Penjelasan Dosen Ilmu Falak UIN Alauddin soal Viral Matahari Terbit dari Utara

Konten Media Partner
19 Juni 2021 10:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sinar matahari pagi. Foto: Adi Pallawalino/SulbarKini
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sinar matahari pagi. Foto: Adi Pallawalino/SulbarKini
ADVERTISEMENT
Rekaman video yang menyebutkan matahari terbit dari utara di Jeneponto, Sulawesi Selatan, viral di media sosial dan menghebohkan masyarakat. Video itu diketahui direkam oleh seseorang yang tengah berada di MAN Binamu, Jeneponto, Kamis (17/6/2021) pagi.
ADVERTISEMENT
"Melaporkan dari lokasi MAN Binamu, sesuatu yang sangat aneh telah terjadi. Di mana matahari berada pada posisi utara pagi ini pada hari Kamis tanggal 17 Juni. Sekarang baru menjelang jam 8 matahari sudah berada pada posisi utara," kata pria dalam video tersebut.
Menanggapi hal itu, Dosen Astronomi Jurusan Ilmu Falak UIN Alauddin Makassar, Andi Muh. Akhyar, menyebutkan ada kekeliruan pengunggah video viral tersebut dalam menentukan posisi barat dan timur yang mengakibatkan kesalahan menentukan posisi utara dan selatan.
"Tidak benar bahwa matahari terbit dan atau berada di sebelah utara saat menjelang pukul 8 pagi di Jeneponto. Saat itu matahari masih berada di arah timur atau lebih tepatnya timur laut (azimut 62 derajat atau 62 derajat dari arah utara)," jelas Akhyar dalam tulisannya yang dikutip Sulbar Kini.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Sekolah Astronomi Islam Indonesia ini, matahari mengalami pelencengan 28 derajat dari arah timur sekitar pukul 08.00 WITA bisa disebabkan dua hal. Di antaranya posisi matahari yang memang berada di belahan bumi utara sejauh 23,5 derajat dari khatulistiwa pada bulan Juni.
"Akibatnya, matahari akan terbit tidak tepat di timur, melainkan 23,5 derajat dari timur. Untuk Kabupaten Jeneponto, hari Kamis 17 Juni 2021, matahari terbit pada pukul 06.07 WITA di posisi azimut 63,5 derajat (23,5 derajat dari timur atau 63,5 derajat dari utara)," sebutnya.
Selain itu, kata Akhyar, sudah menjadi gerak harian matahari untuk terbit di timur (atau agak di timur) kemudian seiring meningginya posisi matahari, maka posisi (azimut) pun akan perlahan ke utara.
ADVERTISEMENT
"Semakin tinggi mataharinya, maka akan semakin ke utara. Saat mencapai puncak, azimutnya pun akan tepat di utara. Seiring penurunan tinggi matahari menuju terbenam, secara perlahan pun matahari akan bergerak ke barat atau agak ke barat," paparnya.
Akhyar menambahkan, saat video tersebut direkam menjelang pukul 08.00 WITA di Jeneponto, matahari telah terbit sekitar 2 jam sehingga telah perlahan bergerak ke arah utara sejauh 4,5 derajat. Lalu, pada pukul 12.02 WITA saat matahari berada pada titik tertingginya, matahari akan tepat di utara.
"Saya hanya meluruskan kekeliruan astronomis tanpa menyalahkan orangnya. Dalam kasus ini, memang saya yang memberikan koreksi, tapi dalam kasus atau bidang lain di waktu yang lain, mungkin saya lagi yang belajar kepada beliau," ujar Akhyar.
ADVERTISEMENT
"Sangat salut dengan semangat dan niat baik beliau memperingatkan umat tentang hari kiamat, semoga Allah memberi pahala terbaik atas niat baiknya," sambungnya.
Pelajaran Geografi saat SMP
Rekaman video viral yang menyebutkan matahari terbit dari utara di Jeneponto juga mendapat respons Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono.
Dalam akun twitter-nya, Daryono mengaku prihatin dengan fenomena tersebut dikaitkan dengan hari kiamat. Padahal, kasus gerak semu matahari merupakan pelajaran Geografi dan diajarkan sejak SMP.
"Gerak semu matahari merupakan fenomena alam biasa di mana kedudukan matahari seperti bergeser ke utara dan selatan yang terjadi tiap tahun. Saat ini matahari sedang bergeser ke utara, puncaknya di utara pada 21 Juni. Ini terjadi karena pergerakan bumi mengelilingi matahari (revolusi Bumi) sehingga matahari seolah terbit di utara," tulis Daryono.
ADVERTISEMENT