Selamat Hari Puisi, Mari Merawat Agar Tetap Hangat dan Abadi

Sulistyaningtyas
Mahasiswa Sastra Indonesia - Universitas Jenderal Soedirman
Konten dari Pengguna
16 April 2022 14:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sulistyaningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh Sulistyaningtyas.
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh Sulistyaningtyas.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tanggal 28 April resmi diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Bukan tanpa alasan 28 April ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional. Tanggal tersebut sengaja dipilih sekaligus untuk mengenang wafatnya Si Binatang Jalang, Chairil Anwar.
ADVERTISEMENT
Puisi adalah Makna Hidup yang Selama ini Dicari
Bagi sebagian orang, puisi tidak semata-mata bagian dari karya sastra. Lebih dari itu, puisi adalah hidup. Seperti Sacessahci. Penulis buku antologi puisi bertajuk “Merebah Riuh” ini mendefinisikan puisi sebagai nyawa, bahkan ia menganggap puisi sebagai penyembuh. Sebab melalui puisi, dia dapat menemukan makna hidup yang selama ini dia cari-cari, menjawab segala tanya yang bersarang di kepala. Jika boleh dianggap lebay, sejak 2015 silam ia menganggap puisi adalah oksigen.
Seperti biji yang bertumbuh menjadi pohon, Sacessahci pun tidak serta merta menjadi penyair puisi yang mahir seperti saat ini. Mulanya ia hanya asal-asalan bersajak pada 2005. Sepuluh tahun kemudian, dia baru mengenal sebenar-benarnya puisi. Itu pun bukan dari mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, melainkan dari teman sepermainannya. Tahun 2015 pertama kali dia mengenal perasaan untuk lawan jenis dan pertama kalinya dia menganalogikan perasaannya melalui medium puisi.
ADVERTISEMENT
Sampai Saat Ini Masih Eyang Sapardi
Sosok di balik kecintaannya pada puisi adalah Alm. Eyang Sapardi Djoko Damono, sang maestro dunia perpuisian Indonesia. Musikalisasi puisi-puisi Eyang Sapardi adalah salah satu yang menariknya ke dalam magis puisi.
“Sampai saat ini, sampai saat ini, sampai saat ini, seseorang yang membuatku jatuh cinta kepada puisi dan benar-benar membuatku punya energi untuk menulis puisi adalah Eyang Sapardi. Barangkali, tanpa sadar, aku cukup terpengaruh dengan gaya penulisan eyang yang banyak mengambil unsur-unsur kehidupan seperti semesta, dedaunan, air, dan pepohonan.” ungkapnya.
Kutipan puisi dari buku "Merebah Riuh" karya Sacessahci. Gambar oleh Sulistyaningtyas.
Perkembangan Puisi di Kalangan Kawula Muda
Perkembangan puisi di Indonesia saat ini pun dinilainya cukup apik, terlebih di kalangan kawula muda. Hal ini tentu tidak lepas dari peran serta penyair muda. salah satu contohnya adalah Ntsana, pemilik nama pena Rintik Sedu.
ADVERTISEMENT
“Jujur aku kagum sama Ntsana, karena dia pernah sampai bisa berkolaborasi sama Eyang Sapardi. Kolaborasi tersebut menurut aku adalah kolaborasi lintas generasi. Dimana hal tersebut merupakan salah satu cara agar puisi tetap hangat di kalangan anak muda, serta bentuk penyampaian bahwa puisi tidak sekolot yang dipikirkan orang-orang.” ujarnya.
Tidak hanya Ntsana, pihak lain yang menurut Sacessahci membawa angin segar pada dunia perpuisian Indonesia adalah Nadin Amizah. Menurutnya, Nadin Amizah memiliki daya magis dalam mengemas diksi dan mencipta puisi. Terbukti dari tulisan-tulisannya yang digemari banyak orang. Apalagi, Nadin Amizah menggunakan medium yang berbeda dalam membawakan puisinya, yaitu melalui nada dan lagu yang mampu membuat orang lain lebih menikmatinya.
Hari Puisi Sebagai Momentum Pengingat
ADVERTISEMENT
Sacessahci memaknai hari puisi sebagai momentum pengingat. Apalagi di masa sekarang yang mana puisi sudah tumbuh dengan bermacam medium. Orang-orang bebas menikmati puisi kapan saja dan di mana saja. Tidak terbatas ruang dan waktu. Namun, terlepas dari segalanya yang saat ini serba digital, dia berharap kalau puisi tidak boleh sepenuhnya lepas dari bentuk fisik. Karena dalam bentuk fisik tersebut, puisi lebih terasa hadir.
“Sebetulnya dengan adanya hari-hari penting seperti Hari Puisi, itu menjadi momentum pengingat kembali untuk kita semua, ya, kalau puisi ada dan perlu dirawat supaya umurnya panjang. Karena tidak sedikit dari bentuk karya sastra yang saat ini sudah tidak terjamah masyarakat. Nyawa puisi harus panjang dan siapapun yang mencintai puisi punya peran untuk membersamai puisi sampai jauh ke masa depan. Puisi juga punya ruang untuk viral, supaya gaungnya lebih luas, hehehe.”
ADVERTISEMENT