Kisah Anggota Polisi di Sulbar, Rawat ODGJ yang Dipasung Keluarganya

Konten Media Partner
5 Oktober 2020 11:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aiptu Ismail memandikan Ahmad, seorang ODGJ yang dipasung keluarganya. Foto: Dok. Istimewa/Sulbar Kini
zoom-in-whitePerbesar
Aiptu Ismail memandikan Ahmad, seorang ODGJ yang dipasung keluarganya. Foto: Dok. Istimewa/Sulbar Kini
ADVERTISEMENT
Namanya Aiptu Ismail, anggota polisi di Kepolisian Sektor (Polsek) Sendana, Polres Majene, Sulawesi Barat. Sehari-hari, ia bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di Desa Binanga dan Desa Leppangan, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene.
ADVERTISEMENT
Di sela-sela tugasnya menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat, Aiptu Ismail juga kerap membantu masyarakat setempat yang memiliki keterbatasan ekonomi. Seperti halnya yang dilakukannya terhadap Ahmad (37), warga Dusun Tullu Bulan, Desa Tallu Banua Utara, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene.
Pria tersebut merupakan seorang ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) sejak 2013 silam. Bapak empat orang anak ini sudah tiga kali dibawa ke Rumah Sakit Dadi Makassar untuk berobat namun tak kunjung sembuh.
"Sudah tiga kali dibawa ke rumah sakit jiwa untuk berobat, terakhir saya yang antar langsung di Makassar ke rumah sakit jiwa tahun 2017," kata Aiptu Ismail, Minggu (4/10).
Menurutnya, saat Ahmad dirawat di rumah sakit, kondisinya agak membaik. Hanya saja dia kabur dan salah seorang temannya lalu membawa Ahmad ke rumah keluarganya di Parepare, Sulawesi Selatan. Dari Parepare, Ahmad dijemput oleh orang tuanya kembali ke Majene.
Ahmad tinggal di gubuk ukuran 2x1,5 meter seorang diri tanpa alat penerangan. Foto: Dok. Istimewa/Sulbar Kini
Kini Ahmad tinggal di gubuk ukuran 2x1,5 meter seorang diri tanpa alat penerangan. Ia dipasung, kedua kaki dan tangannya terikat rantai besi sejak tahun 2017. Pihak keluarga terpaksa melakukan hal itu karena khawatir jika dibiarkan bebas akan melukai orang lain yang ditemuinya.
ADVERTISEMENT
Aiptu Ismail menambahkan, Ahmad bahkan pernah membacok orang tuanya sendiri dengan menggunakan senjata tajam jenis clurit sehingga mengalami luka robek di bagian punggung dan kepala serta sempat dirawat selama seminggu di rumah sakit.
"Kalau soal melanggar HAM itu sudah pasti. Tapi dari pihak keluarganya tidak mau mengambil risiko, daripada membunuh atau melukai orang lain lebih baik dia ikat rantai," ujarnya.
Gubuk tempat Ahmad dipasung. Foto: Dok. Istimewa/Sulbar Kini
Sejak diasingkan dan dipasung oleh keluarganya, Aiptu Ismail pun tergerak untuk merawat Ahmad. Diakuinya, ia kerap datang memandikan dan memberi makanan serta mencukur rambut Ahmad jika sudah terlalu panjang.
Aiptu Ismail juga mengadopsi anak sulung Ahmad dan tinggal di rumahnya. Kini, anak sulungnya itu duduk di bangku kelas 1 di salah satu SMK di Majene. Ismail berharap, dinas terkait membawa Ahmad ke RS Dadi Makassar untuk berobat sehingga bisa sembuh dan berkumpul kembali dengan keluarganya.
ADVERTISEMENT
"Mudah-mudahan ada pihak pemerintah yang mau mengurusnya," harapnya.