news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Melihat Lebih Dekat Proses Produksi Kain Tenun Sutra Mandar

Konten Media Partner
31 Agustus 2019 16:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kain sutra Mandar merupakan salah satu kain khas asal Sulawesi Barat yang masih diproduksi secara tradisional. Foto: Dok. Agung D
zoom-in-whitePerbesar
Kain sutra Mandar merupakan salah satu kain khas asal Sulawesi Barat yang masih diproduksi secara tradisional. Foto: Dok. Agung D
ADVERTISEMENT
Sulawesi Barat memiliki sejumlah kain tenun khas. Salah satunya kain sutra Mandar yang masih diproduksi secara tradisional dan turun-temurun.
ADVERTISEMENT
Salah satu sentra produksi kain sutra Mandar yakni di Desa Karama, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar (Polman). Di daerah ini, sebanyak 30 pengrajin tenun sutra Mandar membentuk kelompok usaha bersama yang diberi nama 'Kube Harapan'.
Sitti, salah seorang pengrajin kain sutra Mandar, mengaku sudah berpuluh tahun melakukan aktivitas menenun. Kemampuan menenun tersebut diwariskan secara turun-temurun dalam keluarganya.
"Menenun dalam keluarga sudah menjadi hal yang turun temurun. Saya bahkan sudah puluhan tahun melakukan aktivitas menenun kain sutra Mandar ini," kata Sitti, Jumat (30/8).
Menurutnya, aktivitas menenun selembar sarung sutra Mandar tersebut membutuhkan waktu sekitar 10 hari. Hal itu karena aktivitas menenun masih dilakukan secara tradisional, mulai dari pemintalan benang hingga menenun.
ADVERTISEMENT
Namun, proses menenun itu bisa lebih lama saat musim hujan tiba dikarenakan benang yang lengket.
"Kalau musim hujan, kita tidak bisa menenun karena benangnya lengket. Terpaksa aktivitas menenun ini kita tunda dan mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga," ujarnya.
Karena masih dilakukan secara tradisional, proses menenun kain sutra Mandar bisa sampai 10 hari. Foto: Dok. Agung D
Kendala lain, lanjut Sitti, adalah bahan berupa benang sutra yang terbatas sehingga mereka tidak bisa memproduksi lebih banyak kain sutra Mandar. Dia mengaku terpaksa harus membeli benang sutra tersebut dari luar Sulawesi Barat, yakni di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, yang juga merupakan daerah industri tenun.
"Bahan benangnya dari India, tapi kami belinya di Sengkang (ibu kota Kabupaten Wajo)," jelasnya.
Dari selembar sarung sutra yang diproduksi, Sitti bisa menjualnya dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 700 ribu. Urusan harga, kata dia, tergantung dari motif sarung yang diproduksi. Sarung dengan motif Arjuna dia jual dengan harga Rp 200 ribu, sedangkan untuk motif Lagosi dia jual dengan harga Rp 300 ribu.
ADVERTISEMENT
"Memang sama bahannya, tetapi yang membedakan motifnya. Pemasangan motif ini juga bisa (memakan waktu) sehari," ujarnya.
Tak hanya dalam bentuk sarung, kain sutra Mandar juga bisa diproduksi dalam bentuk kemeja. Foto: Awal Dion
Mia, pengrajin kain sutra Mandar lainnya, menambahkan selain sarung, mereka juga memproduksi dalam bentuk kemeja, syal, selendang, tas, hingga gorden. Tak jarang, pembeli memesan motif sendiri untuk dibuatkan kain sutra Mandar tersebut.
"Tak hanya di Sulbar, kain sutra Mandar ini juga dipasarkan ke sejumlah daerah di tanah air. Bahkan kadang ada yang memesan dari Malaysia," katanya.
Dalam hal pemasaran, para pengrajin kain sutra Mandar ini juga terkadang melakukan promosi di media sosial. Di samping itu, aktif mengikuti kegiatan pameran baik yang berskala lokal maupun nasional.
"Kadang kita repot saat pelanggan memesan dalam jumlah yang banyak. Sementara proses produksi kain sutra Mandar ini membutuhkan waktu berhari-hari karena masih dilakukan dengan cara tradisional," tandas Mia.
ADVERTISEMENT
------------------
Penulis : Awal Dion
Editor : Sapriadi