news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Susah Sinyal Internet, Siswa di Mamasa, Sulbar, Belajar di Perpustakaan Desa

Konten Media Partner
9 November 2020 11:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siswa SD di Mamasa, Sulawesi Barat, belajar di perpustakaan desa. Foto: Frendy/sulbarkini
zoom-in-whitePerbesar
Siswa SD di Mamasa, Sulawesi Barat, belajar di perpustakaan desa. Foto: Frendy/sulbarkini
ADVERTISEMENT
Hampir sembilan bulan lamanya proses belajar-mengajar tatap muka di sekolah ditiadakan dan diganti dengan pembelajaran jarak jauh atau melalui dalam jaringan (daring) akibat pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, sejumlah daerah dengan kondisi sinyal internet yang tidak memadai terkendala untuk melakukan pembelajaran secara daring. Hal ini mendorong guru untuk aktif mendatangi rumah-rumah siswanya dengan melakukan pembelajaran kelompok atau memanfaatkan fasilitas yang ada.
Seperti halnya yang dilakukan sejumlah siswa SDN 005 Rantebuda, Desa Tondok Bakaru, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Karena desanya tidak dijangkau sinyal internet yang memadai untuk pembelajaran daring, proses belajar-mengajar tetap dilakukan secara tatap muka dengan jumlah siswa terbatas.
Andarias, guru SDN 005 Rantebuda mengatakan, ia berinisiatif memanfaatkan perpustakaan desa untuk tetap melaksanakan proses belajar-mengajar kepada siswanya. Secara bergantian setiap dua kali seminggu, proses belajar-mengajar dilakukan di perpustakaan desa.
"Tempat tinggal para siswa sebagian tidak terjangkau internet, ditambah lagi sebagian besar dari mereka tak memiliki HP untuk belajar online. Jadi solusinya memanfaatkan fasilitas yang ada," kata Andarias, Minggu (8/11).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, perpustakaan desa cukup menunjang pelaksanaan proses belajar-mengajar secara tatap muka yang dilakukan terbatas itu karena ketersediaan buku-buku dan sejumlah fasilitas lainnya.
Untuk menerapkan protokol kesehatan dan menjaga kerumunan, Andarias membagi siswanya dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang. Kelompok ini kemudian diberikan materi pelajaran secara bergiliran.
"Agar penerapan protokol kesehatan tetap diterapkan, siswa kami bagi dalam beberapa kelompak kecil. Jadi kelompok yang sudah dibagi diberikan materi pelajaran secara bergantian," ujarnya.
Ferdi, salah seorang siswa di SDN 005 Rantebuda mengaku bersyukur karena tetap bisa belajar meski tak didukung sinyal internet untuk belajar secara daring.
"Kami bisa tetap belajar di perpustakaan desa meskipun ada virus corona," kata Ferdi.
ADVERTISEMENT
Kepala Desa Tondok Bakaru, Matheus Daniel Daensaratu', mengatakan perpusatakan desa tersebut awalnya dibangun untuk mendorong minat baca bagi pemuda dan anak-anak di desa tersebut. Namun seiring adanya pandemi virus corona, perpustakaan desa ini sekaligus dimanfaatkan siswa sebagai tempat belajar.
"Perpustakaan desa sudah dibangun sebelum COVID-19 sehingga bisa menjadi tempat belajar bagi siswa selama metode proses belajar-mengajar di sekolah belum dibuka," tutupnya.