggrek lokal Mamasa yang ditanam di kawasan wisata taman anggrek Tondok Bakaru. Foto: Dok. Leo
Anggrek yang sudah dipelihara selama lima bulan itu kemudian difoto dan diunggah di media sosial melalui akun Facebook miliknya. Tidak disangka, ternyata anggrek lokal Mamasa itu memiliki banyak peminat dari daerah lain.
ADVERTISEMENT
"Tidak sengaja saya posting di Facebook ternyata ada orang langsung melakuan penawaran untuk dibeli. Anggrek yang pertama saya pelihara jenis Vandopsis lissochiloides yang dibeli salah satu penggemar anggrek dari Aceh seharga Rp 600 ribu," ujarnya.
Sejak itu, Andarias mulai menyadari potensi anggrek Mamasa. Seiring berjalannya waktu, ia pun mengajak teman-teman pemuda di desanya untuk berbudidaya anggrek dengan harapan peluang budidaya anggrek Mamasa dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di desa.
Namun, usaha untuk mengajak orang lain membudidayakan anggrek secara bersama tidak serta merta diterima masyarakat di sekitarnya. Kebanyakan dari mereka mengganggap anggrek itu adalah tumbuhan liar yang banyak tumbuh di Mamasa dan sama sekali tidak berguna.
"Waktu itu saya mengajak teman-teman dan masyarakat sekitar, namun hal itu tidak langsung diterima. Bahkan saya pernah ditertawai warga sekitar, saat itu saya membonceng anggrek mengunakan motor hendak menuju ke rumah untuk ditanam, mereka menganggap anggrek yang saya bawa adalah sampah yang tidak berguna," tuturnya.
Wakil Gubernur Sulbar, Enny Anggraeni Anwar, saat mengunjungi dan meresmikan Desa Tondok Bakaru sebagai desa budidaya anggrek. Foto: Dok. Leo
Namun, itu tak menyurutkan semangatnya untuk terus melakukan budidaya anggrek dan sejak itu anggrek Mamasa semakin banyak peminatnya. Hal itu pun terus memotivasi dirinya. Dalam kurun waktu satu bulan di awal 2017, ia mengaku omzet penjualan anggreknya mencapai Rp 8 juta rupiah.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, ia juga tak henti memotivasi rekan-rekannya untuk bersama-sama berbudidaya anggrek. Alhasil, mulai 2017 sudah ada rekan pemuda lain yang ingin melakukan hal yang sama.
"Pada tahun 2018, sudah ada beberapa teman mulai berminat untuk mulai usaha anggrek, dan syukur dari tahun 2018 hingga 2019 teman-teman di desa ini sudah banyak yang melakukan budidaya anggrek karena mereka sudah melihat peluang anggrek itu sangat menjanjikan," jelas Andarias.
Sekitar Mei 2018, mereka sudah mendirikan sebuah komunitas pencita anggrek yang diberi nama Komunitas Tondok Bakaru Orchid (KTO) dengan beranggotakan sebanyak 15 orang. Pada tahun 2019, sudah ada tiga komunitas anggrek berdiri di Mamasa.
Sukses berbudidaya anggrek, Andarias pun memotivasi pemuda di desanya untuk bersama-sama mengembangkan wisata taman anggrek. Foto: Frendy/sulbarkini
Melalui tanaman anggrek ini, ia pun terus melakukan inovasi dan saat ini halaman rumahnya disulap menjadi taman anggrek hingga menarik perhatian sejumlah kalangan pencinta anggrek. Tak tanggung-tanggung, sudah ratusan bahkan ribuan orang datang berkunjung ke taman anggrek miliknya. Tak hanya wisatawan lokal, namun sejumlah wisatawan asing sudah berkunjung kesana.
ADVERTISEMENT
Di Desa Tondok Bakaru sendiri saat ini sudah ada sekitar dua puluhan kebun anggrek yang sudah didirikan sejumlah pemuda desa. Waktu terus berjalan, dengan melihat potensi desa Tondok Bakaru yang tak hanya menawarkan anggrek cantik, namun juga potensi untuk pengembangan wisata.
Akhirnya, Juli 2019, Andarias kembali melakukan sebuah terobosan baru dengan membuat wisata sawah yang dikombinasikan taman anggrek yang diberi nama wisata Sawo (Sawah dan Orchid).
Sekitar 1 hektare area lahan persawahan miliknya disulap menjadi tempat wisata dilengkapi sejumlah spot-spot selfie dan beberapa gasebo hingga menarik sejumlah pengunjug. Selain taman anggrek, mereka juga bisa menikmati wisata sawah.
"Perlahan sejumlah pemuda di desa dengan dukungan pemerintah desa terus melakukan inovasi hingga saat ini setidaknya sudah berdiri sekitar 10 objek wisata yang sebagian dipadukan dengan taman anggrek," jelas Andarias.
ADVERTISEMENT
Dengan melihat potensi perkembangan Desa Tondok Bakaru, akhirnya pada tanggal 26 Agustus 2019 Pemerintah Daerah Mamasa melalui Wakil Bupati Mamasa, Marthinus Tiranda, menobatkan Desa Tondok Bakaru sebagai salah satu desa sadar wisata.
Selanjutnya, pada 28 oktober 2019 Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Enny Anggraeni Anwar, hadir di Mamasa dan meresmikan desa itu sebagai desa wisata anggrek.
Menurut Andarias, dalam waktu Desa Tondok Bakaru juga akan memiliki kultur jaringan untuk mendorong budidaya anggrek secara cepat dan hal itu dipercaya bisa lebih mendorong penningkatan ekonomi masyarakat di desanya.
"Ke depan, saya rencana membuat sebuah kawasan observasi yang bisa menampung anggrek dalam satu kawasan sehingga bisa menjadi wisata edukasi pendidikan dan penelitian serta sebagai upaya tempat pelestarian anggrek dan tanaman yang langka hingga tidak punah," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Berkat kreativitas sejumlah pemuda Desa Tondok Bakaru yang dimotori oleh Andarias, sepanjang 2019 hingga 2020, sudah ada puluhan ribu wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, yang berkunjung di desanya.
"Ini dibuktikan dengan buku tamu yang diisi setiap pengunjung," tandasnya.
(Laporan: Frendy, Mamasa)