Kisah Sepasang Lansia di Mamasa, Tinggal di Rumah Tak Layak Huni

Konten Media Partner
24 Maret 2019 17:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasutri lanjut usia, Kristian dan Larah, tinggal di rumah yang tak layak huni dan masih beralaskan tanah. Foto: Yusran
zoom-in-whitePerbesar
Pasutri lanjut usia, Kristian dan Larah, tinggal di rumah yang tak layak huni dan masih beralaskan tanah. Foto: Yusran
ADVERTISEMENT
Kondisi miris dialami pasangan suami istri lanjut usia (lansia), Kristian (75) dan Larah (78), warga Lingkungan Bakeng, Kelurahan Lakahang, Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
ADVERTISEMENT
Di usia senja, keduanya harus rela tinggal di rumah tak layak huni yang kondisinya memprihatinkan, bersama dengan satu orang cucunya.
"Sehari-hari mereka tinggal di rumah yang tak layak huni yang masih beralaskan tanah dan atap yang sudah bocor, kondisi tempat tidur berupa ranjang kayu yang sudah rapuh dan hanya beralaskan tikar," kata Bripda Yusran, Bhabinkamtibmas Polsek Tabulahan, saat mengunjungi pasangan lansia itu, Minggu (24/3).
Kondisi tempat tidur Kristian dan Larah berupa ranjang kayu yang sudah lapuk dan hanya beralaskan tikar usang. Foto: Yusran
Menurutnya, baik Kristian maupun Larah juga tidak mempunyai penghasilan tetap. Mereka tak mempunyai sawah dan kebun, serta satu-satunya yang menjadi aset adalah tanah dan rumah yang ditempatinya.
Kristian dan Larah juga belum pernah menerima bantuan dari Pemerintah dan tidak terdaftar dalam penerima bantuan sosial (Bansos). Foto: Yusran
Untuk menyambung hidup, Kristian terkadang menerima upah dari warga dari hasil membuat atap rumah yang terbuat dari daun rumbia dengan cara dianyam. Mereka juga kadang mendapatkan bantuan dari warga sekitar saat tidak ada order-an dan kehabisan makanan.
ADVERTISEMENT
"Ini yang membuat tergugah karena mereka tak masuk dalam daftar penerima bantuan sosial (bansos) dari Pemerintah. Kondisi pendengaran kakek Kristian pun mulai terganggu, jadi saat berbicara volume suara harus agak dibesarkan," kata Yusran.
Bantuan sembako secukupnya dari Bripda Yusran untuk meringankan beban mereka.
Selain harus berjuang untuk biaya hidup sehari-hari, pasangan lansia ini juga harus berjuang untuk biaya sekolah cucunya yang sekarang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Anak mereka yang bekerja di salah satu perusahaan susu sebagai buruh juga terbilang jarang menjenguk keduanya.
"Semoga saja mereka bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. Dari kami, hanya bisa memberikan bantuan sembako secukupnya. Meski tak seberapa, semoga bermanfaat bagi mereka," pungkas Yusran.
(Sapriadi)