Kisah Mukti Keliling Indonesia Naik Sepeda, Disambut hingga Dibegal

Konten Media Partner
27 Juni 2019 9:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mukti Harsono, mengelilingi Indonesia dengan bersepeda. Foto: Zulkifli
zoom-in-whitePerbesar
Mukti Harsono, mengelilingi Indonesia dengan bersepeda. Foto: Zulkifli
ADVERTISEMENT
Namanya Mukti Harsono (46). Sudah sekitar dua setengah tahun dia bersepeda mengelilingi Indonesia. Perjalanannya dimulai dari Sabang, Aceh, pada 29 Desember 2016 lalu, yang merupakan titik kilometer nol Indonesia. Tekadnya ialah menuntaskan petualangan keliling Indonesia selama 6 bulan ke depan.
ADVERTISEMENT
Mukti melintas di Mamuju pada Rabu malam (26/6). Pria kelahiran Jambi, 1 September 1973 ini berencana akan mengelilingi 'Bumi Manakarra' sekaligus memperbaiki rantai sepedanya yang bermasalah. Setelah itu, dia akan melanjutkan perjalanannya ke Makassar.
"Ini arah pulang (ke Sabang). Target saya 3 tahun, sekarang udah dua setengah tahun, jadi tinggal 6 bulan lagi bang. Pokoknya saya target nanti, Makassar dan Kalimantan. Cuma kalau sehat sepedanya," cerita Mukti, saat ditemui di Anjungan Pantai Manakarra, Mamuju, Rabu malam (26/6).
Mukti menghias sepedanya dengan lambang Pancasila dan tulisan 'Keliling Indonesia' yang ditempel di bagian depan dengan diapit 3 bendera Merah Putih. Di bagian belakang sepeda terpasang tulisan 'Walaupun kita beda tapi kita satu dalam naungan Pancasila sebagai alat untuk pemersatu Bangsa', yang di atasnya terdapat lagi satu buah lambang Pancasila dan satu bendera Merah Putih.
ADVERTISEMENT
"Tujuannya, hanya ingin memberikan pesan moral kepada anak-anak negeri bahwa kita ini berbeda-beda tapi satu Pancasila, yang saat ini sudah sedikit memudar di rakyat Indonesia. Jangan pernah kita terpecah belah. Mudah-mudahan ini bisa jadi inspirasi kepada orang lain dengan metode apa saja, seperti seni, atau lukis ya apa sajalah. Itu aja," kata Mukti.
Menurutnya, dirinya termotivasi melakukan perjalanan mengelilingi Indonesia dengan bersepeda sambil menyebarkan nilai-nilai Pancasila. Di setiap daerah yang dilintasi, Mukti mengaku senantiasa berpesan kepada setiap orang tua agar tidak terlalu memanjakan anak-anaknya yang masih kecil dengan perangkat teknologi, khususnya smartphone.
Pesan persatuan yang ditempel Mukti Harsono di bagian belakang sepedanya. Foto: Zulkifli
"Saya juga sosialiasi ke pedalaman, saya selalu bilang anak kecil jangan diberi ponsel dulu. Ajarkan pesan-pesan moral. Intinya didik dengan baiklah anaknya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanannya mengelilingi Indonesia dengan bersepeda, Mukti mengaku miris saat melintasi wilayah Indonesia bagian timur. Dia merasa terharu dengan kondisi masyarakat di sana yang memotivasinya untuk menerbitkan sebuah buku usai menuntaskan perjalanannya.
"Nanti saya akan bukukan bahwa ini loh wajah Indonesia sebenarnya, masih banyak saudara-saudara kita yang belum merasakan kemerdekaan. Masih banyak pulau-pulau yang listrik belum ada, masih ada yang pakai minyak tanah. Masih ada di daerah Larantuka, masih banyak. Saya datang ke sana, saya ajarin mereka anak-anak kecil itu. Di sana medis kurang, terus guru kurang," terang Mukti.
"Di Papua, saya menangis bang. (PT) Freeport begitu megahnya kaya Singapura, tapi masyarakat di sana masih makan sagu. Ya Allah nangis saya di situ. Segitunya loh. Papua punya emas tapi kenapa rakyat enggak sejahtera. Ada apa? Itu nanti saya mau bukukan wajah Indonesia yang sebenarnya, seberapa luas sih Indonesia? Gitu loh," tambahnya.
Mukti Harsono di Anjungan Pantai Manakarra, Mamuju. Foto: Zulkifli
Selama dua setengah tahun perjalanannya mengelilingi Indonesia dengan bersepeda, Mukti juga sudah mengalami suka dan duka sepanjang perjalanannya. Di antaranya disambut meriah oleh para bikers di Medan dan 7 kali harus ganti ban, 5 kali ganti velg dan 3 kali ganti rantai, hingga diajak berkelahi dengan orang mabuk di Manado.
ADVERTISEMENT
"Tapi yang paling parah itu, di Lampung. Saya dirampok sama begal. Ponsel, GPS , kamera, semua diambil. Ada 12 orang bawa senjata tajam. Waktu saya pertahankan kamera, jari saya ditebas, jadi saya lepas itu kamera," cerita Mukti sambil menunjukkan 3 jarinya yang terpotong.
"Tapi Alhamdulillah selama perjalanan ini, saya nggak khawatir kelaparan. Kalau waktunya makan saya makan, waktunya minum saya minum, selalu ada orang ngasih rezeki. Jadi ngerasain kita ketemu orang baik, ketemu yang aneh-aneh ya ngalamin semualah," ujarnya.
-------------------
Penulis : Zulkifli
Editor : Sapriadi