news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Catatan Diplomat di Salalah, Oman: Bertugas di Tengah Topan Mekunu (1)

Sulthon Sjahril Sabaruddin
Diplomat, Economist, Lecturer, Educator, Researcher, and a Father with Two Children
Konten dari Pengguna
11 Agustus 2019 23:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sulthon Sjahril Sabaruddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap orang tentunya akan mempunyai cerita, pengalaman, dan kisah sendiri mewarnai kehidupan masing-masing. Tidak pernah terbayangkan sama sekali dalam benak saya bahwa dalam perjalanan hidup saya mendapatkan amanah oleh Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) untuk bertugas di Kedutaan Besar Republik Indonesia Sana’a (KBRI Sana’a)--sebuah kedutaan yang berkedudukan sementara di Salalah, Oman.
ADVERTISEMENT
Artikel ini saya tulis beberapa kejadian menarik tentang pengalaman hidup dan catatan kecil selama bertugas di KBRI Sana’a dan tinggal di Salalah.

Tantangan Menghadapi Siklon Tropis Mekunu

Salah satu kejadian yang tak terlupakan di Salalah adalah Siklon Tropis Mekunu yang melanda di Salalah dan sekitarnya selama 24-28 Mei 2018. Pada pertengahan bulan Mei 2018, kami mendapatkan kabar informasi peringatan oleh Ditjen Meteorologi Oman terkait Siklon Tropis Mekunu yang diperkirakan akan melanda kota Salalah pada akhir bulan Mei 2018.
Dan prediksi tersebut ternyata benar, Siklon tersebut berkekuatan 185 kilometer perjam melanda kota Salalah yang merupakan tempat kedudukan sementara Kantor KBRI Sana’a dan tempat tinggal seluruh keluarga besar KBRI Sana’a.
Beberapa hari sebelum terjadinya Siklon Tropis Mekunu, berbagai fasilitas umum seperti operasional bandara dan pelabuhan dihentikan sementara, serta kantor dan sekolah diliburkan. Lebih lanjut, Pemerintah setempat mengharuskan seluruh warga masyarakat yang bermukim di dekat pantai untuk pindah sementara ke lokasi yang dianggap lebih aman seperti tempat dataran tinggi dan ke kota.
ADVERTISEMENT
Lokasi KBRI Sana’a berada tepat di tepi pantai Salalah, yang berjarak kurang dari 50 meter dari bibir pantai. Oleh karenanya, setelah berbagai proses pertimbangan dan konsultasi, dalam rangka tanggap darurat, serta sebagai pertimbangan terutama keselamatan jiwa dan menghindari risiko yang jauh lebih berbahaya, diputuskan untuk mengevakuasi seluruh personel KBRI menuju wilayah aman menjauhi pantai dan arah badai Siklon Mekunu.
Pada tanggal 24 Mei 2019, tibalah hari yang mencekam di mana angin kencang dan hujan deras dan gelombang tinggi mulai melanda di sepanjang pesisir pantai. Jaringan listrik di wilayah-wilayah pesisir pantai dipadamkan dan sebagian besar di Kota Salalah.
Selain itu, di berbagai pusat perbelanjaan, beberapa saat sebelum kejadian siklon ini, masyarakat di Salalah tampak panik dan memborong kebutuhan pokok untuk stok mereka di beberapa hari ke depan.
Keadaan di Kota Salalah beberapa saat sebelum Badai Tropis Mekunu menerpa Kota Salalah
Kejadian badai yang berlangsung pada bulan puasa Ramadan itu merupakan salah satu yang tak terlupakan bagi saya, karena pas saat Siklon Tropis Mekunu melanda Kota Salalah itulah, istri saya berjuang untuk melahirkan anak kedua di Rumah Sakit Badr Al Samaa, Salalah. Tentunya dengan fasilitas seadanya, mengingat kondisi infrastruktur banyak yang tidak beroperasi (bahkan rusak), sebagian besar listrik padam, serta banjir besar disertai hujan besar melanda seluruh Kota Salalah dan sekitarnya. Alhamdulillah, setelah proses perjuangan yang cukup lama, akhirnya putra kami lahir dengan sehat wal’afiat pada pukul 11.35 siang, 27 Mei 2018.
Sejumlah jadwal penerbangan dibatalkan di Bandara Salalah sesaat sebelum terjadinya Badai Mekunu. Foto: Pribadi.
Tentunya pada saat bersamaan, kami pun secara berkala berkoordinasi dengan KBRI Muscat dan melaporkan perkembangan ke pusat. Kami juga memantau keadaan WNI di Kota Salalah dan sekitarnya, mengingat dampak bencana Siklon Mekunu ini juga diprediksi melanda sepanjang pantai hingga di Yaman.
ADVERTISEMENT
KBRI Sana’a mengeluarkan edaran dan mensosialisasikannya agar para WNI di Yaman, terutama yang tinggal di pesisir pantai, yaitu di Kota Mukalla, Hadhramaut, untuk selalu waspada dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk, termasuk menghindari tempat-tempat rawan di dekat pantai.
Hingga berakhirnya badai tanggal 28 Mei 2018, alhamdulillah tidak terdapat WNI yang menjadi korban akibat Siklon tersebut, baik di Oman maupun Yaman.
Sebagai informasi, Siklon Tropis Mekunu merupakan kejadian siklon tropis kedua terbesar sejak tahun 1959 di Provinsi Dhofar, Oman, dan telah menyebabkan 7 orang meninggal dunia dan kerugian materi mencapai US$1,5 miliar.
Di Yaman, setidaknya terdapat 20 orang korban serta kerugian materi yang besar di wilayah Yaman Selatan terutama di Pulau Socotra, Al Mahrah, dan Hadhramaut. Bencana Siklon Mekunu ini ditetapkan sebagai bencana nasional.
Foto: Keadaan di Kota Salalah Pasca Kejadian Siklon Mekunu
Foto: Keadaan di Kota Salalah Pasca Kejadian Siklon Mekunu
Foto: Keadaan Kantor KBRI Pasca Kejadian Siklon Mekunu
Di Oman, kejadian siklon sudah pernah beberapa kali terjadi sebelumnya. Sebagai contoh, pada tahun 2007, Oman pernah mempunyai pengalaman dilanda Badai Siklon Gonu yang melanda kota Muscat dan sekitarnya yang mengakibatkan korban jiwa puluhan orang dan kerugian materi sebesar US$4,2 miliar. Ini juga menjadi bencana nasional terburuk sepanjang sejarah Oman.
ADVERTISEMENT
Bahkan, di Salalah, pada tahun 2018, selain kejadian Badai Tropis Mekunu, pada 11-13 Oktober 2018, di wilayah Kota Salalah dan sekitarnya, kembali diterpa oleh Badai Siklon. Kali ini disebut Badai Tropis Luban yang berkekuatan mencapai 140 kilometer perjam. Walaupun tidak sebesar Siklon Mekunu, tetapi terdapat kerugian materiel yang cukup besar di Oman. Di wilayah Yaman, provinsi Al-Mahrah terkena dampak terbesar menyebabkan 14 warga meninggal dunia dan kerugian materiel mencapai US$1 miliar.
To be continued...